TUGAS MIKROBIOLOGI
BAGIAN 2
KADEK SANDIASA
1022014005
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
SKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIP)
YPP MUJAHIDIN TOLITOLI
2015
SOAL
1.
Jelaskan pengertian bakteri anaerob
obligat dan bakteri anaerob fakultatif
?
2.
Carilah informasi mengenai nama penyakit
yang ditimbulkan oleh bakteri dibawah ini???
a. Mycobaktrium tuberclosis
b. Mycobacterium leprae
c. Salmonella thyposa
d. Shigella desentriae
e. Diplococus pneumonia
f. Triponema pallidum
g. Vibrio coma colera
h. Paustrelia pestis
i. Neisseria gonorhoe
j. Clostridum botulnum
3.
Jelaskan reproduksi dibawah ini???
a. Aseksual
b. Paraseksual
1. Konjugasi
2. Tranduksi
3. Transformasi
Jawaban
1.
Pengertian bakteri anaerob obligat
dan fakultatif
v Bakteri anaerob obligat
Bakteri anaerob obligat adalah
bakteri yang tidak membutuhkan oksigen dalam hidupnya. Bila, ada oksigen, maka
bakteri akan mati. Contoh bakteri anaerob obligat antara lain Clostridium
tetani (menyebabkan kejang otot), Bacteroides fragilis (menyebabkan
abses atau tumpukan nanah di usus), Peptostreptococcus (menyebabkan
abses otak dan abses saluran kelamin wanita), Prevotelia melaninogenica
(menyebabkan abses pada rongga mulut dan faring), dan Methanobacterium
(menghasilkan gas metana).
Pengertian Bakteri Anaerob Obligat
Bakteri dapat diklasifikasikan
berdasarkan kebutuhan dan toleransi terhadap O2
Anaerob obligat mereplikasi di
lokasi dengan potensial oksidasi-reduksi rendah (misalnya, nekrotik, jaringan
devaskularisasi). Anaerob obligat telah dikategorikan berdasarkan toleransi O2
mereka: anaerob keras tumbuh dalam ≤ 0,4% O2; anaerob moderat
tumbuh 0,8-2,5% O2; dan anaerob aerotolerant tumbuh dalam ≥ 2,5% O2.
Anaerob obligat yang sering menyebabkan infeksi dapat mentolerir atmosfer O2
selama minimal 8 jam dan sering hingga 72 jam.
Anaerob obligat merupakan komponen
utama dari mikroflora normal di selaput lendir, terutama dari mulut, saluran
pencernaan bagian bawah, dan vagina; anaerob ini menyebabkan penyakit ketika
hambatan mukosa yang normal rusak.
Gram-negatif anaerob dan beberapa
infeksi yang mereka sebabkan termasuk
Bacteroides
(paling umum): Infeksi intra-abdominal
Fusobacterium: Abses, infeksi luka, dan paru dan infeksi intrakranial
Porphyromonas: Pneumonia aspirasi dan periodontitis
Prevotella: Infeksi intra-abdominal dan jaringan lunak
Fusobacterium: Abses, infeksi luka, dan paru dan infeksi intrakranial
Porphyromonas: Pneumonia aspirasi dan periodontitis
Prevotella: Infeksi intra-abdominal dan jaringan lunak
v Bakteri Anaerob Fakultatif
Bakteri anaerob fakultatif adalah bakteri yang dapat hidup dengan baik bila ada
oksigen maupun tidak ada oksigen. Contoh bakteri anaerob fakultatif antara lain
Escherichia coli, Streptococcus, Alcaligenes, Lactobacillus, dan
Aerobacter aerogenes. Anaerob Fakultatif dapat hidup dengan adanya atau
tidak adanya oksigen, tetapi lebih memilih untuk menggunakan oksigen. Contoh
jenis ini termasuk Escherichia coli (E. coli) dan Staphylococcus, atau hanya
Staph. Subtipe E. coli, seperti O157: H7, menyebabkan diare berdarah, sementara
Staph dikenal sebagai penyebab infeksi kulit seperti bisul, folikulitis, dan
impetigo. Ketika laserasi kulit luarnya menjadi terinfeksi dengan Staph, bentuk
yang lebih parah dari infeksi yang disebut selulitis dapat terjadi.
Dua
klasifikasi lain adalah bakteri mikroaerofilik dan bakteri aerotolerant.
Mikroaerofil bisa hidup di habitat yang memiliki kadar oksigen jika
dibandingkan dengan udara. Contoh Mikroaerofil adalah Helicobacter pylori, yang
menyebabkan tukak lambung, dan Borrelia burgdorferi, yang menyebabkan penyakit
Lyme.
Bakteri
anaerob Aerotolerant tidak menggunakan oksigen namun tidak terpengaruh oleh
kehadirannya. Contohnya adalah genus Lactobacillus, yang biasanya ditemukan
dalam usus, kulit, dan vagina. Ketika populasi Lactobacillus dalam vagina menjadi
habis, bakteri Gardnerella vaginalis seperti Bacteroides dan berkembang biak,
menyebabkan vaginosis bakteri.
Bakteri
yang dibudidayakan di laboratorium mikrobiologi untuk memberikan petunjuk
penting dari identitas mereka. Secara khusus, bila ditanam dalam tabung reaksi,
pengamatan berikut dapat didokumentasikan. Aerob obligat berkumpul di permukaan
media kultur untuk memaksimalkan penyerapan oksigen, sedangkan anaerob obligat
berkumpul di bagian bawah untuk menjauhkan diri dari oksigen. Bakteri fakultatif
berkumpul di dekat bagian atas, sedangkan Mikroaerofil berkumpul di dekat
bagian atas, tetapi tidak di permukaan. Anaerob Aerotolerant tersebar merata di
sepanjang kedalaman medium.
2. BERBAGAI MACAM BAKTERI PENYEBAB PENYAKIT
v Mycobacterium tuberculosis.
Bakteri ini dapat
menginfeksi sepertiga populasi dunia, setiap detik ada satu orang yang
terinfeksi tuberculosis, tetapi hanya bakteri yang aktif yang menyebabkan
orang menjadi sakit. Setiap tahunnya sekitar 4 juta penderita tuberkulosis paru
menular di dunia, ditambah lagi penderita yang tidak menular. Hal ini
menggambarkan setiap tahun di dunia akan ada sekitar 8 juta penderita
tuberkulosis paru, dan ada sekitar 3 juta orang meninggal setiap tahunnya
akibat penyakit ini.
Sampai hari ini, penyakit TBC masih
menempatkan Indonesia dalam tiga besar negara dengan jumlah penderita
terbanyak. Pada umumnya kegagalan pengobatan TBC terjadi disebabkan terapi yang
terputus karena pasien merasa sudah sembuh. Kendala lain yang sering
timbul adalah lamanya waktu pengobatan. Obat untuk TBC harus dimakan sedikitnya
enam bulan. Sementara biasanya setelah makan obat selama dua bulan, pasien
malas meneruskan pengobatan karena merasa sembuh dan tidak merasakan gejala
lagi. Padahal kalau pengobatan berhenti di tengah jalan, maka bukan saja
penyakitnya tidak sembuh dengan tuntas, tetapi juga menyebabkan bakteri TBC
menjadi kebal terhadap obat yang digunakan. Ketiadaan biaya malah membuat
seseorang tidak berobat, karena tidak mengetahui program pemerintah yang
menggratiskan obat TBC di seluruh Puskesmas di Indonesia. Penyakit ini sering
dianggap enteng oleh penderita karena masih bisa bekerja seperti biasa, namun
tanpa disadari keparahan penyakit yang semakin meningkat sebanding dengan
perjalanan waktu dan menurunnya daya tahan tubuh.
v Mycobacterium Leprae
Mycobacterium leprae, juga disebut Basillus Hansen, adalah bakteri yang menyebabkan
penyakit
kusta (penyakit Hansen). Bakteri ini merupakan bakteri
intraselular.
M. leprae merupakan gram-positif berbentuk
tongkat. Mycobacterium leprae mirip dengan Mycobacterium tuberculosis dalam besar dan bentuknya.
Penyakit Yang ditimbulkan
Lepra
(penyakit Hansen) adalah infeksi menahun yang terutama ditandai oleh adanya
kerusakan saraf perifer (saraf diluar otak dan medulla spinalis), kulit,
selaput lendir hidung, buah zakar (testis) dan mata.
Cara penularan lepra belum
diketahui secara pasti.
Jika
seorang penderita lepra berat dan tidak diobati bersin, maka bakteri akan
menyebar ke udara. Sekitar 50% penderita kemungkinan tertular karena
berhubungan dekat dengan seseorang yang terinfeksi.
Infeksi
juga mungkin ditularkan melalui tanah, armadillo, kutu busuk dan nyamuk.
Sekitar 95% orang yang terpapar oleh bakteri lepra tidak menderita lepra karena sistem kekebalannya berhasil melawan infeksi.
Lebih dari 5 juta penduduk dunia yang terinfeksi oleh kuman ini.
Jenis lepra menentukan prognosis jangka panjang, komplikasi yang mungkin terjadi dan kebutuhan akan antibiotik.
Sekitar 95% orang yang terpapar oleh bakteri lepra tidak menderita lepra karena sistem kekebalannya berhasil melawan infeksi.
Lebih dari 5 juta penduduk dunia yang terinfeksi oleh kuman ini.
Jenis lepra menentukan prognosis jangka panjang, komplikasi yang mungkin terjadi dan kebutuhan akan antibiotik.
Mycobacterium
leprae adalah satu-satunya bakteri yang menginfeksi saraf tepi dan hampir semua
komplikasinya merupakan akibat langsung dari masuknya bakteri ke dalam saraf
tepi. Bakteri ini tidak menyerang otak dan medulla spinalis.
Kemampuan untuk merasakan sentuhan, nyeri, panas dan dingin menurun, sehingga penderita yang mengalami kerusakan saraf tepi tidak menyadari adanya luka bakar, luka sayat atau mereka melukai dirinya sendiri. Kerusakan saraf tepi juga menyebabkan kelemahan otot yang menyebabkan jari-jari tangan seperti
Kemampuan untuk merasakan sentuhan, nyeri, panas dan dingin menurun, sehingga penderita yang mengalami kerusakan saraf tepi tidak menyadari adanya luka bakar, luka sayat atau mereka melukai dirinya sendiri. Kerusakan saraf tepi juga menyebabkan kelemahan otot yang menyebabkan jari-jari tangan seperti
v
SALMONELA
THYPOSA
Bakteri penyebab typus ini hidup
di dalam saluran pencernaan manusia dan hewan dan sering sekali menular melalui
makanan dan minuman yang tidak higienis. Makanan seperti daging dan telur yang
berasal dari hewan yang terjangkit bakteri salmonella typosa juga dapat menjadi
sumber infeksi penyakit ini.
Dalam tubuh bakteri salmonella
typhosa akan masuk kedalam lambung manusia kemudian masuk lagi ke usus. Dalam
lambung sebenarnya jumlah bakteri tersebut telah berkurang oleh adanya hambatan
dari HCL yang ada di lambung, namun apabila jumlah bakteri tersebut terlalu
banyak tentu bakteri tersebut tidak dapat seluruhnya mati. Daya hambat HCL akan
berkurang saat salmonella typhosa masuk bersama cairan yang dapat mengencerkan
HCL yang ada didalam lambung. Jika salmonella typhosa berhasil lolos dari
lambung maka bakteri tersebut akan masuk ke dalam usus halus.
Saat di dalam usus halus
salmonella typhosa akan menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah dan
pada akhirnya menyebar keseluruh tubuh. Jadi urin dan feses pun dapat
mengandung bakteri ini. Saat urin maupun kotoran tercemar dan terkonsumsi baik
secara langsung maupun melalui perantara hewan seperti lalat, tikus dan
sebagainnya maka salmonella typhosa ini dapat menular ke orang lain.
Penanggulangan Dan Pencegahan Typus
Bakteri salmonella typhosa
termasuk bakteri yang merugikan. Bakteri penyebab typus ini dapat menyebabkan
inangnya demam, peradangan organ bahkan kematian jika tidak ditanggulangi
dengan serius. Lantas bagaimana cara menanggulanginya? Berikut cara
menanggulangi dan mencegah penyakit typus .
Dengan penanganan yang tepat
bakteri salmonella typhosa dapat dijinakkan. Cara penanggulangan salmonella
typhosa yang paling baik saat ini adalah pemberian antibiotik. Pemberian
antibiotik yang tepat terbukti dapat mengobati 99% kejadian penyakit typus . Beberapa
jenis antibiotik yang diberikan adalah Kloramfenikol, Tiamfenikol,
Kotrimoksazol, dan Sefalosporin. Dosis yang diberikan umumnya berbeda-beda
tergantung dengan umur penderita serta tingkat keparahan penyakit. Untuk itu
saran dokter sangat diperlukan.
v
Shigella Dysenteriae
Bakteri
ini dapat menyebabkan seseorang terjangkit penyakit seperti disentri basiler
yang ditandai dengan gejala mendadak demam tinggi, sakit perut di bagian bawah,
diare yang bercampur dengan lendir dan darah. Jika tidak segera mendapatkan
penanganan medis, penyakit ini dapat mengakibatkan kematian.
v Bakteri
ibrio Cholera
Jenis
bakteri ini dapat menyebabkan timbulnya penyakit cholera asiatica, seseorang
yang terinfeksi bakteri ini dapat menimbulkan gejala seperti diare, mentah, kejang
dibagian perut dan nausea. Bahkan seseorang yang terinfeksi bakteri ini dapat
mengalami kejang-kejang yang mengakibatkan kematian dalam beberapa jam saja
setelah dirinya mulai terinfeksi. Cara penyebaran bakteri ini melalui makanan
dan minuman yang telah terkontiminasi bakteri mematikan tersebut.
v Diplococus
pnemonia
Pnemonia,
adalah suatu infeksi bakteri diplococcus pneumonia yang menyebabkan
peradangan pada dinding alveolus. Gangguan pada sistem pernapasan adalah
terganggunya pengangkutan O2 ke sel-sel atau jaringan tubuh disebut asfiksi.
Asfiksi ada bermacam-macam misalnya terisinya alveolus dengan cairan limfa
karena infeksi Diplokokus pneumonia atau Pneumokokus yang menyebabkan penyakit
pneumonia. Pada orang yang tenggelam, alveolusnya terisi air sehingga difusi
oksigen sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali sehingga mengakibatkan
orang tersebut shock dan pernapasannya dapat terhenti. Orang seperti itu dapat
ditolong dengan mengeluarkan air dari saluran pernapasannya dan melakukan
pernapasan buatan tanpa alat dengan cara dari mulut ke mulut dengan irama
tertentu dan menggunakan metode Silvester dan Hilger Neelsen. Asfiksi dapat
pula disebabkan karena penyumbatan saluran pernapasan oleh kelenjar limfa,
misalnya polip, amandel, dan adenoid.
v Triponema pallidum
Sifilis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan
oleh bakteri spiroset Treponema pallidum sub-spesies pallidum.
Rute utama penularannya melalui kontak seksual; infeksi ini
juga dapat ditularkan dari ibu ke janin selama kehamilan atau saat kelahiran,
yang menyebabkan terjadinya sifilis kongenital.
Penyakit lain yang diderita manusia yang disebabkan oleh Treponema pallidum
termasuk yaws (subspesies pertenue), pinta(sub-spesies carateum),
dan bejel (sub-spesies endemicum).
Tanda dan gejala sifilis
bervariasi bergantung pada fase mana penyakit tersebut muncul (primer,
sekunder, laten, dan tersier). Fase primer secara umum ditandai dengan
munculnya chancre tunggal (ulserasi
keras, tidak menimbulkan rasa sakit, tidak gatal di kulit), sifilis sekunder
ditandai dengan ruam yang menyebar yang seringkali muncul di telapak tangan dan
tumit kaki, sifilis laten biasanya tidak memiliki atau hanya menunjukkan
sedikit gejala, dan sifilis tersier dengan gejala gumma, neurologis, atau
jantung. Namun, penyakit ini telah dikenal sebagai "peniru ulung"
karena kemunculannya ditandai dengan gejala yang tidak sama. Diagnosis biasanya
dilakukan melalui tes darah; namun, bakteri
juga dapat dilihat melalui mikroskop. Sifilis dapat diobati secara efektif dengan
antibiotik,
khususnya dengan suntikan penisilin G (yang disuntikkan
untuk neurosifilis), ataupun ceftriakson, dan bagi pasien
yang memiliki alergi berat terhadap penisilin, doksisiklin atau azitromisin dapat diberikan
secara oral atau diminum.
Sifilis diyakini telah
menginfeksi 12 juta orang di seluruh dunia pada tahun 1999, dengan lebih dari
90% kasus terjadi di negara berkembang. Setelah jumlah kasus menurun
secara dramatis sejak ketersediaan penicilin di seluruh dunia pada 1940an,
angka infeksi kembali meningkat sejak pergantian milenium di banyak negara,
terkadang muncul bersamaan dengan human
immunodeficiency virus (HIV). Angka ini disebabkan sebagian oleh
praktik seks yang tidak aman di antara laki-laki yang berhubungan seksual
dengan laki-laki, seks bebas dan angka prostitusi tinggi, serta penurunan
penggunaan proteksi pelindun
v Paustrelia pestis
Penyakit pes, adalah infeksi yang disebabkan bakteri
Yersinia pestis (Y. pestis) dan ditularkan oleh kutu tikus (flea),
Xenopsylla cheopis. Selain jenis kutu tersebut, penyakit ini juga ditularkan
oleh kutu jenis lain. Di Indonesia dan negara2 Asia Tenggara kutu
carrier plague adalah Xenophylla astia. Penyakit ini menular lewat gigitan
kutu tikus, gigitan/cakaran binatang yang terinfeksi plague, dan kontak
dengan tubuh binatang yang terinfeksi. Kutu yang
terinfeksi
dapat membawa bakteri ini sampai berbulan2 lamanya. Selain itu pada
kasus pneumonic plague, penularan terjadi dari dari percikan air liur
penderita yang terbawa oleh udara.
v Neisseria
gonorrhoeae
Neisseria gonorrhoeae merupakan bakteri gram negatif, nonmotil, tidak
membentuk spora,
berkembang berkoloni membentuk diplokokus, atau pun tunggal monokokus. Manusia
merupakan satu-satunya inang alami bakteri ini. Untuk menginfeksi, bakteri
membutuhkan kontak langsung dengan mukosa tubuh, bisa lewat hubungan seks, atau
penggunaan toilet duduk. Bakteri ini menempel dengan pilinya. Infeksi ini
banyak menyerang orang usia muda, belum menikah, dan pendidikan rendah. Paling
banyak terjadi pada perempuan. Gejala infeksi lebih sering timbul pada
laki-laki. Infeksi pada anorektal dan faring sering Keluarnya
cairan putih dan lesi pada penis sebagai indikasi gonore.
Pada pria, gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari
setelah terinfeksi. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra dan
beberapa jam kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih (kencing) serta
keluarnya nanah dari penis.
Sedangkan pada wanita, gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari
setelah terinfeksi. Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa
minggu atau bulan, dan diketahui menderita penyakit tersebut hanya setelah
pasangan hubungan seksualnya tertular. Jika timbul gejala, biasanya bersifat
ringan. Tetapi beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat, seperti
desakan untuk berkemih , nyeri ketika berkemih, keluarnya cairan dari vagina, dan demam.
Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, saluran
telur, indung telur, uretra, dan rektum serta menyebabkan nyeri pinggul yang dalam
ketika berhubungan seksual.
Wanita dan pria homoseksual
yang melakukan hubungan seks melalui anus (seks anal)
dapat menderita gonore pada rektumnya. Penderita akan merasakan tidak nyaman di
sekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah di sekitar anus tampak
merah dan kasar, serta tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah.
v Clostridum botulnum
Pada Agustus
lalu, eksportir susu terbesar Selandia Baru melakukan penarikan produk
besar-besaran dari pasar Cina, Australia, Thailand, Malaysia, Vietnam, Arab
Saudi dan pasar dalam negerinya karena terinfeksi bakteri Clostridium botulinum. Meskipun produk-produk yang
terkontaminasi C. botulinum ini tidak
masuk ke Indonesia, tetaplah penting mengetahui bahaya bakteri ini.
Bakteri C. botulinum menghasilkan racun yang menyebabkan botulisme, penyakit langka yang bisa mengakibatkan kelumpuhan. Racun ini adalah salah satu racun paling kuat dan jumlah sekecil 1 mikrogram pun dapat sangat mematikan bagi manusia. Botulisme biasanya diawali dengan gejala seperti berikut: Kram perut, pandangan buram, kesulitan bernapas, dan kelemahan otot. Biasanya didahului dengan kelemahan otot saraf kranial yang berfungsi mengatur gerakan mata, wajah, mengunyah, dan menelan. Pada bayi, botulisme biasanya diawali dengan sembelit dankesulitanbernapas. Gejala keracunan ini biasanya timbul dalam waktu 12-36 jam .
Bakteri C. botulinum menghasilkan racun yang menyebabkan botulisme, penyakit langka yang bisa mengakibatkan kelumpuhan. Racun ini adalah salah satu racun paling kuat dan jumlah sekecil 1 mikrogram pun dapat sangat mematikan bagi manusia. Botulisme biasanya diawali dengan gejala seperti berikut: Kram perut, pandangan buram, kesulitan bernapas, dan kelemahan otot. Biasanya didahului dengan kelemahan otot saraf kranial yang berfungsi mengatur gerakan mata, wajah, mengunyah, dan menelan. Pada bayi, botulisme biasanya diawali dengan sembelit dankesulitanbernapas. Gejala keracunan ini biasanya timbul dalam waktu 12-36 jam .
3. Macam macam Reproduksi Bakteri
v Reproduksi Bakteri secara Aseksual
Bakteri
melakukan reproduksi secara aseksual dengan pembelahan biner, yaitu dari satu
sel menjadi dua sel, dari dua sel menjadi empat sel, dari empat Sel menjadi
delapan sel, dan seterusnya. Pembelahan ini terjadi secara amitosis (secara
langsung), yaitu tidak melalui tahap-tahap tertentu seperti pada pembelahan
mitosis. Pada umumnya, bakteri mampu membelah sekitar 1 — 3 jam sekali. Sebagai
contoh, Escherichia coli membelah setiap 20 menit sekali.
Dalam waktu singkat, jumlah sel dalam koloni akan terus berlipat ganda dan
suatu generasi ke generasi berikutnya. Namun, pertumbuhan koloni bakteri akan
melambat pada titik tertentu, yaitu ketika kehabisan nutrisi atau terjadi
penumpukan sisa-sisa metabolisme yang meracuni bakteri itu sendiri.
v Reproduksi Bakteri secara paraseksual
Bakteri melakukan reproduksi
secara seksual dengan cara rekombinasi gen. Rekombinasi gen
adalah peristiwa bercampurnya sebagian materi gen (DNA) dan dua sel bakteri
yang berbeda sehingga terbentuklah DNA rekombinan. Dalam rekombinasi gen, akan
dihasilkan dua sel bakteri dengan maten genetik campuran dari kedua induknya.
Rekombinasi gen dapat terjadi melalui konjugasi, transduksi, dan transformasi.
a.
Reproduksi
Bakteri dengan Konjugasi
Kelemahan reproduksi aseksual
untuk bakteri adalah bahwa karena menjadi identik secara genetik, mereka semua
rentan terhadap faktor lingkungan yang sama. Untuk mengatasi hal ini, evolusi
telah memasukkan beberapa faktor yang bakteri gunakan untuk membuat variasi
genetik. Salah satu metode utama adalah konjugasi, yang memungkinkan bakteri
untuk mentransfer bagian dari gen mereka ke bakteri yang lain ketika mereka kontak.
Ketika bakteri melakukan konjugasi, mereka memanfaatkan struktur yang dikenal
sebagai “pilus” untuk mentransfer gen.
b. Reproduksi
Bakteri dengan Transformasi
Transformasi
adalah rekombinasi gen yang terjadi melalui pengambilan langsung sebagian
materi gen dari bakteri lain, yang dilakukan oleh suatu sel bakteri. Bakteri
yang mampu melakukan transfonmasi secara alamiah, yaitu bakteri-bakteri yang
dapat memproduksi enzim khusus, antara lain Rhizobium, Streptococcus,
Neisseria, Pneumococcus, dan Bacillus.
Dalam teknologi rekayasa gen, bakteri yang tidak dapat melakukan transformasi
secara alamiah dapat dipaksa untuk menangkap dan memasukkan suatu plasmid
rekombinan ke dalam selnya dengan cara memberikan kalsium kiorida atau melalui
suatu proses yang disebut kejut-panas (heat shock)
Teknik umum lainnya dalam mengubah DNA yang
digunakan dalam hubungannya dengan pembelahan biner adalah “transformasi.”
Dengan menggunakan transformasi, bakteri dapat mengambil DNA dari lingkungan.
Biasanya, transformasi dilakukan oleh bakteri hidup mengambil DNA dari sel-sel
bakteri mati, diikuti oleh bakteri mengikat DNA tua, mengangkut di atas
membran. Sel bakteri kemudian menggabungkan DNA baru, menciptakan, sel bakteri
baru berubah yang kemudian mengalami pembelahan biner untuk menghasilkan jenis
bakteri unik secara genetik dibandingkan dengan yang asli.
c. Reproduksi
Bakteri dengan Transduksi
Transduksi adalah rekombinasi gen
antara dua sel bakteri dengan menggunakan virus fag. Virus fag yang telah
menginfeksi suatu bakteri pada daur litik maupun lisogenik akan mengandung
partikel DNA bakteri. Bila virus fag tersebut menginfeksi bakteri lainnya, maka
terjadilah rekombinasi gen pada bakteri-bakteri yang terinfeksi fag. Virus fag
temperat (virus yang dapat bereproduksi secara litik maupun lisogenik)
merupakan virus yang paling cocok untuk proses transduksi.
Reproduksi
Bakteri dengan Transduksi
Transduksi adalah salah satu jenis yang paling
rumit dari pertukaran DNA yang terjadi. Jenis rekombinasi bakteri melibatkan
bakteriofag, yang bertindak sebagai virus yang menginfeksi sel bakteri. Ketika
bakteriofag menempel pada sel bakteri, itu menyisipkan bit DNA ke dalam bakteri
dan bertindak sebagai parasit. Virus ini kemudian memanfaatkan enzim dalam sel
bakteri untuk mereplikasi, melisiskan atau membelah sel bakteri.
Kunci yang memungkinkan transduksi untuk mengubah
DNA bakteri adalah bahwa selama replikasi dari bakteriofag, beberapa bakteri
inang sering dimasukkan ke dalamnya. Ketika bakteriofag dimodifikasi
menginfeksi bakteri baru, DNA ini kemudian dapat diteruskan dengan digabungkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar