Nama : Kadek Sandiasa
NPM : 102 2014 005
Jurusan : Pertanian
Program studi : Agroteknologi
Nama-nama
kelompok tani di desa Salugan
No
|
Nama
Kelompok Tani
|
Nama
Ketua
|
1
|
Karya
binaan 1
|
Rizal
hanapi
|
2
|
Karya binaan 2
|
Sudirman
|
3
|
Malasugi
|
Roman
|
4
|
Ogopangas
|
Rusdi abas
|
5
|
Harapan
jaya
|
Alwi
|
6
|
Naculiloloe
|
Tasbir N. nur
|
7
|
Petuto
|
Sarman
Rahman
|
8
|
Tunas muda
|
Alimudin duba
|
9
|
Bongag
|
Alimudin
duba-sekertaris
|
10
|
Salugan jaya
|
Ambo Tang
|
11
|
Sumber
tani
|
Abd.
Kadir
|
12
|
Malatinda
|
Hj. Hadirah
|
13
|
Tunas
baru
|
Hamka
|
14
|
Tanjung puak
|
Abd. razak
|
Setelah
melakuakan wawancara kepada salah satu petani yang merupakan ketua dari
kelompok tani Karya Binaan bapak Rizal
Hanapi, adapun beberapa masalah yang dialami oleh beliau selama melakukan
kegiatan pertanian di desa salugan adalah sebagai berikut :
1.
Kondisi
alam
Ketika hujan turun sangat deras maka
banjir akan melanda desa salugan yang dapat merusak tanaman dan menurunkan hasil produksi. Begitu pula
sebalikya ketika hujan tidak turun maka kekeringan akan melanda yang dapat
menghentikan beberapa kegiatan pertanian khususnya padi sawah yang membutuhkan
banyak air. Hal ini diakibatkan oleh saluran irigasi yang belum efektif
khususnya sumber air yang hanya mengandalkan air dari gunung.
2.
Pupuk
Bantuan pupuk untuk kelompok tani di
desa salugan sudah diberikan. Namun yang menjadi masalah adalah proses
pemberian yang belum efisien. Dimana disaat pupuk sudah diperlukan oleh petani
tetapi bantuan belum kunjung dating.
3.
Hama
penggerek batang padi.
Salah satu hama yang sangat merugikan dan menjadi
keresahan petani serta dapat menurunkan angka produktifitas tanaman padi di
desa salugan.
HAMA PENGGEREK BATANG PADI (Rice stem borer)
Penggerek batang padi merupakan hama
tanaman padi yang termasuk ordo lepidoptera dari famili Noctuidae dan Pyralidae.
Serangga ini umumnya tertarik pada lampu pada malam hari, berbentuk kupu-kupu
kecil yang disebut ngengat dan tersebar di daratan Asia, Amerika, dan Australia.
Di Indonesia, terdapat lima spesies penggerek batang padi yang menjadi kendala
di lahan irigasi maupun lahan lebak dan pasang surut. Penggerek batang padi
tersebut adalah penggerek batang padi kuning , pengerek batang padi putih,
penggerek batang padi bergaris, penggerek batang padi berkepala hitam,
penggerek batang padi merah jambu.
Gejala serangan hama penggerek
tersebut sama, yaitu pada fase vegetatif yang disebut sundep (deadhearts)
dengan gejala titik tumbuh tanaman muda mati. Gejala serangan penggerek pada
fase generatif disebut beluk (whiteheads) dengan gejala malai mati dengan bulir
hampa yang kelihatan berwarna putih. Gejala sundep sudah kelihatan sejak 4 hari
setelah larva penggerek masuk. Larva penggerek selalu keluar masuk batang padi,
sehingga satu ekor larva sampai menjadi ngengat dapat menghabiskan 6-15 batang
padi.
Sampai saat ini insektisida adalah
andalan petani dalam mengendalikan hama penggerek batang padi kuning. Kondisi
tersebut sangat berisiko karena penggunaan insektisida yang secara
terus-menerus berdampak negatif terhadap lingkungan, seperti hama menjadi
resisten, resurjensi atau akan terjadi ledakan hama sekunder, terbunuhnya
organisme nontarget, dan residu insektisida.
PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADI
Teknologi pengendalian penggerek
batang padi telah tersedia dan telah diimplementasikan oleh para peneliti, petugas,
dan petani, mulai dari penggunaan musuh alami, varietas tahan sampai aplikasi
insektisida, namun mengalami banyak kegagalan. Pada MK 2012 terdapat ribuan
hektar tanaman padi di Kabupaten Karawang terserang hama penggerek, mulai dari
5% sundep atau beluk sampai puso. Hal ini menunjukkan, walaupun teknologi sudah
tersedia tetapi pelaksanaan pengendalian yang keliru akan menyebabkan kerugian
berkepanjangan.
Cara-cara yang dapat dilakukan dalam
bercocok tanam padi untuk menghindari serangan hama penggerek batang, antara
lain :
1. Penggunaan
varietas tahan
Secara genetis belum ada varietas yang
tahan terhadap serangan penggerek batang padi, tetapi secara morfologi tanaman
ada beberapa sifat yang tidak disukai serangga tersebut sehingga memungkinkan
terhindar dari kerusakan yang berat.
Tanaman padi yang tidak disukai
penggerek batang padi adalah varietas-vareitas yang bertipe semi-kerdil, bentuk
morfologinya adalah berbatang pendek, mempunyai lapisan lignin yang tebal pada
jaringan batang dan pelepah daun serta jumlah sel silika yang besar.
Contoh varietas yang tidak direspon baik
oleh penggerek batang padi (terutama PBP Kuning dan PBP Bergaris) adalah IR40
dan IR72. Kedua varietas tersebut bertipe semi-kerdil, kelebihan lainnya adalah
mampu memproduksi anakan lebih banyak sebagai tanggapan terhadap kerusakan
akibat serangan penggerek batang padi.
2. Penentuan
waktu tanam
Pengendalian penggerek batang padi
dalam PHT adalah segala upaya untuk menghindari kerusakan tanaman, kehilangan
hasil atau kerugian secara ekonomis akibat sundep dan/atau beluk. Tindakan ini
bisa bersifat upaya pengendalian populasi maupun pencegahan serangan.
Penentuan waktu tanam yang tepat
diharapkan bisa menghindari serangan penggerek batang padi. Ini dikarenakan
penerbangan ngengat serangga hama ini mempunyai kekhasan, pada waktu-waktu
tertentu jumlahnya sangat banyak dan di saat yang lain praktis sedikit. Di
daerah tropis yang biasa ditanami padi 2 atau 3 kali dalam setahun, siklus
hidup penggerek batang padi tidak pernah putus. Di sini endemik serangan
sundep/beluk, pembuatan persemaian sebaiknya dilakukan 7-10 hari setelah puncak
penerbangan ngengat penggerek.
Pencegahan serangan penggerek batang
padi dengan menentukan waktu tanam yang tepat sebenarnya sudah dilakukan sejak
dulu. Ini dibuktikan adanya kalender tanam (pranata mangsa) sebagai acuan waktu
penanaman.
3. Rotasi tanaman
Di daerah tropis yang mengenal dua
musim dalam setahun biasanya mempunyai pola tanam Padi-Padi-Bera atau
Padi-Padi-Palawija. Untuk menghindari serangan penggerek batang padi perlu
dilakukan rotasi tanaman. Pergiliran tanaman dengan menanam komoditas selain
padi dilakukan untuk memutus siklus hidup serangga penggerek batang, misalnya
dengan pola Padi-Palawija-Bera, Padi-Palawija-Palawija atau
Padi-Sayur-Palawija.
Pengendalian dengan rotasi tanaman
memungkinkan dilakukan di lahan yang beririgasi setengah teknis atau tadah
hujan, sedangkan di lahan beririgas teknis rotasi tanaman sebaiknya dilakukan
secara berkala dalam wilayah yang luas
4. Pengolahan
tanah dan penggenangan
Pengolahan tanah yang sempurna yaitu
membalikkan lapisan olah tanah sampai sisa-sisa tanaman terpendam kemudian
digenangi selama beberapa hari sehingga larva yang tertinggal di dalam batang
bisa mati dan pupa gagal menjadi ngengat.
5. Sanitasi
lahan
Sanitasi lahan yaitu membersihkan
lingkungan pertanaman yang terserang sundep/beluk dengan intensitas sedang
sampai berat. Cara ini dilakukan dengan memotong sisa-sisa tanaman hingga
pangkal batang dan membakarnya sehingga pupa yang bersemayam di pangkal batang
bisa mati terbakar.
Pengendalian Fisik/Mekanik (Physical/Mecanical Control)
Teknik pengendalian ini cukup efektif untuk mencegah
serangan penggerek batang padi. Pengendalian fisik.mekanik dilakukan oleh
petani secara langsung maupun dengan alat (perangkap).
1. Pemungutan kelompok telur
Tindakan pengendalian ini dilakukan
dengan memungut kelompok telur di persemaian. Cara ini efektif untuk mencegah
sundep pada tanaman yang baru pindah (transplanting).
2. Penggunaan
perangkap
Perangkap yang biasa digunakan adalah
lampu karena ngengat penggerek batang tertarik pada cahaya. Lampu ditempatkan
di pertanaman, di bawahnya terdapat bak/baki berisi air sehingga ngengat yang
sampai ke lampu akan terjatuh ke air. Selain kupu penggerek batang, perangkap
ini juga bisa menangkap serangga hama lain yang aktif pada malam hari dan
tertarik pada cahaya. Dengan perangkap lampu, jumlah ngengat yang tertangkap
bisa dihitung sehingga bisa diketahui periode puncak penerbangan ngengat.
Teknik ini cukup efektif untuk
peramalan serangan penggerek batang padi sehingga menarik sebagian peemerhati
masalah pertanian dengan mengembangkan perangkap lampu. Saat ini telah
ditemukan Water Electric Light Trap (WELT) yaitu perangkap lampu
menggunakan cahaya violet dengan jaring kawat di sekelilingnya yang dialiri
listrik (seperti pada raket nyamuk). Perangkap ini lebih banyak menangkap
serangga karena ketertarikan terhadap cahaya violet lebih disukai.
Pengendalian Biologi (Biological Control)
Pengendalian secara biologi dengan
menggunakan musuh alaminya, baik predator, parasitoid maupun virus/jamur
patogenik. Contoh predator yang memakan kelompok telur adalah jangkrik,
sedangkan yang memangsa ngengat penggerek adalah kelelawar dan laba-laba.
Bangsa tabuhan (Trichogramma sp.)
juga merupakan musuh alami penggerek batang padi. Serangga ini memarasit kelompok
telur penggerek. Musuh alami lain adalah virus dan jamur entomopatogenik, yaitu
cendawan yang berkembang biak dengan tubuh serangga sebagai inangnya. Metharrizium
anisopliae adalah salah satu contoh jamur yang menyerang larva penggerek
batang padi.
Teknik pengendalian secara biologis
banyak dikembangkan dalam pertanian organik karena mekanisme penekanan terhadap
populasi serangga hama sangat kuat, tidak menimbulkan dampak negatif pada
tanaman serta tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Saat ini, musuh-musuh
alami serangga hama diperbanyak atau dikembangbiakkan secara khusus menjadi
agensia hayati.
Pengendalian Kimiawi (Pesticide Control)
Pengendalian secara kimiawi atau dengan
pestisida sebaiknya hanya dilakukan bila populasi serangga hama atau intensitas
serangan penggerek batang telah melebihi ambang pengendalian. Pada tanaman padi
dalam masa pertumbuhan (stadia vegetatif) penggunaan pestisida bila tingkat
serangannya lebih dari 5%, sedangkan pada vase generatif jika intensitasnya 15%
atau lebih.
Dengan pestisida, populasi serangga
hama dapat ditekan dan turun secara cepat bahkan reaksinya bisa langsung
dilihat (knockdown effect). Namun demikian, kelebihan itu harus dibayar dengan
harga tinggi karena selain mahal, penggunaan pestisida juga berdampak
terbunuhnya musuh alami ataupun binatang lain yang berada di sekitar
pertanaman.
Ini bisa menimbulkan ledakan hama kedua (resurgensi) dan
munculnya sifat kekebalan terhadap pestisida tersebut (resistensi). Selain
dampak negatif terhadap lingkungan, penggunaan pestisida juga dapat
meninggalkan residu pada produk pertanian yang bisa menimbulkan gangguan
kesehatan terhadap manusia.
Pestisida merupakan alternatif terakhir
dalam sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) jika tingkat serangannya sudah
melebihi ambang ekonomi atau populasinya telah mencapai ambang pengendalian.
Saat ini, pestisida yang beredar di pasaran sangat banyak bahkan satu jenis
bahan aktif bisa lebih dari 3 merek dagang. Oleh karena itu, penggunaan
pestisida sebaiknya memperhatikan 5+1 (lima plus satu) tepat, yaitu : tepat
jenis, tepat sasaran, tepat waktu, tepat dosis, tepat cara atau tepat aplikasi
dan tepat harga.
1. Tepat jenis
Pestisida adalah semua bahan yang
berpotensi membunuh (cide) organisme pengganngu (pest). Jenis pestisida untuk
mengendalikan penggerek batang padi adalah INSEKTISIDA, yaitu pestisida
yang digunakan untuk membunuh/membasmi serangga. Berdasarkan cara kerjanya,
insektisida yang digunakan untuk mengendalikan penggerek batang padi ada yang
bersifat sistemik dan ada yang translaminer. Sedangkan menurut formulasinya,
insektisida yang digunakan untuk mengendalikan sundep/beluk ada yang berupa
butiran (granul), tepung (powder) maupun cair (larutan/emulsi).
2. Tepat sasaran
Stadia perkembangan penggerek batang
padi yang bisa dikendalikan dengan insektisida adalah stadia larva dan
ngengatnya. Oleh karena larva penggerek (sasaran) berada di dalam batang padi,
maka insektisida yang tepat adalah yang mempunyai cara kerja SISTEMIK
(bisa ditranslokasikan ke seluruh jaringan tanaman). Pada tanaman padi yang
masih muda (stadia vegetatif), atau bila larva yang ditemukan pada tanaman
terserang masih instar awal atau baru menetas dari kelompok telurnya,
penggunaan insektisida yang bersifat translaminer juga bisa.
3. Tepat waktu
Penggunaan insektisida yang tepat waktu
agar efektif dalam mengendalikan penggerek batang padi dan efikasinya paling
bagus. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa stadia larva merupakan sasaran
efektif untuk pengendalian sundep/beluk. Larva yang mudah dikendalikan adalah
larva instar 1 karena biasanya masih berada di sekitar pelepah daun setelah
menetas dari telurnya. Larva instar 2-4 juga bisa dikendalikan karena sedang
aktif menggerek batang padi dan ukuran tubuhnya masih relatif kecil. Sedangkan
larva instar 5 dan 6 lebih sulit karena pada stadia ini larva tidak begitu
rakus serta besar ukurannya.
Untuk mengetahui stadia perkembangan
penggerek sebaiknya pengamtan secara berkala. Cara yang mudah untuk menentukan
waktu aplikasi yang tepat dengan membawa kelompok telur yang ditemukan di
pertanaman untuk mengetahui waktu penetasannya.
Selain itu, bila memilih
insektisida aplikasinya dengan semprot maka sebaiknya dilakukan pada pagi
hingga siang hari karena pada saat itu mulut daun (stomata) sedang membuka,
sehingga bahan aktif mudah masuk ke dalam jaringan tanaman.
4. Tepat dosis
Dosis adalah takaran, jumlah atau
banyaknya insektisida yang digunakan pada suatu lahan. Jumlah insektisida
biasanya dinyatakan dalam gram/kilogram atau liter, sedangkan satuan untuk luas
lahan adalah hektar. Contoh : dosis penggunaan Furadan 3GR adalah 17 – 20
kg/hektar atau dosis penggunaan Spontan 400SL adalah 1 - 2
liter/hektar.
Kadang-kadang pengertian dosis samar
dengan konsentrasi larutan, misalnya 2 - 3 ml/liter. Konsentrasi larutan
digunakan karena kebiasaan setiap pengguna tidak sama, ada yang menggunakan
volume semprot rendah dan ada yang terbiasa dengan volume tinggi. Contoh bila
seorang petani menggunakan insektisida Spontan 400SL dengan dosis rendah (1
liter/Ha), tetapi dalam aplikasinya terbiasa dengan volume semprot tinggi
(misalnya 500 liter/hektar), maka konsentrasi larutan Spontan 400SL yang digunakan
adalah 1.000 ml / 500 liter atau 2 cc / liter. Jadi bila menggunakan tanki
ukuran 17 liter, maka volume Spontan 400SL yang dibutuhkan adalah 34 mililiter
(cc).
Dosis penggunaan insektisida perlu
diperhatikan agar efektif. Bila penggunaannya di bawah dosis yang dianjurkan,
bukan tidak mungkin hamanya tidak dapat dikendalikan, sebaliknya jika dosisnya
berlebih dikhawatirkan cepat menimbulkan kekebalan (resistensi) dan boros
biaya.
5. Tepat cara /
aplikasi
Aplikasi yang tepat cukup menentukan
efektifitas dan efikasi penggunaan pestisida. Ini biasanya berkaitan dengan
formulasi pestisida dan alat yang digunakan. Contoh : CENTA-dine merupakan
insektisida berbahan aktif DIMEHIPHO dengan formulasi granule (butiran), cara
aplikasinya adalah disebar. Cara ini cukup efisien bila aplikasinya bersamaan
dengan pemupukan. Kebanyakan petani menggunakan insektisida jenis ini bila
tanaman telah menampakkan gejala atau dengan kata lain, larva penggerek batang
telah masuk ke dalam batang tanaman padi. Contoh lainnya MANUVER, insektisida
dengan bahan aktif yang sama tetapi formulasinya cair (Water Soluable
Concentrate/WSC) cara aplikasinya dengan disemprotkan ke tanaman. Cara ini
sangat efektif bila berdasarkan pengamatan, telur-telur penggerek batang yang
ada di pertanaman baru menetas karena larva yang baru menetas tidak langsung
masuk ke dalam batang.
Tepat aplikasi yang berhubungan dengan
alat biasanya nozzle dari sprayer yang digunakan. Bila cara kerja pestisida
racun pernafasan maka sebaiknya menggunakan nozzle yang bisa menghasilkan
larutan semprot yang keluar dari sprayer berbentuk kabut. Demikian jika
sasarannya berada di batang dengan cara kerja kontak maka sebaiknya menggunakan
nozzle yang menghasilkan larutan semprot berupa semburan dan bisa menembus hingga
ke bagian batang.
6. Tepat harga
Jumlah pestisida yang beredar di
pasaran saat ini sangat banyak. Untuk memutuskan pestisida yang akan digunakan
tidak hanya berdasarkan cara kerja dan bahan aktifnya saja, namun juga perlu
mempertimbangkan harganya. Suatu produk pestisida yang harganya murah bisa jadi
kualitasnya kurang bagus, tetapi yang berharga mahal belum tentu pilihan yang
tepat.
Insektisida Virtako 350EC misalnya,
kualitasnya sangat baik, efikasi terhadap hama sasarannya juga efektif, namun
harganya mahal. Bahan aktif Virtako 350EC adalah klorantranilipol
(100 gram/liter) dan tiametoksam (250 gram/liter) yang sangat
efektif untuk mengendalikan hama penggerek batang padi dan wereng coklat. Harga
di kios saprotan bervariasi, rata-rata saat ini Rp. 90.000,- untuk kemasan 50
ml. Bila di pertanaman hanya ditemukan serangan penggerek batang padi saja maka
sebaiknya menggunakan insektisida yang berbahan aktif klorantranilipo saja,
misalnya Prevanthon 50EC. Harga Prevanthon 50EC kemasan 100 ml sekitar Rp. 65.000,-.
Jadi dalam kedua kemasan insektisida tersebut mengandung 50 gram klorantranilipol.
Sebaliknya bila di lapangan tanaman padi terserang penggerek batang padi dan
wereng coklat, maka pilihan yang tepat adalah Virtako 350EC.
Dengan
mengetahui gejala serangan penggerek batang padi, jenis dan waktu serangannya
maka pengendalian hama ini tidaklah sulit. Metode pengendalian hama penggerek
batang padi yang dimaksud adalah Pengendalian Hama Terpadu (PHT) atau
Management Pest Control, yaitu suatu metode pengendalian hama yang
manggabungkan atau mengintegrasikan berbagai teknik pengendalian yang
kompatibel dan berkesinambungan.
Dalam
metode ini, mekanisme penekanan populasi hama dilakukan dengan mengelola
tanaman, lingkungan dan musuh alaminya. Ada beberapa hal penting atau prinsip
dalam PHT, yaitu : budidaya tanaman sehat, pengamatan secara berkala dan
pelestarian musuh alami. Apabila prinsip-prinsip tersebut dilaksanakan dengan benar,
para petani akan mampu merekomendasikan sendiri tindakan pengendalian yang
harus dilakukan untuk menekan populasi hama sehingga tidak menimbulkan kerugian
secara ekonomis.
Teknik-teknik
pengendalian yang digunakan dalam PHT yaitu teknik pengendalian dengan budidaya
tanaman (cultural practices), teknik pengendalian secara fisik/mekanik
(physical control), secara biologis (biological control) dan teknik
pengendalian dengan kimia (pesticide control). Dalam penerapannya,
teknik-teknik tersebut bisa dilakukan sendiri-sendiri maupun bersamaan
tergantung situasi pertanaman, tingkat serangan dan populasi musuh alami.
Teknik Budidaya (Cultural Practices)
Pengendalian
hama penggerek batang padi dengan teknik budidaya yaitu cara penekanan populasi
hama maupun pencegahan resiko kerugian akibat serangan penggerek batang padi
dengan cara bercocok tanam.
Cara-cara
yang dapat dilakukan dalam bercocok tanam padi untuk menghindari serangan hama
penggerek batang, antara lain :
1.
Penggunaan varietas tahan
Secara
genetis belum ada varietas yang tahan terhadap serangan penggerek batang padi,
tetapi secara morfologi tanaman ada beberapa sifat yang tidak disukai serangga
tersebut sehingga memungkinkan terhindar dari kerusakan yang berat.
Tanaman
padi yang tidak disukai penggerek batang padi adalah varietas-vareitas yang
bertipe semi-kerdil, bentuk morfologinya adalah berbatang pendek, mempunyai
lapisan lignin yang tebal pada jaringan batang dan pelepah daun serta jumlah
sel silika yang besar.
Contoh
varietas yang tidak direspon baik oleh penggerek batang padi (terutama PBP
Kuning dan PBP Bergaris) adalah IR40 dan IR72. Kedua varietas tersebut bertipe
semi-kerdil, kelebihan lainnya adalah mampu memproduksi anakan lebih banyak
sebagai tanggapan terhadap kerusakan akibat serangan penggerek batang padi.
2. Penentuan waktu tanam
Pengendalian
penggerek batang padi dalam PHT adalah segala upaya untuk menghindari kerusakan
tanaman, kehilangan hasil atau kerugian secara ekonomis akibat sundep dan/atau
beluk. Tindakan ini bisa bersifat upaya pengendalian populasi maupun pencegahan
serangan.
Penentuan
waktu tanam yang tepat diharapkan bisa menghindari serangan penggerek batang
padi. Ini dikarenakan penerbangan ngengat serangga hama ini mempunyai kekhasan,
pada waktu-waktu tertentu jumlahnya sangat banyak dan di saat yang lain praktis
sedikit. Di daerah tropis yang biasa ditanami padi 2 atau 3 kali dalam setahun,
siklus hidup penggerek batang padi tidak pernah putus. Di sini endemik serangan
sundep/beluk, pembuatan persemaian sebaiknya dilakukan 7-10 hari setelah puncak
penerbangan ngengat penggerek.
Pencegahan
serangan penggerek batang padi dengan menentukan waktu tanam yang tepat
sebenarnya sudah dilakukan sejak dulu. Ini dibuktikan adanya kalender tanam
(pranata mangsa) sebagai acuan waktu penanaman.
3. Rotasi tanaman
Di
daerah tropis yang mengenal dua musim dalam setahun biasanya mempunyai pola
tanam Padi-Padi-Bera atau Padi-Padi-Palawija. Untuk menghindari serangan
penggerek batang padi perlu dilakukan rotasi tanaman. Pergiliran tanaman dengan
menanam komoditas selain padi dilakukan untuk memutus siklus hidup serangga
penggerek batang, misalnya dengan pola Padi-Palawija-Bera,
Padi-Palawija-Palawija atau Padi-Sayur-Palawija.
Pengendalian
dengan rotasi tanaman memungkinkan dilakukan di lahan yang beririgasi setengah
teknis atau tadah hujan, sedangkan di lahan beririgas teknis rotasi tanaman
sebaiknya dilakukan secara berkala dalam wilayah yang luas
4.
Pengolahan tanah dan penggenangan
Pengolahan
tanah yang sempurna yaitu membalikkan lapisan olah tanah sampai sisa-sisa
tanaman terpendam kemudian digenangi selama beberapa hari sehingga larva yang
tertinggal di dalam batang bisa mati dan pupa gagal menjadi ngengat.
5.
Sanitasi lahan
Sanitasi
lahan yaitu membersihkan lingkungan pertanaman yang terserang sundep/beluk
dengan intensitas sedang sampai berat. Cara ini dilakukan dengan memotong
sisa-sisa tanaman hingga pangkal batang dan membakarnya sehingga pupa yang
bersemayam di pangkal batang bisa mati terbakar.
Pengendalian Fisik/Mekanik
(Physical/Mecanical Control)
Teknik
pengendalian ini cukup efektif untuk mencegah serangan penggerek batang padi.
Pengendalian fisik.mekanik dilakukan oleh petani secara langsung maupun dengan
alat (perangkap).
1. Pemungutan
kelompok telur
Tindakan
pengendalian ini dilakukan dengan memungut kelompok telur di persemaian. Cara
ini efektif untuk mencegah sundep pada tanaman yang baru pindah
(transplanting).
Beberapa
Keuntungan pengendalian dengan cara ini antara lain :
-
Lebih mudah dilakukan karena terbatas di lahan persemaian
yang ukurannya lebih sempit dibandingkan bila tanaman sudah dipindahtanamkan.
-
Larva yang baru menetas dari sebuah kelompok telur bisa
mencapai 200 bahkan lebih, sehingga sangat efektif mencegah serangan sundep.
-
Tanaman yang baru pindah dari persemaian masih beradaptasi
di lingkungan baru, jaringan belum kompak dan lemah sehingga mudah ditembus
oleh larva.
2.
Penggunaan perangkap
Perangkap
yang biasa digunakan adalah lampu karena ngengat penggerek batang tertarik pada
cahaya. Lampu ditempatkan di pertanaman, di bawahnya terdapat bak/baki berisi
air sehingga ngengat yang sampai ke lampu akan terjatuh ke air. Selain kupu
penggerek batang, perangkap ini juga bisa menangkap serangga hama lain
yang aktif pada malam hari dan tertarik pada cahaya. Dengan perangkap lampu,
jumlah ngengat yang tertangkap bisa dihitung sehingga bisa diketahui periode
puncak penerbangan ngengat.
Teknik
ini cukup efektif untuk peramalan serangan penggerek batang padi sehingga
menarik sebagian peemerhati masalah pertanian dengan mengembangkan perangkap
lampu. Saat ini telah ditemukan Water Electric Light Trap (WELT) yaitu
perangkap lampu menggunakan cahaya violet dengan jaring kawat di sekelilingnya
yang dialiri listrik (seperti pada raket nyamuk). Perangkap ini lebih banyak
menangkap serangga karena ketertarikan terhadap cahaya violet lebih disukai.
Pengendalian Biologi (Biological
Control)
Pengendalian
secara biologi dengan menggunakan musuh alaminya, baik predator, parasitoid
maupun virus/jamur patogenik. Contoh predator yang memakan kelompok telur
adalah jangkrik, sedangkan yang memangsa ngengat penggerek adalah kelelawar dan
laba-laba.
Bangsa
tabuhan (Trichogramma sp.) juga merupakan musuh alami penggerek batang
padi. Serangga ini memarasit kelompok telur penggerek. Musuh alami lain adalah
virus dan jamur entomopatogenik, yaitu cendawan yang berkembang biak dengan
tubuh serangga sebagai inangnya. Metharrizium anisopliae adalah salah
satu contoh jamur yang menyerang larva penggerek batang padi.
Teknik
pengendalian secara biologis banyak dikembangkan dalam pertanian organik karena
mekanisme penekanan terhadap populasi serangga hama sangat kuat, tidak
menimbulkan dampak negatif pada tanaman serta tidak menimbulkan kerusakan
lingkungan. Saat ini, musuh-musuh alami serangga hama diperbanyak atau
dikembangbiakkan secara khusus menjadi agensia hayati.
Pengendalian Kimiawi (Pesticide
Control)
Pengendalian
secara kimiawi atau dengan pestisida sebaiknya hanya dilakukan bila populasi
serangga hama atau intensitas serangan penggerek batang telah melebihi ambang
pengendalian. Pada tanaman padi dalam masa pertumbuhan (stadia vegetatif)
penggunaan pestisida bila tingkat serangannya lebih dari 5%, sedangkan pada
vase generatif jika intensitasnya 15% atau lebih.
Dengan
pestisida, populasi serangga hama dapat ditekan dan turun secara cepat bahkan
reaksinya bisa langsung dilihat (knockdown effect). Namun demikian, kelebihan
itu harus dibayar dengan harga tinggi karena selain mahal, penggunaan pestisida
juga berdampak terbunuhnya musuh alami ataupun binatang lain yang berada di
sekitar pertanaman.
Ini bisa menimbulkan ledakan hama
kedua (resurgensi) dan munculnya sifat kekebalan terhadap pestisida tersebut
(resistensi). Selain dampak negatif terhadap lingkungan, penggunaan pestisida
juga dapat meninggalkan residu pada produk pertanian yang bisa menimbulkan
gangguan kesehatan terhadap manusia.
Pestisida
merupakan alternatif terakhir dalam sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) jika
tingkat serangannya sudah melebihi ambang ekonomi atau populasinya telah
mencapai ambang pengendalian. Saat ini, pestisida yang beredar di pasaran
sangat banyak bahkan satu jenis bahan aktif bisa lebih dari 3 merek dagang.
Oleh karena itu, penggunaan pestisida sebaiknya memperhatikan 5+1 (lima plus
satu) tepat, yaitu : tepat jenis, tepat sasaran, tepat waktu, tepat dosis,
tepat cara atau tepat aplikasi dan tepat harga.
1.
Tepat jenis
Pestisida
adalah semua bahan yang berpotensi membunuh (cide) organisme pengganngu (pest).
Jenis pestisida untuk mengendalikan penggerek batang padi adalah INSEKTISIDA,
yaitu pestisida yang digunakan untuk membunuh/membasmi serangga. Berdasarkan
cara kerjanya, insektisida yang digunakan untuk mengendalikan penggerek batang
padi ada yang bersifat sistemik dan ada yang translaminer. Sedangkan menurut
formulasinya, insektisida yang digunakan untuk mengendalikan sundep/beluk ada
yang berupa butiran (granul), tepung (powder) maupun cair (larutan/emulsi).
2.
Tepat sasaran
Stadia
perkembangan penggerek batang padi yang bisa dikendalikan dengan insektisida
adalah stadia larva dan ngengatnya. Oleh karena larva penggerek (sasaran)
berada di dalam batang padi, maka insektisida yang tepat adalah yang mempunyai
cara kerja SISTEMIK (bisa ditranslokasikan ke seluruh jaringan tanaman).
Pada tanaman padi yang masih muda (stadia vegetatif), atau bila larva yang
ditemukan pada tanaman terserang masih instar awal atau baru menetas dari
kelompok telurnya, penggunaan insektisida yang bersifat translaminer juga bisa.
3.
Tepat waktu
Penggunaan
insektisida yang tepat waktu agar efektif dalam mengendalikan penggerek batang
padi dan efikasinya paling bagus. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa
stadia larva merupakan sasaran efektif untuk pengendalian sundep/beluk. Larva
yang mudah dikendalikan adalah larva instar 1 karena biasanya masih berada di
sekitar pelepah daun setelah menetas dari telurnya. Larva instar 2-4 juga bisa
dikendalikan karena sedang aktif menggerek batang padi dan ukuran tubuhnya
masih relatif kecil. Sedangkan larva instar 5 dan 6 lebih sulit karena pada
stadia ini larva tidak begitu rakus serta besar ukurannya.
Untuk
mengetahui stadia perkembangan penggerek sebaiknya pengamtan secara berkala.
Cara yang mudah untuk menentukan waktu aplikasi yang tepat dengan membawa
kelompok telur yang ditemukan di pertanaman untuk mengetahui waktu
penetasannya.
Selain
itu, bila memilih insektisida aplikasinya dengan semprot maka sebaiknya
dilakukan pada pagi hingga siang hari karena pada saat itu mulut daun (stomata)
sedang membuka, sehingga bahan aktif mudah masuk ke dalam jaringan tanaman.
4.
Tepat dosis
Dosis
adalah takaran, jumlah atau banyaknya insektisida yang digunakan pada suatu
lahan. Jumlah insektisida biasanya dinyatakan dalam gram/kilogram atau liter,
sedangkan satuan untuk luas lahan adalah hektar. Contoh : dosis penggunaan
Furadan 3GR adalah 17 – 20 kg/hektar atau dosis penggunaan Spontan 400SL adalah
1 - 2 liter/hektar.
Kadang-kadang
pengertian dosis samar dengan konsentrasi larutan, misalnya 2 - 3 ml/liter.
Konsentrasi larutan digunakan karena kebiasaan setiap pengguna tidak sama, ada
yang menggunakan volume semprot rendah dan ada yang terbiasa dengan volume
tinggi. Contoh bila seorang petani menggunakan insektisida Spontan 400SL dengan
dosis rendah (1 liter/Ha), tetapi dalam aplikasinya terbiasa dengan volume
semprot tinggi (misalnya 500 liter/hektar), maka konsentrasi larutan Spontan
400SL yang digunakan adalah 1.000 ml / 500 liter atau 2 cc / liter. Jadi bila
menggunakan tanki ukuran 17 liter, maka volume Spontan 400SL yang dibutuhkan
adalah 34 mililiter (cc).
Dosis
penggunaan insektisida perlu diperhatikan agar efektif. Bila penggunaannya di bawah
dosis yang dianjurkan, bukan tidak mungkin hamanya tidak dapat dikendalikan,
sebaliknya jika dosisnya berlebih dikhawatirkan cepat menimbulkan kekebalan
(resistensi) dan boros biaya.
5.
Tepat cara / aplikasi
Aplikasi
yang tepat cukup menentukan efektifitas dan efikasi penggunaan pestisida. Ini
biasanya berkaitan dengan formulasi pestisida dan alat yang digunakan. Contoh :
CENTA-dine merupakan insektisida berbahan aktif DIMEHIPHO dengan formulasi
granule (butiran), cara aplikasinya adalah disebar. Cara ini cukup efisien bila
aplikasinya bersamaan dengan pemupukan. Kebanyakan petani menggunakan
insektisida jenis ini bila tanaman telah menampakkan gejala atau dengan kata
lain, larva penggerek batang telah masuk ke dalam batang tanaman padi. Contoh lainnya
MANUVER, insektisida dengan bahan aktif yang sama tetapi formulasinya cair
(Water Soluable Concentrate/WSC) cara aplikasinya dengan disemprotkan ke
tanaman. Cara ini sangat efektif bila berdasarkan pengamatan, telur-telur
penggerek batang yang ada di pertanaman baru menetas karena larva yang baru
menetas tidak langsung masuk ke dalam batang.
Tepat
aplikasi yang berhubungan dengan alat biasanya nozzle dari sprayer yang
digunakan. Bila cara kerja pestisida racun pernafasan maka sebaiknya
menggunakan nozzle yang bisa menghasilkan larutan semprot yang keluar dari
sprayer berbentuk kabut. Demikian jika sasarannya berada di batang dengan cara
kerja kontak maka sebaiknya menggunakan nozzle yang menghasilkan larutan
semprot berupa semburan dan bisa menembus hingga ke bagian batang.
6.
Tepat harga
Jumlah
pestisida yang beredar di pasaran saat ini sangat banyak. Untuk memutuskan
pestisida yang akan digunakan tidak hanya berdasarkan cara kerja dan bahan
aktifnya saja, namun juga perlu mempertimbangkan harganya. Suatu produk
pestisida yang harganya murah bisa jadi kualitasnya kurang bagus, tetapi yang
berharga mahal belum tentu pilihan yang tepat.
Insektisida
Virtako 350EC misalnya, kualitasnya sangat baik, efikasi terhadap hama
sasarannya juga efektif, namun harganya mahal. Bahan aktif Virtako 350EC adalah
klorantranilipol (100
gram/liter) dan tiametoksam
(250 gram/liter) yang sangat efektif untuk mengendalikan hama penggerek batang
padi dan wereng coklat. Harga di kios saprotan bervariasi, rata-rata saat ini
Rp. 90.000,- untuk kemasan 50 ml. Bila di pertanaman hanya ditemukan serangan
penggerek batang padi saja maka sebaiknya menggunakan insektisida yang berbahan
aktif klorantranilipo saja, misalnya Prevanthon 50EC. Harga Prevanthon 50EC
kemasan 100 ml sekitar Rp. 65.000,-. Jadi dalam kedua kemasan insektisida
tersebut mengandung 50 gram klorantranilipol.
Sebaliknya bila di lapangan tanaman padi terserang penggerek batang padi dan
wereng coklat, maka pilihan yang tepat adalah Virtako 350EC.
Bahan-bahan
aktif insektsida yang direkomendasikan untuk mengendalikan hama penggerek
batang padi antara lain :
-
Klorantranilipol
: Virtako, Prevanthon
-
Bisultap
: Trisula, Agripo
-
Tiakloprid
: Calypso
-
Imidakloprid
: WinGran
-
Bensultap
: Bancol
-
Dimehipo
: Spontan, Kempo, Manuver
-
Fipronil
: Regent, Agenda
-
Karbofuran
: Furadan, Curaterr, Petrofur
-
Karbosulfan
: Marshal
Ada
beberapa hal penting lain yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida,
pada musim hujan sebaiknya ditambahkan perekat (Triton-X, Besmor, Borer). Bila
aplikasinya harus dicampur, maka sebaiknya menggunakan bahan aktif yang
berbeda, cara kerja yang berlainan serta pencampurannya harus benar yaitu dalam
ember/bek/bejana berisi air. Dalam pencampurannya dahulukan yang berbentuk
tepung dan terakhir adalah perekat/perata.
Berikut
ini contoh insektisida yang direkomendasikan untuk mengendalikan hama penggerek
batang padi, yaitu :
No
|
Nama dan formulasi
|
Bahan aktif
|
Bentuk
|
1.
|
Agripo 290 WSC
|
Bisultap
|
Cair
|
2.
|
Bancol 50 WP
|
Bensultap
|
Tepung
|
3.
|
Calypso 240 SL
|
Tiakloprid
|
Cair
|
4.
|
Curaterr 3 G
|
Karbofuran
|
Butiran
|
5.
|
Centa-dine
|
Dimehipo
|
Butiran
|
6.
|
Darmafur 3 G
|
Karbofuran
|
Butiran
|
7.
|
Dipho 290 AS
|
Dimehipo
|
Cair
|
8.
|
Furadan 3 GR
|
Karbofuran
|
Butiran
|
9.
|
Kempo 400 SL
|
Dimehipo
|
Cair
|
10.
|
Marshal 5 G
|
Karbosulfan
|
Butiran
|
11.
|
Manuver 400 WSC
|
Dimehipo
|
Cair
|
12.
|
Poryza 400 WSC
|
Dimehipo
|
Cair
|
13.
|
Regent 50 SC
|
Fipronil
|
Cair
|
14.
|
Regent 0,3 G
|
Fipronil
|
Butiran
|
15.
|
Spontan 400 SL
|
Dimehipo
|
Cair
|
16.
|
Trisula
|
Bisultap
|
Cair
|
17.
|
WinGran 0,5 G
|
Imidakloprid
|
Butiran
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar