Rabu, 02 Maret 2016

HAMA PENGGEREK BATANG PADI

Nama              : Kadek Sandiasa
NPM               : 102 2014 005
Jurusan            : Pertanian
Program studi : Agroteknologi

Nama-nama kelompok tani di desa Salugan
No
Nama Kelompok Tani
Nama Ketua
1
Karya binaan 1
Rizal hanapi
2
Karya binaan 2
Sudirman
3
Malasugi
Roman
4
Ogopangas
Rusdi abas
5
Harapan jaya
Alwi
6
Naculiloloe
Tasbir N. nur
7
Petuto
Sarman Rahman
8
Tunas muda
Alimudin duba
9
Bongag
Alimudin duba-sekertaris
10
Salugan jaya
Ambo Tang
11
Sumber tani
Abd. Kadir
12
Malatinda
Hj. Hadirah
13
Tunas baru
Hamka
14
Tanjung puak
Abd. razak

Setelah melakuakan wawancara kepada salah satu petani yang merupakan ketua dari kelompok tani Karya Binaan bapak  Rizal Hanapi, adapun beberapa masalah yang dialami oleh beliau selama melakukan kegiatan pertanian di desa salugan adalah sebagai berikut :
1.     Kondisi alam
Ketika hujan turun sangat deras maka banjir akan melanda desa salugan yang dapat merusak tanaman  dan menurunkan hasil produksi. Begitu pula sebalikya ketika hujan tidak turun maka kekeringan akan melanda yang dapat menghentikan beberapa kegiatan pertanian khususnya padi sawah yang membutuhkan banyak air. Hal ini diakibatkan oleh saluran irigasi yang belum efektif khususnya sumber air yang hanya mengandalkan air dari gunung.

2.     Pupuk
Bantuan pupuk untuk kelompok tani di desa salugan sudah diberikan. Namun yang menjadi masalah adalah proses pemberian yang belum efisien. Dimana disaat pupuk sudah diperlukan oleh petani tetapi bantuan belum kunjung dating.
3.     Hama penggerek batang padi.
Salah satu hama yang sangat merugikan dan menjadi keresahan petani serta dapat menurunkan angka produktifitas tanaman padi di desa salugan.


HAMA PENGGEREK BATANG PADI (Rice stem borer)
Penggerek batang padi merupakan hama tanaman padi yang termasuk ordo lepidoptera dari famili Noctuidae dan Pyralidae. Serangga ini umumnya tertarik pada lampu pada malam hari, berbentuk kupu-kupu kecil yang disebut ngengat dan tersebar di daratan Asia, Amerika, dan Australia. Di Indonesia, terdapat lima spesies penggerek batang padi yang menjadi kendala di lahan irigasi maupun lahan lebak dan pasang surut. Penggerek batang padi tersebut adalah penggerek batang padi kuning , pengerek batang padi putih, penggerek batang padi bergaris, penggerek batang padi berkepala hitam, penggerek batang padi merah jambu.
Gejala serangan hama penggerek tersebut sama, yaitu pada fase vegetatif yang disebut sundep (deadhearts) dengan gejala titik tumbuh tanaman muda mati. Gejala serangan penggerek pada fase generatif disebut beluk (whiteheads) dengan gejala malai mati dengan bulir hampa yang kelihatan berwarna putih. Gejala sundep sudah kelihatan sejak 4 hari setelah larva penggerek masuk. Larva penggerek selalu keluar masuk batang padi, sehingga satu ekor larva sampai menjadi ngengat dapat menghabiskan 6-15 batang padi.
Sampai saat ini insektisida adalah andalan petani dalam mengendalikan hama penggerek batang padi kuning. Kondisi tersebut sangat berisiko karena penggunaan insektisida yang secara terus-menerus berdampak negatif terhadap lingkungan, seperti hama menjadi resisten, resurjensi atau akan terjadi ledakan hama sekunder, terbunuhnya organisme nontarget, dan residu insektisida.
PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADI
Teknologi pengendalian penggerek batang padi telah tersedia dan telah diimplementasikan oleh para peneliti, petugas, dan petani, mulai dari penggunaan musuh alami, varietas tahan sampai aplikasi insektisida, namun mengalami banyak kegagalan. Pada MK 2012 terdapat ribuan hektar tanaman padi di Kabupaten Karawang terserang hama penggerek, mulai dari 5% sundep atau beluk sampai puso. Hal ini menunjukkan, walaupun teknologi sudah tersedia tetapi pelaksanaan pengendalian yang keliru akan menyebabkan kerugian berkepanjangan.



Cara-cara yang dapat dilakukan dalam bercocok tanam padi untuk menghindari serangan hama penggerek batang, antara lain :

1. Penggunaan varietas tahan
Secara genetis belum ada varietas yang tahan terhadap serangan penggerek batang padi, tetapi secara morfologi tanaman ada beberapa sifat yang tidak disukai serangga tersebut sehingga memungkinkan terhindar dari kerusakan yang berat.
 Tanaman padi yang tidak disukai penggerek batang padi adalah varietas-vareitas yang bertipe semi-kerdil, bentuk morfologinya adalah berbatang pendek, mempunyai lapisan lignin yang tebal pada jaringan batang dan pelepah daun serta jumlah sel silika yang besar.
Contoh varietas yang tidak direspon baik oleh penggerek batang padi (terutama PBP Kuning dan PBP Bergaris) adalah IR40 dan IR72. Kedua varietas tersebut bertipe semi-kerdil, kelebihan lainnya adalah mampu memproduksi anakan lebih banyak sebagai tanggapan terhadap kerusakan akibat serangan penggerek batang padi.
2.  Penentuan waktu tanam
Pengendalian penggerek batang padi dalam PHT adalah segala upaya untuk menghindari kerusakan tanaman, kehilangan hasil atau kerugian secara ekonomis akibat sundep dan/atau beluk. Tindakan ini bisa bersifat upaya pengendalian populasi maupun pencegahan serangan.
Penentuan waktu tanam yang tepat diharapkan bisa menghindari serangan penggerek batang padi. Ini dikarenakan penerbangan ngengat serangga hama ini mempunyai kekhasan, pada waktu-waktu tertentu jumlahnya sangat banyak dan di saat yang lain praktis sedikit. Di daerah tropis yang biasa ditanami padi 2 atau 3 kali dalam setahun, siklus hidup penggerek batang padi tidak pernah putus. Di sini endemik serangan sundep/beluk, pembuatan persemaian sebaiknya dilakukan 7-10 hari setelah puncak penerbangan ngengat penggerek.
Pencegahan serangan penggerek batang padi dengan menentukan waktu tanam yang tepat sebenarnya sudah dilakukan sejak dulu. Ini dibuktikan adanya kalender tanam (pranata mangsa) sebagai acuan waktu penanaman.
3. Rotasi tanaman
Di daerah tropis yang mengenal dua musim dalam setahun biasanya mempunyai pola tanam Padi-Padi-Bera atau Padi-Padi-Palawija. Untuk menghindari serangan penggerek batang padi perlu dilakukan rotasi tanaman. Pergiliran tanaman dengan menanam komoditas selain padi dilakukan untuk memutus siklus hidup serangga penggerek batang, misalnya dengan pola Padi-Palawija-Bera, Padi-Palawija-Palawija atau Padi-Sayur-Palawija.
Pengendalian dengan rotasi tanaman memungkinkan dilakukan di lahan yang beririgasi setengah teknis atau tadah hujan, sedangkan di lahan beririgas teknis rotasi tanaman sebaiknya dilakukan secara berkala dalam wilayah yang luas

4.  Pengolahan tanah dan penggenangan
Pengolahan tanah yang sempurna yaitu membalikkan lapisan olah tanah sampai sisa-sisa tanaman terpendam kemudian digenangi selama beberapa hari sehingga larva yang tertinggal di dalam batang bisa mati dan pupa gagal menjadi ngengat.
5.  Sanitasi lahan
Sanitasi lahan yaitu membersihkan lingkungan pertanaman yang terserang sundep/beluk dengan intensitas sedang sampai berat. Cara ini dilakukan dengan memotong sisa-sisa tanaman hingga pangkal batang dan membakarnya sehingga pupa yang bersemayam di pangkal batang bisa mati terbakar.
Pengendalian Fisik/Mekanik (Physical/Mecanical Control)
Teknik pengendalian ini cukup efektif untuk mencegah serangan penggerek batang padi. Pengendalian fisik.mekanik dilakukan oleh petani secara langsung maupun dengan alat (perangkap).
1.   Pemungutan kelompok telur
Tindakan pengendalian ini dilakukan dengan memungut kelompok telur di persemaian. Cara ini efektif untuk mencegah sundep pada tanaman yang baru pindah (transplanting).
2.       Penggunaan perangkap
Perangkap yang biasa digunakan adalah lampu karena ngengat penggerek batang tertarik pada cahaya. Lampu ditempatkan di pertanaman, di bawahnya terdapat bak/baki berisi air sehingga ngengat yang sampai ke lampu akan terjatuh ke air. Selain kupu penggerek batang, perangkap ini juga bisa menangkap serangga  hama lain yang aktif pada malam hari dan tertarik pada cahaya. Dengan perangkap lampu, jumlah ngengat yang tertangkap bisa dihitung sehingga bisa diketahui periode puncak penerbangan ngengat.
Teknik ini cukup efektif untuk peramalan serangan penggerek batang padi sehingga menarik sebagian peemerhati masalah pertanian dengan mengembangkan perangkap lampu. Saat ini telah ditemukan Water Electric Light Trap (WELT) yaitu perangkap lampu menggunakan cahaya violet dengan jaring kawat di sekelilingnya yang dialiri listrik (seperti pada raket nyamuk). Perangkap ini lebih banyak menangkap serangga karena ketertarikan terhadap cahaya violet lebih disukai.
Pengendalian Biologi (Biological Control)
Pengendalian secara biologi dengan menggunakan musuh alaminya, baik predator, parasitoid maupun virus/jamur patogenik. Contoh predator yang memakan kelompok telur adalah jangkrik, sedangkan yang memangsa ngengat penggerek adalah kelelawar dan laba-laba.
Bangsa tabuhan (Trichogramma sp.) juga merupakan musuh alami penggerek batang padi. Serangga ini memarasit kelompok telur penggerek. Musuh alami lain adalah virus dan jamur entomopatogenik, yaitu cendawan yang berkembang biak dengan tubuh serangga sebagai inangnya. Metharrizium anisopliae adalah salah satu contoh jamur yang menyerang larva penggerek batang padi.
Teknik pengendalian secara biologis banyak dikembangkan dalam pertanian organik karena mekanisme penekanan terhadap populasi serangga hama sangat kuat, tidak menimbulkan dampak negatif pada tanaman serta tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Saat ini, musuh-musuh alami serangga hama diperbanyak atau dikembangbiakkan secara khusus menjadi agensia hayati.
Pengendalian Kimiawi (Pesticide Control)
Pengendalian secara kimiawi atau dengan pestisida sebaiknya hanya dilakukan bila populasi serangga hama atau intensitas serangan penggerek batang telah melebihi ambang pengendalian. Pada tanaman padi dalam masa pertumbuhan (stadia vegetatif) penggunaan pestisida bila tingkat serangannya lebih dari 5%, sedangkan pada vase generatif jika intensitasnya 15% atau lebih.
Dengan pestisida, populasi serangga hama dapat ditekan dan turun secara cepat bahkan reaksinya bisa langsung dilihat (knockdown effect). Namun demikian, kelebihan itu harus dibayar dengan harga tinggi karena selain mahal, penggunaan pestisida juga berdampak terbunuhnya musuh alami ataupun binatang lain yang berada di sekitar pertanaman.
Ini bisa menimbulkan ledakan hama kedua (resurgensi) dan munculnya sifat kekebalan terhadap pestisida tersebut (resistensi). Selain dampak negatif terhadap lingkungan, penggunaan pestisida juga dapat meninggalkan residu pada produk pertanian yang bisa menimbulkan gangguan kesehatan terhadap manusia.
Pestisida merupakan alternatif terakhir dalam sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) jika tingkat serangannya sudah melebihi ambang ekonomi atau populasinya telah mencapai ambang pengendalian. Saat ini, pestisida yang beredar di pasaran sangat banyak bahkan satu jenis bahan aktif bisa lebih dari 3 merek dagang. Oleh karena itu, penggunaan pestisida sebaiknya memperhatikan 5+1 (lima plus satu) tepat, yaitu : tepat jenis, tepat sasaran, tepat waktu, tepat dosis, tepat cara atau tepat aplikasi dan tepat harga.
1.       Tepat jenis
Pestisida adalah semua bahan yang berpotensi membunuh (cide) organisme pengganngu (pest). Jenis pestisida untuk mengendalikan penggerek batang padi adalah INSEKTISIDA, yaitu pestisida yang digunakan untuk membunuh/membasmi serangga. Berdasarkan cara kerjanya, insektisida yang digunakan untuk mengendalikan penggerek batang padi ada yang bersifat sistemik dan ada yang translaminer. Sedangkan menurut formulasinya, insektisida yang digunakan untuk mengendalikan sundep/beluk ada yang berupa butiran (granul), tepung (powder) maupun cair (larutan/emulsi).

2.       Tepat sasaran
Stadia perkembangan penggerek batang padi yang bisa dikendalikan dengan insektisida adalah stadia larva dan ngengatnya. Oleh karena larva penggerek (sasaran) berada di dalam batang padi, maka insektisida yang tepat adalah yang mempunyai cara kerja SISTEMIK (bisa ditranslokasikan ke seluruh jaringan tanaman). Pada tanaman padi yang masih muda (stadia vegetatif), atau bila larva yang ditemukan pada tanaman terserang masih instar awal atau baru menetas dari kelompok telurnya, penggunaan insektisida yang bersifat translaminer juga bisa.
3.       Tepat waktu
Penggunaan insektisida yang tepat waktu agar efektif dalam mengendalikan penggerek batang padi dan efikasinya paling bagus. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa stadia larva merupakan sasaran efektif untuk pengendalian sundep/beluk. Larva yang mudah dikendalikan adalah larva instar 1 karena biasanya masih berada di sekitar pelepah daun setelah menetas dari telurnya. Larva instar 2-4 juga bisa dikendalikan karena sedang aktif menggerek batang padi dan ukuran tubuhnya masih relatif kecil. Sedangkan larva instar 5 dan 6 lebih sulit karena pada stadia ini larva tidak begitu rakus serta besar ukurannya.
Untuk mengetahui stadia perkembangan penggerek sebaiknya pengamtan secara berkala. Cara yang mudah untuk menentukan waktu aplikasi yang tepat dengan membawa kelompok telur yang ditemukan di pertanaman untuk mengetahui waktu penetasannya.
 Selain itu, bila memilih insektisida aplikasinya dengan semprot maka sebaiknya dilakukan pada pagi hingga siang hari karena pada saat itu mulut daun (stomata) sedang membuka, sehingga bahan aktif mudah masuk ke dalam jaringan tanaman.
4.       Tepat dosis
Dosis adalah takaran, jumlah atau banyaknya insektisida yang digunakan pada suatu lahan. Jumlah insektisida biasanya dinyatakan dalam gram/kilogram atau liter, sedangkan satuan untuk luas lahan adalah hektar. Contoh : dosis penggunaan Furadan 3GR adalah 17 – 20 kg/hektar atau dosis penggunaan Spontan 400SL adalah   1 - 2 liter/hektar.
Kadang-kadang pengertian dosis samar dengan konsentrasi larutan, misalnya 2 - 3 ml/liter. Konsentrasi larutan digunakan karena kebiasaan setiap pengguna tidak sama, ada yang menggunakan volume semprot rendah dan ada yang terbiasa dengan volume tinggi. Contoh bila seorang petani menggunakan insektisida Spontan 400SL dengan dosis rendah (1 liter/Ha), tetapi dalam aplikasinya terbiasa dengan volume semprot tinggi (misalnya 500 liter/hektar), maka konsentrasi larutan Spontan 400SL yang digunakan adalah 1.000 ml / 500 liter atau 2 cc / liter. Jadi bila menggunakan tanki ukuran 17 liter, maka volume Spontan 400SL yang dibutuhkan adalah 34 mililiter (cc).
Dosis penggunaan insektisida perlu diperhatikan agar efektif. Bila penggunaannya di bawah dosis yang dianjurkan, bukan tidak mungkin hamanya tidak dapat dikendalikan, sebaliknya jika dosisnya berlebih dikhawatirkan cepat menimbulkan kekebalan (resistensi) dan boros biaya.
 5.       Tepat cara / aplikasi
Aplikasi yang tepat cukup menentukan efektifitas dan efikasi penggunaan pestisida. Ini biasanya berkaitan dengan formulasi pestisida dan alat yang digunakan. Contoh : CENTA-dine merupakan insektisida berbahan aktif DIMEHIPHO dengan formulasi granule (butiran), cara aplikasinya adalah disebar. Cara ini cukup efisien bila aplikasinya bersamaan dengan pemupukan. Kebanyakan petani menggunakan insektisida jenis ini bila tanaman telah menampakkan gejala atau dengan kata lain, larva penggerek batang telah masuk ke dalam batang tanaman padi. Contoh lainnya MANUVER, insektisida dengan bahan aktif yang sama tetapi formulasinya cair (Water Soluable Concentrate/WSC) cara aplikasinya dengan disemprotkan ke tanaman. Cara ini sangat efektif bila berdasarkan pengamatan, telur-telur penggerek batang yang ada di pertanaman baru menetas karena larva yang baru menetas tidak langsung masuk ke dalam batang.
Tepat aplikasi yang berhubungan dengan alat biasanya nozzle dari sprayer yang digunakan. Bila cara kerja pestisida racun pernafasan maka sebaiknya menggunakan nozzle yang bisa menghasilkan larutan semprot yang keluar dari sprayer berbentuk kabut. Demikian jika sasarannya berada di batang dengan cara kerja kontak maka sebaiknya menggunakan nozzle yang menghasilkan larutan semprot berupa semburan dan bisa menembus hingga ke bagian batang.
6.   Tepat harga
Jumlah pestisida yang beredar di pasaran saat ini sangat banyak. Untuk memutuskan pestisida yang akan digunakan tidak hanya berdasarkan cara kerja dan bahan aktifnya saja, namun juga perlu mempertimbangkan harganya. Suatu produk pestisida yang harganya murah bisa jadi kualitasnya kurang bagus, tetapi yang berharga mahal belum tentu pilihan yang tepat.
Insektisida Virtako 350EC misalnya, kualitasnya sangat baik, efikasi terhadap hama sasarannya juga efektif, namun harganya mahal. Bahan aktif Virtako 350EC adalah klorantranilipol (100 gram/liter) dan tiametoksam (250 gram/liter) yang sangat efektif untuk mengendalikan hama penggerek batang padi dan wereng coklat. Harga di kios saprotan bervariasi, rata-rata saat ini Rp. 90.000,- untuk kemasan 50 ml. Bila di pertanaman hanya ditemukan serangan penggerek batang padi saja maka sebaiknya menggunakan insektisida yang berbahan aktif klorantranilipo saja, misalnya Prevanthon 50EC. Harga Prevanthon 50EC kemasan 100 ml sekitar Rp. 65.000,-. Jadi dalam kedua kemasan insektisida tersebut mengandung 50 gram klorantranilipol. Sebaliknya bila di lapangan tanaman padi terserang penggerek batang padi dan wereng coklat, maka pilihan yang tepat adalah Virtako 350EC.

 

Dengan mengetahui gejala serangan penggerek batang padi, jenis dan waktu serangannya maka pengendalian hama ini tidaklah sulit. Metode pengendalian hama penggerek batang padi yang dimaksud adalah Pengendalian Hama Terpadu (PHT) atau Management Pest Control, yaitu suatu metode pengendalian hama yang manggabungkan atau mengintegrasikan berbagai teknik pengendalian yang kompatibel dan berkesinambungan.
Dalam metode ini, mekanisme penekanan populasi hama dilakukan dengan mengelola tanaman, lingkungan dan musuh alaminya. Ada beberapa hal penting atau prinsip dalam PHT, yaitu : budidaya tanaman sehat, pengamatan secara berkala dan pelestarian musuh alami. Apabila prinsip-prinsip tersebut dilaksanakan dengan benar, para petani akan mampu merekomendasikan sendiri tindakan pengendalian yang harus dilakukan untuk menekan populasi hama sehingga tidak menimbulkan kerugian secara ekonomis.
Teknik-teknik pengendalian yang digunakan dalam PHT yaitu teknik pengendalian dengan budidaya tanaman (cultural practices), teknik pengendalian secara fisik/mekanik (physical control), secara biologis (biological control) dan teknik pengendalian dengan kimia (pesticide control). Dalam penerapannya, teknik-teknik tersebut bisa dilakukan sendiri-sendiri maupun bersamaan tergantung situasi pertanaman, tingkat serangan dan populasi musuh alami.

Teknik Budidaya (Cultural Practices)
Pengendalian hama penggerek batang padi dengan teknik budidaya yaitu cara penekanan populasi hama maupun pencegahan resiko kerugian akibat serangan penggerek batang padi dengan cara bercocok tanam.
Cara-cara yang dapat dilakukan dalam bercocok tanam padi untuk menghindari serangan hama penggerek batang, antara lain :
1.       Penggunaan varietas tahan
Secara genetis belum ada varietas yang tahan terhadap serangan penggerek batang padi, tetapi secara morfologi tanaman ada beberapa sifat yang tidak disukai serangga tersebut sehingga memungkinkan terhindar dari kerusakan yang berat.
 Tanaman padi yang tidak disukai penggerek batang padi adalah varietas-vareitas yang bertipe semi-kerdil, bentuk morfologinya adalah berbatang pendek, mempunyai lapisan lignin yang tebal pada jaringan batang dan pelepah daun serta jumlah sel silika yang besar.
Contoh varietas yang tidak direspon baik oleh penggerek batang padi (terutama PBP Kuning dan PBP Bergaris) adalah IR40 dan IR72. Kedua varietas tersebut bertipe semi-kerdil, kelebihan lainnya adalah mampu memproduksi anakan lebih banyak sebagai tanggapan terhadap kerusakan akibat serangan penggerek batang padi.
2.  Penentuan waktu tanam
Pengendalian penggerek batang padi dalam PHT adalah segala upaya untuk menghindari kerusakan tanaman, kehilangan hasil atau kerugian secara ekonomis akibat sundep dan/atau beluk. Tindakan ini bisa bersifat upaya pengendalian populasi maupun pencegahan serangan.
Penentuan waktu tanam yang tepat diharapkan bisa menghindari serangan penggerek batang padi. Ini dikarenakan penerbangan ngengat serangga hama ini mempunyai kekhasan, pada waktu-waktu tertentu jumlahnya sangat banyak dan di saat yang lain praktis sedikit. Di daerah tropis yang biasa ditanami padi 2 atau 3 kali dalam setahun, siklus hidup penggerek batang padi tidak pernah putus. Di sini endemik serangan sundep/beluk, pembuatan persemaian sebaiknya dilakukan 7-10 hari setelah puncak penerbangan ngengat penggerek.
Pencegahan serangan penggerek batang padi dengan menentukan waktu tanam yang tepat sebenarnya sudah dilakukan sejak dulu. Ini dibuktikan adanya kalender tanam (pranata mangsa) sebagai acuan waktu penanaman.
3.   Rotasi tanaman
Di daerah tropis yang mengenal dua musim dalam setahun biasanya mempunyai pola tanam Padi-Padi-Bera atau Padi-Padi-Palawija. Untuk menghindari serangan penggerek batang padi perlu dilakukan rotasi tanaman. Pergiliran tanaman dengan menanam komoditas selain padi dilakukan untuk memutus siklus hidup serangga penggerek batang, misalnya dengan pola Padi-Palawija-Bera, Padi-Palawija-Palawija atau Padi-Sayur-Palawija.
Pengendalian dengan rotasi tanaman memungkinkan dilakukan di lahan yang beririgasi setengah teknis atau tadah hujan, sedangkan di lahan beririgas teknis rotasi tanaman sebaiknya dilakukan secara berkala dalam wilayah yang luas
4.       Pengolahan tanah dan penggenangan
Pengolahan tanah yang sempurna yaitu membalikkan lapisan olah tanah sampai sisa-sisa tanaman terpendam kemudian digenangi selama beberapa hari sehingga larva yang tertinggal di dalam batang bisa mati dan pupa gagal menjadi ngengat.
5.         Sanitasi lahan
Sanitasi lahan yaitu membersihkan lingkungan pertanaman yang terserang sundep/beluk dengan intensitas sedang sampai berat. Cara ini dilakukan dengan memotong sisa-sisa tanaman hingga pangkal batang dan membakarnya sehingga pupa yang bersemayam di pangkal batang bisa mati terbakar.

Pengendalian Fisik/Mekanik (Physical/Mecanical Control)
Teknik pengendalian ini cukup efektif untuk mencegah serangan penggerek batang padi. Pengendalian fisik.mekanik dilakukan oleh petani secara langsung maupun dengan alat (perangkap).
1.   Pemungutan kelompok telur
Tindakan pengendalian ini dilakukan dengan memungut kelompok telur di persemaian. Cara ini efektif untuk mencegah sundep pada tanaman yang baru pindah (transplanting).
Beberapa Keuntungan pengendalian dengan cara ini antara lain :
-        Lebih mudah dilakukan karena terbatas di lahan persemaian yang ukurannya lebih sempit dibandingkan bila tanaman sudah dipindahtanamkan.
-        Larva yang baru menetas dari sebuah kelompok telur bisa mencapai 200 bahkan lebih, sehingga sangat efektif mencegah serangan sundep.
-        Tanaman yang baru pindah dari persemaian masih beradaptasi di lingkungan baru, jaringan belum kompak dan lemah sehingga mudah ditembus oleh larva.
2.       Penggunaan perangkap
Perangkap yang biasa digunakan adalah lampu karena ngengat penggerek batang tertarik pada cahaya. Lampu ditempatkan di pertanaman, di bawahnya terdapat bak/baki berisi air sehingga ngengat yang sampai ke lampu akan terjatuh ke air. Selain kupu penggerek batang, perangkap ini juga bisa menangkap serangga  hama lain yang aktif pada malam hari dan tertarik pada cahaya. Dengan perangkap lampu, jumlah ngengat yang tertangkap bisa dihitung sehingga bisa diketahui periode puncak penerbangan ngengat.
Teknik ini cukup efektif untuk peramalan serangan penggerek batang padi sehingga menarik sebagian peemerhati masalah pertanian dengan mengembangkan perangkap lampu. Saat ini telah ditemukan Water Electric Light Trap (WELT) yaitu perangkap lampu menggunakan cahaya violet dengan jaring kawat di sekelilingnya yang dialiri listrik (seperti pada raket nyamuk). Perangkap ini lebih banyak menangkap serangga karena ketertarikan terhadap cahaya violet lebih disukai.

Pengendalian Biologi (Biological Control)
Pengendalian secara biologi dengan menggunakan musuh alaminya, baik predator, parasitoid maupun virus/jamur patogenik. Contoh predator yang memakan kelompok telur adalah jangkrik, sedangkan yang memangsa ngengat penggerek adalah kelelawar dan laba-laba.
Bangsa tabuhan (Trichogramma sp.) juga merupakan musuh alami penggerek batang padi. Serangga ini memarasit kelompok telur penggerek. Musuh alami lain adalah virus dan jamur entomopatogenik, yaitu cendawan yang berkembang biak dengan tubuh serangga sebagai inangnya. Metharrizium anisopliae adalah salah satu contoh jamur yang menyerang larva penggerek batang padi.
Teknik pengendalian secara biologis banyak dikembangkan dalam pertanian organik karena mekanisme penekanan terhadap populasi serangga hama sangat kuat, tidak menimbulkan dampak negatif pada tanaman serta tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Saat ini, musuh-musuh alami serangga hama diperbanyak atau dikembangbiakkan secara khusus menjadi agensia hayati.
Pengendalian Kimiawi (Pesticide Control)
Pengendalian secara kimiawi atau dengan pestisida sebaiknya hanya dilakukan bila populasi serangga hama atau intensitas serangan penggerek batang telah melebihi ambang pengendalian. Pada tanaman padi dalam masa pertumbuhan (stadia vegetatif) penggunaan pestisida bila tingkat serangannya lebih dari 5%, sedangkan pada vase generatif jika intensitasnya 15% atau lebih.
Dengan pestisida, populasi serangga hama dapat ditekan dan turun secara cepat bahkan reaksinya bisa langsung dilihat (knockdown effect). Namun demikian, kelebihan itu harus dibayar dengan harga tinggi karena selain mahal, penggunaan pestisida juga berdampak terbunuhnya musuh alami ataupun binatang lain yang berada di sekitar pertanaman.
Ini bisa menimbulkan ledakan hama kedua (resurgensi) dan munculnya sifat kekebalan terhadap pestisida tersebut (resistensi). Selain dampak negatif terhadap lingkungan, penggunaan pestisida juga dapat meninggalkan residu pada produk pertanian yang bisa menimbulkan gangguan kesehatan terhadap manusia.
Pestisida merupakan alternatif terakhir dalam sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) jika tingkat serangannya sudah melebihi ambang ekonomi atau populasinya telah mencapai ambang pengendalian. Saat ini, pestisida yang beredar di pasaran sangat banyak bahkan satu jenis bahan aktif bisa lebih dari 3 merek dagang. Oleh karena itu, penggunaan pestisida sebaiknya memperhatikan 5+1 (lima plus satu) tepat, yaitu : tepat jenis, tepat sasaran, tepat waktu, tepat dosis, tepat cara atau tepat aplikasi dan tepat harga.
1.       Tepat jenis
Pestisida adalah semua bahan yang berpotensi membunuh (cide) organisme pengganngu (pest). Jenis pestisida untuk mengendalikan penggerek batang padi adalah INSEKTISIDA, yaitu pestisida yang digunakan untuk membunuh/membasmi serangga. Berdasarkan cara kerjanya, insektisida yang digunakan untuk mengendalikan penggerek batang padi ada yang bersifat sistemik dan ada yang translaminer. Sedangkan menurut formulasinya, insektisida yang digunakan untuk mengendalikan sundep/beluk ada yang berupa butiran (granul), tepung (powder) maupun cair (larutan/emulsi).
2.       Tepat sasaran
Stadia perkembangan penggerek batang padi yang bisa dikendalikan dengan insektisida adalah stadia larva dan ngengatnya. Oleh karena larva penggerek (sasaran) berada di dalam batang padi, maka insektisida yang tepat adalah yang mempunyai cara kerja SISTEMIK (bisa ditranslokasikan ke seluruh jaringan tanaman). Pada tanaman padi yang masih muda (stadia vegetatif), atau bila larva yang ditemukan pada tanaman terserang masih instar awal atau baru menetas dari kelompok telurnya, penggunaan insektisida yang bersifat translaminer juga bisa.
3.       Tepat waktu
Penggunaan insektisida yang tepat waktu agar efektif dalam mengendalikan penggerek batang padi dan efikasinya paling bagus. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa stadia larva merupakan sasaran efektif untuk pengendalian sundep/beluk. Larva yang mudah dikendalikan adalah larva instar 1 karena biasanya masih berada di sekitar pelepah daun setelah menetas dari telurnya. Larva instar 2-4 juga bisa dikendalikan karena sedang aktif menggerek batang padi dan ukuran tubuhnya masih relatif kecil. Sedangkan larva instar 5 dan 6 lebih sulit karena pada stadia ini larva tidak begitu rakus serta besar ukurannya.
Untuk mengetahui stadia perkembangan penggerek sebaiknya pengamtan secara berkala. Cara yang mudah untuk menentukan waktu aplikasi yang tepat dengan membawa kelompok telur yang ditemukan di pertanaman untuk mengetahui waktu penetasannya.
 Selain itu, bila memilih insektisida aplikasinya dengan semprot maka sebaiknya dilakukan pada pagi hingga siang hari karena pada saat itu mulut daun (stomata) sedang membuka, sehingga bahan aktif mudah masuk ke dalam jaringan tanaman.
4.       Tepat dosis
Dosis adalah takaran, jumlah atau banyaknya insektisida yang digunakan pada suatu lahan. Jumlah insektisida biasanya dinyatakan dalam gram/kilogram atau liter, sedangkan satuan untuk luas lahan adalah hektar. Contoh : dosis penggunaan Furadan 3GR adalah 17 – 20 kg/hektar atau dosis penggunaan Spontan 400SL adalah   1 - 2 liter/hektar.
Kadang-kadang pengertian dosis samar dengan konsentrasi larutan, misalnya 2 - 3 ml/liter. Konsentrasi larutan digunakan karena kebiasaan setiap pengguna tidak sama, ada yang menggunakan volume semprot rendah dan ada yang terbiasa dengan volume tinggi. Contoh bila seorang petani menggunakan insektisida Spontan 400SL dengan dosis rendah (1 liter/Ha), tetapi dalam aplikasinya terbiasa dengan volume semprot tinggi (misalnya 500 liter/hektar), maka konsentrasi larutan Spontan 400SL yang digunakan adalah 1.000 ml / 500 liter atau 2 cc / liter. Jadi bila menggunakan tanki ukuran 17 liter, maka volume Spontan 400SL yang dibutuhkan adalah 34 mililiter (cc).
Dosis penggunaan insektisida perlu diperhatikan agar efektif. Bila penggunaannya di bawah dosis yang dianjurkan, bukan tidak mungkin hamanya tidak dapat dikendalikan, sebaliknya jika dosisnya berlebih dikhawatirkan cepat menimbulkan kekebalan (resistensi) dan boros biaya.
 5.       Tepat cara / aplikasi
Aplikasi yang tepat cukup menentukan efektifitas dan efikasi penggunaan pestisida. Ini biasanya berkaitan dengan formulasi pestisida dan alat yang digunakan. Contoh : CENTA-dine merupakan insektisida berbahan aktif DIMEHIPHO dengan formulasi granule (butiran), cara aplikasinya adalah disebar. Cara ini cukup efisien bila aplikasinya bersamaan dengan pemupukan. Kebanyakan petani menggunakan insektisida jenis ini bila tanaman telah menampakkan gejala atau dengan kata lain, larva penggerek batang telah masuk ke dalam batang tanaman padi. Contoh lainnya MANUVER, insektisida dengan bahan aktif yang sama tetapi formulasinya cair (Water Soluable Concentrate/WSC) cara aplikasinya dengan disemprotkan ke tanaman. Cara ini sangat efektif bila berdasarkan pengamatan, telur-telur penggerek batang yang ada di pertanaman baru menetas karena larva yang baru menetas tidak langsung masuk ke dalam batang.
Tepat aplikasi yang berhubungan dengan alat biasanya nozzle dari sprayer yang digunakan. Bila cara kerja pestisida racun pernafasan maka sebaiknya menggunakan nozzle yang bisa menghasilkan larutan semprot yang keluar dari sprayer berbentuk kabut. Demikian jika sasarannya berada di batang dengan cara kerja kontak maka sebaiknya menggunakan nozzle yang menghasilkan larutan semprot berupa semburan dan bisa menembus hingga ke bagian batang.
6.   Tepat harga
Jumlah pestisida yang beredar di pasaran saat ini sangat banyak. Untuk memutuskan pestisida yang akan digunakan tidak hanya berdasarkan cara kerja dan bahan aktifnya saja, namun juga perlu mempertimbangkan harganya. Suatu produk pestisida yang harganya murah bisa jadi kualitasnya kurang bagus, tetapi yang berharga mahal belum tentu pilihan yang tepat.
Insektisida Virtako 350EC misalnya, kualitasnya sangat baik, efikasi terhadap hama sasarannya juga efektif, namun harganya mahal. Bahan aktif Virtako 350EC adalah klorantranilipol (100 gram/liter) dan tiametoksam (250 gram/liter) yang sangat efektif untuk mengendalikan hama penggerek batang padi dan wereng coklat. Harga di kios saprotan bervariasi, rata-rata saat ini Rp. 90.000,- untuk kemasan 50 ml. Bila di pertanaman hanya ditemukan serangan penggerek batang padi saja maka sebaiknya menggunakan insektisida yang berbahan aktif klorantranilipo saja, misalnya Prevanthon 50EC. Harga Prevanthon 50EC kemasan 100 ml sekitar Rp. 65.000,-. Jadi dalam kedua kemasan insektisida tersebut mengandung 50 gram klorantranilipol. Sebaliknya bila di lapangan tanaman padi terserang penggerek batang padi dan wereng coklat, maka pilihan yang tepat adalah Virtako 350EC.

Bahan-bahan aktif insektsida yang direkomendasikan untuk mengendalikan hama penggerek batang padi antara lain :
-        Klorantranilipol                             :     Virtako, Prevanthon
-        Bisultap                                            :     Trisula, Agripo
-        Tiakloprid                                        :     Calypso
-        Imidakloprid                                   :     WinGran
-        Bensultap                                        :     Bancol
-        Dimehipo                                        :     Spontan, Kempo, Manuver
-        Fipronil                                             :     Regent, Agenda
-        Karbofuran                                     :     Furadan, Curaterr, Petrofur
-        Karbosulfan                                    :     Marshal
Ada beberapa hal penting lain yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida, pada musim hujan sebaiknya ditambahkan perekat (Triton-X, Besmor, Borer). Bila aplikasinya harus dicampur, maka sebaiknya menggunakan bahan aktif yang berbeda, cara kerja yang berlainan serta pencampurannya harus benar yaitu dalam ember/bek/bejana berisi air. Dalam pencampurannya dahulukan yang berbentuk tepung dan terakhir adalah perekat/perata.

Berikut ini contoh insektisida yang direkomendasikan untuk mengendalikan hama penggerek batang padi, yaitu :
No
Nama dan formulasi
Bahan aktif
Bentuk
1.
Agripo 290 WSC
Bisultap
Cair
2.
Bancol 50 WP
Bensultap
Tepung
3.
Calypso 240 SL
Tiakloprid
Cair
4.
Curaterr 3 G
Karbofuran
Butiran
5.
Centa-dine
Dimehipo
Butiran
6.
Darmafur 3 G
Karbofuran
Butiran
7.
Dipho 290 AS
Dimehipo
Cair
8.
Furadan 3 GR
Karbofuran
Butiran
9.
Kempo 400 SL
Dimehipo
Cair
10.
Marshal 5 G
Karbosulfan
Butiran
11.
Manuver 400 WSC
Dimehipo
Cair
12.
Poryza 400 WSC
Dimehipo
Cair
13.
Regent 50 SC
Fipronil
Cair
14.
Regent 0,3 G
Fipronil
Butiran
15.
Spontan 400 SL
Dimehipo
Cair
16.
Trisula
Bisultap
Cair
17.
WinGran 0,5 G
Imidakloprid
Butiran















Tidak ada komentar:

Posting Komentar