Minggu, 27 Maret 2016

LAPORAN PENGOLAHAN AIR DAN DRAINASE





LAPORAN PRAKTIKUM
PENGOLAHAN AIR DAN DRAINASE




KADEK SANDIASA
1022014005



 





PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN ( STIP) YPP MUJAHIDIN TOLITOLI
2016
 

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan laporan ini dapat di selesaikan. Laporan ini disusun sebagai syarat melengkapi tugas-tugas yang diberikan oleh dosen pepmbimbing mata kuliah “Pengolahan Air dan Drainase ” mengingat laporan ini adalah salah satu kreteria kelulusan mata kuliah tersebut.
Terselesainya laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis. Ucapan terimah kasih yang tulus penulis sampaikan kepada, Bapak Nanang, SP selaku dosen pengasuh mata kuliah Pengolahan air dan Drainase yang telah menyumbangkan dan memberikan sebagian pengetahuannya untuk mata kuliah ini sehingga mata kuliah ini dapat diselesaikan dengan baik. dan membantu mahasiswa dalam melakukan praktek.
Semoga hasil penulisan ini dapat bermanfaat bagi semuanya walaupun mungkin masih banyak kesalahan dan kekurangan. 
  
Tolitoli,   Maret 2016


Kadek Sandiasa
      NPM : 1022014005

 

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................         
KATA PENGANTAR .................................................................................          i
DAFTAR ISI ...............................................................................................          iii
BAB 1  PENDAHULUAN  ........................................................................          
1.1 Latar Belakang ............................................................................          1
1.2 Tujuan .........................................................................................          2
1.3 Ruang Lingkup.............................................................................         2        
1.4 Manfaat  ......................................................................................          2
BAB 2  TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................         
2.1 Sistem Irigasi...............................................................................          3
2.2 Jaringan Irigasi.............................................................................          4
    2.2.1 Petak Tersier.........................................................................          5
    2.2.2 Petak Skunder.......................................................................          6
    2.2.3 Petak Primer..........................................................................          6
    2.2.4 Bangunan Irigasi...................................................................          6
2.3 Pengolahan Air Irigasi.................................................................          7
2.4 Ketersediaan Air Irigasi...............................................................          8
BAB 3  METODOLOGI ..........................................................................
3.1 Waktu dan Tempat ......................................................................          11
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................          11          
BAB 4  HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................          15
         4.1 Hasil  ............................................................................................          15
a.      Bangunan bendung.................................................................          10
b.     Skimbolder.............................................................................          10
c.      Piskal......................................................................................          11
d.     Pintu pengambilan ( intake ).................................................          11
e.      Saluran primer.......................................................................          11
f.    Saluran skunder......................................................................          12
g.     Saluran tersier........................................................................          12
h.     Box kuarter.............................................................................          13
i.    Bangunan bagi sadap..............................................................          13
j.    Bangunan bagi........................................................................          14
k.     Bangunan lindung..................................................................          14
l.    Bangunan pelengkap..............................................................          15
BAB 5   PENUTUP  ...................................................................................         
         5.1 Kesimpulan ..................................................................................          16
5.2 Saran ............................................................................................          16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................          17
LAMPIRAN    .............................................................................................          18
 

BAB I
 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menyadari akan pentingnya suatu negara dalam mendukung ketahanan pangan dan produktivitas perekonomian negara salah satunya ialah dalam bidang atau sektor pertanian. Menurut PP.Nomor 20 tahun 2006 tentang Irigasi, dinyatakan bahwa fungsi irigasi adalah untuk mendukung produktivitas pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat khususnya kepada para petani. Terlebih lagi untuk mensukseskan program pemerintah Indonesia, dalam mengejar target surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014 perlu didukung dengan berbagai upaya antara lain peningkatan supplyair baku untuk pertanian dengan pembangunan bendung atau dengan meningkatkan kinerja suatu daerah jaringan irigasi.
Pengertian Irigasi sendiri ialah upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Dalam dunia modern, saat ini telah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Sistem irigasi memiliki beberapa jenis irigasi ialah Irigasi Permukaan, Irigasi Lokal, Irigasi Penyemprotan, Irigasi Tradisional, Irigasi Pompa Air Dan Irigasi Tanah Kering Dengan Terasisasi. Selain dari jenis-jenis irigasi, irigasi juga mempunyai tingkatan pada sistemnya sendiri seperti tata cara perencanaan, tata cara pengelolaan, Operasi dan Pemeliharaan (OP).



1.2.Tujuan
Adapun tujuan  dari penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui bangunan dan jaringan iriga serta perbedaan setiap jaringan irigasi dan bangunan air berdasarkan jenisnya.
1.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyusunan laporan ini antara lain :
a.      Penjelasan mengenai garis besar jaringan irigasi dan kelompok bangunan pada jaringan irigasi.
b.     Menjelaskan secara garis besar definisi jaringan irigasi beserta property atau item-item didalamnya seperti:
Ø  Saluran Tersier
Ø  Saluran Sekunder
Ø  Saluran Primer
Ø  Bangunan-bangunan pelengkap
1.4. Manfaat
Untuk mengetahui macam-macam jaringan irigasi serta fungsinya masing-masing






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Irigasi
Kebutuhan pangan terutama beras terus meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Di sisi lain ketersediaan pangan terbatas sehubungan dengan terbatasnya lahan yang ada untuk bercocok tanam, teknologi, modal dan tenaga kerja, sehingga defisit penyediaan bahan pangan masih sering terjadi di negeri ini. Untuk itu berbagai pihak tidak henti-hentinya berupaya untuk mengatasi masalah tersebut diatas melalui berbagai kebijaksanaan dan program (Sudjarwadi, 1990).
Sudjarwadi (1990) mendefinisikan irigasi merupakan salah satu factor penting dalam produksi bahan pangan. Sistem irigasi dapat diartikan sebagai satu kesatuan yang tersusun dari berbagai komponen, menyangkut upaya penyediaan, pembagian, pengelolaan dan pengaturan air dalam rangka meningkatkan produksipertanian.
Beberapa komponen dalam sistem irigasi diantaranya adalah :
a)     Siklus hidrologi (iklim, air atmosferik, air permukaan, air bawah permukaan),
b)     Kondisi fisik dan kimiawi (topografi, infrastruktur, sifat fisik dan kimiawi (lahan),
c)     Kondisi biologis tanaman,
d)     Aktivitas manusia (teknologi, sosial, budaya, ekonomi).
Ditinjau dari proses penyediaan, pemberian, pengelolaan dan pengaturan
air, sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi 4 (Sudjarwadi, 1990), yaitu :
a)     Sistem irigasi permukaan (surface irrigation system)
b)     Sistem irigasi bawah permukaan (sub surface irrigation system)
c)     Sistem irigasi dengan pemancaran (sprinkle irrigation system),
d)     Sistem irigasi dengan tetesan (trickle irrigation / drip irrigation system).
Pemilihan jenis sistem irigasi sangat dipengaruhi oleh kondisi hidrologi, klimatologi, topografi, fisik dan kimiawi lahan, biologis tanaman sosial ekonomi dan budaya, teknologi (sebagai masukan sistem irigasi) serta keluaran atau hasil yang akan diharapkan (Bustomi, 2000). Menurut Bustomi (2000) representasi sistem irigasi sebagai suatu kesatuan hubungan masukan (input), proses dan keluaran (output).
2.2. Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunaannya. Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan jaringan tersier.
Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer dan saluran sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari bangunan dan saluran yang berada dalam petak tersier. Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari suatu jarigan irigasi disebut dengan Daerah Irigasi (Direktorat Jenderal Pengairan, 1986).
Mengacu pada Direktorat Jenderal Pengairan (1986) cara pengaturan,
pengukuran, serta kelengkapan fasilitas, jaringan irigasi dapat dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) jenis yaitu :


2.2.1. Petak Tersier
Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing-masing seluas kurang lebih 8 sampai dengan 15 hektar. Pembagian air, eksploitasi dan pemeliharaan di petak tersier menjadi tanggung jawab para petani yang mempunyai lahan di petak yang bersangkutan dibawah bimbingan pemerintah. Petak tersier sebaiknya mempunyai batas-batas yang jelas, misalnya jalan, parit, batas desa dan batas-batas lainnya.
Ukuran petak tersier berpengaruh terhadap efisiensi pemberian air. Beberapa faktor lainnya yang berpengaruh dalam penentuan luas petak tersier antara lain jumlah petani, topografi dan jenis tanaman (Direktorat Jenderal Pengairan, 1986).
2.2.2. Petak Sekunder
Menurut Direktorat Jenderal Pengairan (1986) petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran
primer atau sekunder. Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda topografi yang jelas misalnya saluran drainase. Luas petak sukunder dapat berbeda beda tergantung pada kondisi topografi daerah yang bersangkutan.
Saluran sekunder pada umumnya terletak pada punggung mengairi daerah di sisi kanan dan kiri saluran tersebut sampai saluran drainase yang membatasinya. Saluran sekunder juga dapat direncanakan sebagai saluran garis tinggi yang mengairi lereng medan yang lebih rendah (Direktorat Jenderal Pengairan, 1986).
2.2.3. Petak Primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil langsung air dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil air langsung dari bangunan penyadap. Daerah di sepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan cara menyadap air dari saluran sekunder (Direktorat Jenderal Pengairan, 1986).
2.2.4. Bangunan Irigasi
Keberadaan bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan pengaturan air irigasi. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai dalam praktek irigasi antara lain (1) bangunan utama, (2) bangunan pembawa, (3) bangunan bagi, (4) bangunan sadap, (5) bangunan pengatur muka air, (6) bangunan pembuang dan penguras serta (7) bangunan pelengkap (Direktorat Jenderal Pengairan, 1986).



2.3. Pengelolaan Air Irigasi
Pengelolaan sumberdaya air di Indonesia pada saat ini mengalami beberapa permasalahan pokok, diantaranya adalah ketersediaan air yang semakin terbatas (scarcity), kompetisi pemanfaatan air antar sektor, penurunan ketahanan fisik dari prasarana pengendali banjir serta penurunan keberlanjutan dari prasarana jaringan irigasi, penyediaan air bersih untuk penduduk perkotaan, pembuangan limbah cair perkotaan dan industri, penurunan daya dukung daerah tangkapan air, semakin meningkatnya frekuensi banjir tahunan akibat alih fungsi lahan dan penggundulan hutan (Koehuan, 2003).
Carruthers, dkk (1997) dalam Koehuan (2003), menggolongkan penggunaan air dalam tiga sektor utama yaitu untuk pertanian, industri dan domestik. Penggunaan air untuk pertanian di dunia rata-rata 70 persen dan di atas 90 persen pada negara-negara berkembang. Menurut Purcell (2000) dalam Koehuan (2003), pertanian menggunakan 80-90 persen dari air yang tersedia di negara-negara berkembang. Pertumbuhan penduduk, perkotaan dan pendapatan ternyata telah menimbulkan tekanan pada kebutuhan dan ketersediaan air.
Pada saat yang sama, pertumbuhan penduduk berdampak pada peningkatan permintaan akan pangan. Untuk itu tantangan kedepan adalah bagaimana memproduksi pangan dengan menggunakan air yang relatif lebih sedikit (to produce food with less water), melalui peningkatan efisiensi pemanfaatan air, mengurangi degradasi kualitas air dan peningkatan produktifitas air untuk tanaman (Koehuan 2003; Purcell 2000; Vermillion 1997).

2.5. Ketersediaan Air Irigasi
Ketersediaan air untuk keperluan irigasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu ketersediaan air di lahan dan ketersediaan air di bangunan pengambilan (Direktorat Jenderal Pengairan, 1986). Ketersediaan air irigasi baik di lahan maupun di bangunan pengambilan diharapkan dapat mencukupi kebutuhan air irigasi yang diperlukan pada daerah irigasi yang ditinjau sesuai dengan luas areal dan pola tanam yang ada. Informasi ketersediaan air di bangunan pengambilan atau sungai diperlukan untuk mengetahui jumlah air yang dapat disediakan pada lahan yang ditinjau berkaitan dengan pengelolaan air irigasi














BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
            Praktikum pengolahan air dan drainase dilaksanakan pada hari Jumat tepatnya pada tanggal 4 maret 2016 di desa Kolondom.
3.2. Alat dan Bahan
            Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan seperti

1.     Kertas
2.     Alat Tulis
3.     Meteran
4.     3 botol plastic
5.     Stopwatch
6.     Tali 20 meter
7.      kamera dan alat pelengkap lainya.

3.3. Prosudur kerja
1.   Mengamati dan memahami jenis-jenis bangunan dan saluran irigasi dari hulu ke hilir yang telah dijelaskan oleh petugas pengelolaan drainase setempat,serta mengambil gambar.
2.   Untuk mengukur debit air,terlebih dahulu menentukan lokasi yaitu menuju kebawah bangunan terjun.
3.   Mengukur panjang selokan yang akan diukur kecepatannya.
4.   Mengukur waktu yang digunakan untuk menempuh jarak yang telah ditentukan.
5.   Menentukan konstanta yang digunakan dengan melihat keadaan dasar perairan.
6.   Membentuk daerah yang akan dilalui botol plastik dengan menggunakan tali.
7.   Mengukur kedalaman rata-rata yang dilalui botol plastik,lalu menghitung kecepatannya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil
4.1.1       Komponen-Komponen Irigasi
a.     Bangunan Bendung
Bendung (weir) atau bendung gerak (barrage) dipakai untuk meninggikan muka air di sungai sampai pada ketinggian yang diperlukan agar air dapat dialirkan kesaluran irigasi dan petak tersier. Ketinggian itu akan menentukan luas daerah yang diairi (command area). Bendung gerak adalah bangunan yang dilengkapi dengan pintu yang dapat dibuka untuk mengalirkan air pada waktu terjadi banjir besar dan ditutup apabila aliran kecil. Di Indonesia, bendung adalah bangunan yang paling umum dipakai untuk membelokkan air sungai untuk keperluan irigasi.
b.     Skimbolder
Bangunan ini berfungsi sebagai saringan atau filter untuk menghalangi sampah- sampah kasar yang melintas diatas bangunan terjun
c.      Piskal
Piskal merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tinggi permukaan air yang selanjutnya dijadikan indicator oleh petugas untuk mengetahui peningkatan maupun penurunan tinggi permukaan air.
d.     Pintu pengambilan ( intake)
Digunakan untuk mengatur besarnya volume air yang akan dialirkan ke saluran primer. Dan pintu ini akan di tutup jika terjadi air rob atau banjir






e.      Saluran Primer
Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder
dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir.
f.      Saluran Skunder
Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir.

g.     Saluran Tersier
Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks tersier terakhir. Dibawah ini Model box tersier :
h.     Box Kuarter
Box kuarter membawa air dari bangunan yang menyadap dari boks tersier menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter terakhir.
i.       Bangunan Bagi Sadap
Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer, sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh saluran yang bersangkutan.  Bangunan bagi pada saluran-saluran besar pada umumnya mempunyai 3 (tiga)
bagian utama, yaitu :
1.   Alat pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai dengan tinggi pelayanan yang direncanakan
2.   Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain menuju saluran cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka ataupun gorong-gorong. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu pengatur agar debit yang masuk salurandapat diatur.
3.   Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk mengukur besarnya debit yang mengalir.
j.      Bangunan Bagi
Bangunan bagi adalah bangunan yang terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu titik cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih.
k.     Bangunan terjun
Bangunan terjun berguna untuk meninggikan permukaan air agar aliran air menjadi lebih kencang menuju saluran berikutnya.








l.       Bangunan Pelengkap
Sebagaimana namanya, bangunan pelengkap berfungsi sebagai pelengkap bangunan-bangunan irigasi yang telah disebutkan sebelumnya. Bangunan pelengkap berfungsi sebagai untuk memperlancar para petugas dalam eksploitasi dan pemeliharaan. Bangunan pelengkap dapat juga dimanfaatkan untuk pelayanan umum. Jenis-jenis bangunan pelengkap antara lain jalan inspeksi, tanggul, jernbatan penyebrangan, tangga mandi manusia, sarana mandi hewan, serta bangunan lainnya.
4.1.2       Debit Air
P Tali              : 20 M 2000 Cm
L Bangunan    : 130 Cm
T Air               : 20 Cm
T(Waktu)        : 6.61 detik,  6.26 detik dan  6.76 detik
Rata-rata t       : 6.61+6.26+6.76    =  6.54 detik
                                     3
Ditanyakan:    Debit Air(D)?
D=V/t
V=PxLxT
V=20 m x 1,30 m x 0,55 m=14.3 m
Jadi,D=V/t = 14.3m/6,54 detik = 2.19 m/detik
Atau sama dengan 0,00219 m3/s
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi.
5.2. Saran
Ada banyak teori yang berkembang untuk perencanaan bangunan air khususnya untuk irigasi. dalam hal ini sebuah perencanaan irigasi berpedoman kepada kriteria perencanaan akan menghasilkan jenis irigasi yang baik.













DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006. Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 2006 Tentang Irigasi.
Direktorat Jenderal Pengairan, 1986. Standar Perencanaan Irigasi (KP. 01-05).
Fuad Bustomi, 1999. Sistem Irigasi : Suatu Pengantar Pemahaman, Tugas
KuliahSistem Irigasi. Program Pascasarjana Program Studi Teknik Sipil
UGM, Yogyakarta (Tidak diterbitkan).
Makalah Pendididkan IPS | Makalah Jaringan Irigrasi | Pengertian Irigrasi |
Klasifikasi Jaringan Irigrasi Share on Facebook Twitter Google+








LAMPIRAN