LAPORAN
PRAKTIKUM
PENGOLAHAN AIR
DAN DRAINASE
KADEK
SANDIASA
1022014005
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
SEKOLAH
TINGGI ILMU PERTANIAN ( STIP) YPP MUJAHIDIN TOLITOLI
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji
bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penyusunan laporan ini dapat di selesaikan. Laporan ini disusun
sebagai syarat melengkapi tugas-tugas yang diberikan oleh dosen pepmbimbing mata
kuliah “Pengolahan Air
dan Drainase ” mengingat laporan ini adalah salah satu kreteria kelulusan mata kuliah
tersebut.
Terselesainya laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang
telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis.
Ucapan terimah kasih yang tulus penulis sampaikan kepada,
Bapak Nanang, SP selaku dosen
pengasuh mata kuliah Pengolahan air dan Drainase yang telah menyumbangkan dan memberikan sebagian
pengetahuannya untuk mata kuliah ini sehingga mata kuliah ini dapat diselesaikan
dengan baik. dan
membantu mahasiswa dalam melakukan praktek.
Semoga hasil penulisan ini dapat bermanfaat bagi semuanya walaupun mungkin
masih banyak kesalahan dan kekurangan.
Tolitoli, Maret 2016
Kadek
Sandiasa
NPM : 1022014005
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................... 2
1.3 Ruang
Lingkup.............................................................................
2
1.4 Manfaat ...................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................
2.1 Sistem Irigasi............................................................................... 3
2.2 Jaringan Irigasi............................................................................. 4
2.2.1
Petak Tersier......................................................................... 5
2.2.2
Petak Skunder....................................................................... 6
2.2.3
Petak Primer.......................................................................... 6
2.2.4
Bangunan Irigasi................................................................... 6
2.3 Pengolahan Air Irigasi................................................................. 7
2.4 Ketersediaan Air Irigasi............................................................... 8
BAB 3 METODOLOGI ..........................................................................
3.1 Waktu dan Tempat ...................................................................... 11
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................ 11
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 15
4.1
Hasil ............................................................................................ 15
a.
Bangunan bendung................................................................. 10
b.
Skimbolder............................................................................. 10
c.
Piskal...................................................................................... 11
d.
Pintu
pengambilan ( intake )................................................. 11
e.
Saluran primer....................................................................... 11
f. Saluran
skunder...................................................................... 12
g.
Saluran tersier........................................................................ 12
h.
Box kuarter............................................................................. 13
i. Bangunan
bagi sadap.............................................................. 13
j. Bangunan
bagi........................................................................ 14
k.
Bangunan lindung.................................................................. 14
l. Bangunan
pelengkap.............................................................. 15
BAB 5 PENUTUP ...................................................................................
5.1
Kesimpulan .................................................................................. 16
5.2 Saran ............................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 17
LAMPIRAN ............................................................................................. 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Menyadari
akan pentingnya suatu negara dalam mendukung ketahanan pangan dan produktivitas
perekonomian negara salah satunya ialah dalam bidang atau sektor pertanian.
Menurut PP.Nomor 20 tahun 2006 tentang Irigasi, dinyatakan bahwa fungsi irigasi
adalah untuk mendukung produktivitas pertanian dalam rangka ketahanan pangan
nasional dan kesejahteraan masyarakat khususnya kepada para petani. Terlebih
lagi untuk mensukseskan program pemerintah Indonesia, dalam mengejar target
surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014 perlu didukung dengan berbagai upaya
antara lain peningkatan supplyair baku untuk pertanian dengan pembangunan
bendung atau dengan meningkatkan kinerja suatu daerah jaringan irigasi.
Pengertian
Irigasi sendiri ialah upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan
pertanian. Dalam dunia modern, saat ini telah banyak model irigasi yang dapat
dilakukan manusia. Sistem irigasi memiliki beberapa jenis irigasi ialah Irigasi
Permukaan, Irigasi Lokal, Irigasi Penyemprotan, Irigasi Tradisional, Irigasi
Pompa Air Dan Irigasi Tanah Kering Dengan Terasisasi. Selain dari jenis-jenis
irigasi, irigasi juga mempunyai tingkatan pada sistemnya sendiri seperti tata
cara perencanaan, tata cara pengelolaan, Operasi dan Pemeliharaan (OP).
1.2.Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk
mengetahui bangunan dan jaringan iriga serta perbedaan setiap jaringan irigasi
dan bangunan air berdasarkan jenisnya.
1.3.
Ruang Lingkup
Ruang
lingkup penyusunan laporan ini antara lain :
a.
Penjelasan mengenai garis besar jaringan
irigasi dan kelompok bangunan pada jaringan irigasi.
b.
Menjelaskan secara garis besar definisi
jaringan irigasi beserta property atau item-item didalamnya seperti:
Ø Saluran
Tersier
Ø Saluran
Sekunder
Ø Saluran
Primer
Ø Bangunan-bangunan
pelengkap
1.4.
Manfaat
Untuk mengetahui macam-macam jaringan
irigasi serta fungsinya masing-masing
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Sistem Irigasi
Kebutuhan pangan
terutama beras terus meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan bertambahnya
jumlah penduduk. Di sisi lain ketersediaan pangan terbatas sehubungan dengan
terbatasnya lahan yang ada untuk bercocok tanam, teknologi, modal dan tenaga
kerja, sehingga defisit penyediaan bahan pangan masih sering terjadi di negeri
ini. Untuk itu berbagai pihak tidak henti-hentinya berupaya untuk mengatasi
masalah tersebut diatas melalui berbagai kebijaksanaan dan program (Sudjarwadi,
1990).
Sudjarwadi
(1990) mendefinisikan irigasi merupakan salah satu factor penting dalam
produksi bahan pangan. Sistem irigasi dapat diartikan sebagai satu kesatuan yang
tersusun dari berbagai komponen, menyangkut upaya penyediaan, pembagian,
pengelolaan dan pengaturan air dalam rangka meningkatkan produksipertanian.
Beberapa
komponen dalam sistem irigasi diantaranya adalah :
a)
Siklus hidrologi (iklim, air atmosferik,
air permukaan, air bawah permukaan),
b)
Kondisi fisik dan kimiawi (topografi,
infrastruktur, sifat fisik dan kimiawi (lahan),
c)
Kondisi biologis tanaman,
d)
Aktivitas manusia (teknologi, sosial,
budaya, ekonomi).
Ditinjau
dari proses penyediaan, pemberian, pengelolaan dan pengaturan
air, sistem irigasi
dapat dikelompokkan menjadi 4 (Sudjarwadi, 1990), yaitu :
a)
Sistem irigasi permukaan (surface
irrigation system)
b)
Sistem irigasi bawah permukaan (sub
surface irrigation system)
c)
Sistem irigasi dengan pemancaran
(sprinkle irrigation system),
d)
Sistem irigasi dengan tetesan (trickle
irrigation / drip irrigation system).
Pemilihan
jenis sistem irigasi sangat dipengaruhi oleh kondisi hidrologi, klimatologi,
topografi, fisik dan kimiawi lahan, biologis tanaman sosial ekonomi dan budaya,
teknologi (sebagai masukan sistem irigasi) serta keluaran atau hasil yang akan
diharapkan (Bustomi, 2000). Menurut Bustomi (2000) representasi sistem irigasi
sebagai suatu kesatuan hubungan masukan (input), proses dan keluaran (output).
2.2.
Jaringan Irigasi
Jaringan
irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan untuk
pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian,
pemberian dan penggunaannya. Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi
jaringan utama dan jaringan tersier.
Jaringan
utama meliputi bangunan, saluran primer dan saluran sekunder. Sedangkan
jaringan tersier terdiri dari bangunan dan saluran yang berada dalam petak
tersier. Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari suatu jarigan irigasi
disebut dengan Daerah Irigasi (Direktorat Jenderal Pengairan, 1986).
Mengacu
pada Direktorat Jenderal Pengairan (1986) cara pengaturan,
pengukuran, serta
kelengkapan fasilitas, jaringan irigasi dapat dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) jenis
yaitu :
2.2.1.
Petak Tersier
Petak
tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing-masing seluas kurang lebih 8
sampai dengan 15 hektar. Pembagian air, eksploitasi dan pemeliharaan di petak
tersier menjadi tanggung jawab para petani yang mempunyai lahan di petak yang
bersangkutan dibawah bimbingan pemerintah. Petak tersier sebaiknya mempunyai
batas-batas yang jelas, misalnya jalan, parit, batas desa dan batas-batas lainnya.
Ukuran
petak tersier berpengaruh terhadap efisiensi pemberian air. Beberapa faktor
lainnya yang berpengaruh dalam penentuan luas petak tersier antara lain jumlah
petani, topografi dan jenis tanaman (Direktorat Jenderal Pengairan, 1986).
2.2.2.
Petak Sekunder
Menurut
Direktorat Jenderal Pengairan (1986) petak sekunder terdiri dari beberapa petak
tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak
sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran
primer atau sekunder.
Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda topografi yang jelas
misalnya saluran drainase. Luas petak sukunder dapat berbeda beda tergantung
pada kondisi topografi daerah yang bersangkutan.
Saluran
sekunder pada umumnya terletak pada punggung mengairi daerah di sisi kanan dan
kiri saluran tersebut sampai saluran drainase yang membatasinya. Saluran
sekunder juga dapat direncanakan sebagai saluran garis tinggi yang mengairi
lereng medan yang lebih rendah (Direktorat Jenderal Pengairan, 1986).
2.2.3.
Petak Primer
Petak
primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil langsung air dari
saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil
air langsung dari bangunan penyadap. Daerah di sepanjang saluran primer sering
tidak dapat dilayani dengan mudah dengan cara menyadap air dari saluran
sekunder (Direktorat Jenderal Pengairan, 1986).
2.2.4.
Bangunan Irigasi
Keberadaan
bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan pengaturan air
irigasi. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai dalam praktek
irigasi antara lain (1) bangunan utama, (2) bangunan pembawa, (3) bangunan
bagi, (4) bangunan sadap, (5) bangunan pengatur muka air, (6) bangunan pembuang
dan penguras serta (7) bangunan pelengkap (Direktorat Jenderal Pengairan,
1986).
2.3.
Pengelolaan Air Irigasi
Pengelolaan
sumberdaya air di Indonesia pada saat ini mengalami beberapa permasalahan
pokok, diantaranya adalah ketersediaan air yang semakin terbatas (scarcity),
kompetisi pemanfaatan air antar sektor, penurunan ketahanan fisik dari
prasarana pengendali banjir serta penurunan keberlanjutan dari prasarana
jaringan irigasi, penyediaan air bersih untuk penduduk perkotaan, pembuangan
limbah cair perkotaan dan industri, penurunan daya dukung daerah tangkapan air,
semakin meningkatnya frekuensi banjir tahunan akibat alih fungsi lahan dan
penggundulan hutan (Koehuan, 2003).
Carruthers,
dkk (1997) dalam Koehuan (2003), menggolongkan penggunaan air dalam tiga sektor
utama yaitu untuk pertanian, industri dan domestik. Penggunaan air untuk
pertanian di dunia rata-rata 70 persen dan di atas 90 persen pada negara-negara
berkembang. Menurut Purcell (2000) dalam Koehuan (2003), pertanian menggunakan
80-90 persen dari air yang tersedia di negara-negara berkembang. Pertumbuhan
penduduk, perkotaan dan pendapatan ternyata telah menimbulkan tekanan pada
kebutuhan dan ketersediaan air.
Pada
saat yang sama, pertumbuhan penduduk berdampak pada peningkatan permintaan akan
pangan. Untuk itu tantangan kedepan adalah bagaimana memproduksi pangan dengan
menggunakan air yang relatif lebih sedikit (to produce food with less water),
melalui peningkatan efisiensi pemanfaatan air, mengurangi degradasi kualitas
air dan peningkatan produktifitas air untuk tanaman (Koehuan 2003; Purcell
2000; Vermillion 1997).
2.5.
Ketersediaan Air Irigasi
Ketersediaan
air untuk keperluan irigasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu ketersediaan air di lahan dan ketersediaan air di bangunan
pengambilan (Direktorat Jenderal Pengairan, 1986). Ketersediaan air irigasi
baik di lahan maupun di bangunan pengambilan diharapkan dapat mencukupi
kebutuhan air irigasi yang diperlukan pada daerah irigasi yang ditinjau sesuai
dengan luas areal dan pola tanam yang ada. Informasi ketersediaan air di bangunan
pengambilan atau sungai diperlukan untuk mengetahui jumlah air yang dapat
disediakan pada lahan yang ditinjau berkaitan dengan pengelolaan air irigasi
BAB III
METODOLOGI
3.1.
Waktu dan Tempat
Praktikum pengolahan air dan drainase dilaksanakan pada
hari Jumat tepatnya pada tanggal 4 maret 2016 di desa Kolondom.
3.2.
Alat dan Bahan
Adapun alat dan
bahan yang dibutuhkan seperti
1.
Kertas
2.
Alat Tulis
3.
Meteran
4.
3 botol plastic
5.
Stopwatch
6.
Tali 20 meter
7.
kamera dan alat pelengkap lainya.
3.3. Prosudur kerja
1. Mengamati dan memahami jenis-jenis bangunan
dan saluran irigasi dari hulu ke hilir yang telah dijelaskan oleh petugas
pengelolaan drainase setempat,serta mengambil gambar.
2. Untuk mengukur debit air,terlebih dahulu
menentukan lokasi yaitu menuju kebawah bangunan terjun.
3. Mengukur panjang selokan yang akan diukur
kecepatannya.
4. Mengukur waktu yang digunakan untuk menempuh
jarak yang telah ditentukan.
5. Menentukan konstanta yang digunakan dengan
melihat keadaan dasar perairan.
6. Membentuk daerah yang akan dilalui botol
plastik dengan menggunakan tali.
7. Mengukur kedalaman rata-rata yang dilalui botol
plastik,lalu menghitung kecepatannya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Komponen-Komponen Irigasi
a. Bangunan Bendung
Bendung
(weir) atau bendung gerak (barrage) dipakai untuk meninggikan muka air di
sungai sampai pada ketinggian yang diperlukan agar air dapat dialirkan
kesaluran irigasi dan petak tersier. Ketinggian itu akan menentukan luas daerah
yang diairi (command area). Bendung gerak adalah bangunan yang dilengkapi
dengan pintu yang dapat dibuka untuk mengalirkan air pada waktu terjadi banjir
besar dan ditutup apabila aliran kecil. Di Indonesia, bendung adalah bangunan yang
paling umum dipakai untuk membelokkan air sungai untuk keperluan irigasi.
b.
Skimbolder
Bangunan
ini berfungsi sebagai saringan atau filter untuk menghalangi sampah- sampah
kasar yang melintas diatas bangunan terjun
c. Piskal
Piskal
merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tinggi permukaan air yang
selanjutnya dijadikan indicator oleh petugas untuk mengetahui peningkatan
maupun penurunan tinggi permukaan air.
d. Pintu pengambilan ( intake)
Digunakan
untuk mengatur besarnya volume air yang akan dialirkan ke saluran primer. Dan
pintu ini akan di tutup jika terjadi air rob atau banjir
e.
Saluran Primer
Saluran
primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder
dan
ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan
bagi yang terakhir.
f. Saluran Skunder
Saluran
sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh
saluran sekunder
tersebut.
Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir.
g. Saluran Tersier
Saluran
tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran sekunder menuju
petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas akhir
dari saluran sekunder adalah bangunan boks tersier terakhir. Dibawah ini Model
box tersier :
h. Box Kuarter
Box
kuarter membawa air dari bangunan yang menyadap dari boks tersier menuju
petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas akhir
dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter terakhir.
i. Bangunan Bagi Sadap
Bangunan
bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer, sekunder dan tersier
yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh saluran yang bersangkutan. Bangunan bagi pada saluran-saluran besar pada
umumnya mempunyai 3 (tiga)
bagian utama, yaitu :
1. Alat
pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai dengan tinggi
pelayanan yang direncanakan
2. Perlengkapan
jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain menuju saluran cabang.
Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka ataupun gorong-gorong. Bangunan ini
dilengkapi dengan pintu pengatur agar debit yang masuk salurandapat diatur.
3. Bangunan
ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk mengukur besarnya debit
yang mengalir.
j.
Bangunan Bagi
Bangunan
bagi adalah bangunan yang terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu
titik cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih.
k. Bangunan terjun
Bangunan
terjun berguna untuk meninggikan permukaan air agar aliran air menjadi lebih
kencang menuju saluran berikutnya.
l. Bangunan Pelengkap
Sebagaimana
namanya, bangunan pelengkap berfungsi sebagai pelengkap bangunan-bangunan
irigasi yang telah disebutkan sebelumnya. Bangunan pelengkap berfungsi sebagai
untuk memperlancar para petugas dalam eksploitasi dan pemeliharaan. Bangunan
pelengkap dapat juga dimanfaatkan untuk pelayanan umum. Jenis-jenis bangunan
pelengkap antara lain jalan inspeksi, tanggul, jernbatan penyebrangan, tangga
mandi manusia, sarana mandi hewan, serta bangunan lainnya.
4.1.2 Debit Air
P
Tali : 20 M 2000 Cm
L
Bangunan : 130 Cm
T
Air : 20 Cm
T(Waktu) : 6.61 detik, 6.26 detik dan 6.76 detik
Rata-rata t :
6.61+6.26+6.76 = 6.54 detik
3
Ditanyakan: Debit Air(D)?
D=V/t
V=PxLxT
V=20
m x 1,30 m x 0,55 m=14.3 m
Jadi,D=V/t
= 14.3m/6,54 detik = 2.19 m/detik
Atau
sama dengan 0,00219 m3/s
BAB V
PENUTUP
5.1.
Simpulan
Jaringan
irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu
kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan,
dan pembuangan air irigasi.
5.2.
Saran
Ada
banyak teori yang berkembang untuk perencanaan bangunan air khususnya untuk
irigasi. dalam hal ini sebuah perencanaan irigasi berpedoman kepada kriteria
perencanaan akan menghasilkan jenis irigasi yang baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim,
2006. Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 2006 Tentang Irigasi.
Direktorat
Jenderal Pengairan, 1986. Standar Perencanaan Irigasi (KP.
01-05).
Fuad
Bustomi, 1999. Sistem Irigasi : Suatu Pengantar Pemahaman, Tugas
KuliahSistem
Irigasi. Program Pascasarjana Program Studi
Teknik Sipil
UGM,
Yogyakarta (Tidak diterbitkan).
Makalah
Pendididkan IPS | Makalah Jaringan Irigrasi | Pengertian Irigrasi |
Klasifikasi
Jaringan Irigrasi Share on Facebook Twitter Google+
LAMPIRAN