BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Menengok jauh kebelakang sejarah
berdirinya kabupaten tolitoli yang dihiasi oleh hintrik politik, terdapat
banyak history yang terkandung dan terpendam didalamnya yang dapat digali dan
dijadikan pembelajaran untuk pemimpin tolitoli selanjutnya.
Sebelum mengupas lebih dalam
mengenai kabupaten tolitoli ada kalanya kita mengupas sejarah penyusun karya
tulis ini. Lahir di sebuah desa kecil yang bertempat di salah satu desa yang
ada dikabupaten tolitoli. Desa yang asri dan masih jauh dari yang namanya
kecanggihan teknologi. Dusun raharjo desa sibea kecamatan lampasio. Lahir
disebuah balai bambu hasil karya Putu Budiasa dan seorang wanita bernama Made
Sari, terciptalah sosok pria penuh
impian bernama Kadek sandiasa yang 10 tahun kedepan akan menjadi pemimpin kota
cengkeh kabupaten tolitoli.
Menjadi bupati memang merupakan
harapan semua orang tanpa terkecuali saya sendiri. Terlintas keinginan dibenak
ku sebagai anak petani dari desa apa bila saya menjabat sebagai bupati di
kabupaten tolitoli.
Andai
saya jadi bupati, maka saya akan dapat fasilitas rumah besar dengan halamannya
yang luas. Andai saya jadi bupati, maka saya akan dapat mobil mewah berplat
merah berangka 1 dan pergi ke mana saja diantar sopir tanpa harus keluar biaya
bensin dan perawatan dan semua ditanggung negara.
Andai
saya jadi bupati, maka tiap hari saya makan enak tanpa keluar biaya, karena
dibayarkan negara. Andai saya jadi bupati, maka saya tidak perlu repot membayar
listrik dan air minum yang harganya makin tinggi. Andai saya jadi bupati, maka
anak buah saya banyak sekali. Semua hormat dan patuh.
Andai
saya jadi bupati, maka saya tinggal perintah, pasti akan dituruti. Andai saya
jadi bupati, maka para pejabat akan merapat minta selamat. Andai saya jadi
bupati, maka para pengusaha akan datang mengharapkan pertemanan. Andai saya
jadi bupati, maka sejumlah upeti akan datang dengan sendiri.
Andai
saya jadi bupati, maka dalam lima tahun hartaku akan bertambah banyak .Dan,
jika sifat jahatku muncul, jika saya jadi bupati, maka orang yang tidak aku
sukai hidupnya akan sengsara sekali.
Tapi,
Andai saya jadi bupati, anak –istriku akan jauh dari pandanganku sehari-hari.
Mungkin dalam hati mereka akan marah padaku. Andai saya jadi bupati,
kesibukanku akan luarbiasa sekali, upacara ini dan itu, acara ini dan itu. Andai
saya jadi bupati, mungkin aku akan jadi pemarah karena kelelahan dan banyak
yang harus dipikirkan tiap hari. Andai saya jadi bupati, teman-temanku akan
menjauh karena untuk menemuiku susah sekali. Andai saya jadi bupati, canda dan
tawaku mungkin takkan lagi bisa lepas karena semua tingkah laku harus selalu
diprotokoli.
Andai
saya jadi bupati, mungkin orang desa nan jauh akan banyak mengumpatku karena
kurang perhatianku pada desa mereka. Andai saya jadi bupati, mungkin
sopir-supir sering memakiku karena banyak jalan berlubang yang mereka lalui. Andai
saya jadi bupati, maka anak-anak yang lapar dan papa akan mendoakanku celaka. Andai
saya jadi bupati, maka banyak orang tua membenciku karena biaya sekolah tak
kunjung murah. Andai saya jadi bupati, maka keserakahan anak buahku akan mencelakakanku, mungkin di
dunia ini atau pasti di akhirat nanti. Andai saya jadi bupati, maka tiap hari
orang-orang munafik akan meniupkan nyanyian menyenangkan agar kuterlena.
Tapi
kemudian, akan mereka kabarkan kebohongan di telinga. Lalu, saya akan salah
mengambil langkah. Terlalu banyak kesalahan dan dosa yang mungkin terjadi andai
saya jadi bupati, tidak sebanding dengan kenikmatan yang bisa saya cicipi. Belum
lagi, berapa dana yang harus terbuang agar saya menjadi bupati, tidak sebanding
dengan pendapatan halal yang saya dapat seandainya jadi bupati.
Namun dengan niat yang
sungguh-sungguh untuk merubah kabupaten tercinta ini semuanya akan berjalan
lancar. Diserati dengan doa orang tua dan dukungan masyarakat. Hal-hal tersebut
akan saya hindari jujur, adil dan bijaksana merupakan pedoman dan pegangan saya
untuk menjadi bupati di kota cengkeh ini.
Penyusunan karya tulis ini didasari
oleh keinginan yang kuat untuk mempublikasikan imajinasi yang selama ini
menjadi beban pikiran seorang anak desa yang ingin menjadi orang hebat di kota
nya sendiri. Selain itu motivasi terbesar penyusunan karya ilmiah ini adalah menghilangkan kebosanan melewatkan
malam duduk di Taman kota Tolitoli dan ingin merubahnya menjadi Taman Mini
Indonesia Indah.
Melihat model sistem pemerintahan di
kabupaten tolitoli yang menurut saya belum efisien, akhirnya membuat saya untuk
turun tangan untuk terjun dalam pemerintahan. Berharap agar program-program
pemerintahan saya dapat diterapkan pada kota ini dan dapat diterima oleh
masyarakat.
Sebagai pemimpin yang baik
pengetahuan umum mengenai kabupaten tolitoli harus dimiliki. Kabupaten tolitoli
awalnya bernama kabupaten buol tolitoli, namun pada tahun 2000 berdasarkan UU
No 51 Tahun 1999 daerah ini dimekarkan menjadi dua kabupaten yaitu kabupaten
Buol dan kabupaten Tolitoli, dimana kabupaten tolitoli merupakan kabupaten
induknya.
Terdiri dari berbagai umat beragama
ada islam, hindu, budha, Kristen dan konfuchu hidup rukun bersama dan hidup
saling berdampingan. Terdiri dari beberapa suku yang tersebar dari pelosok sampai kekota.
Hidup bersama berasaskan pancasila dan ber mottokan “ Mosimbesang Mesounguu
Motimpedes Magau ”.
Menjadi orang nomer satu dikota
sendiri merupakan impian dari setiap orang. Merupakan pencapaian terbesar dalam
hidup jika bisa menjadi bupati dan memimpin wilayah dimana kita dilahirkan.
Berawal dari imajinasi, mimpi, serta tekad yang kuat untuk menjadikan kabupaten
tolitoli menjadi kabupaten yang unggul serta berkelas di wilayah Sulawesi
tengah maka keinginan untuk menjadi bupati itu pun tercipta.
Berbekal tekad dan semangat dari
desa saya membulatkan tekad untuk mencalonkan diri pada pemilihan bupati 10
tahun mendatang. Bermodalkan impian serta visi dan misi yang tidak muluk-muluk
serta bukan janji palsu semata yang hanya membuat masyarakat menanti dan
mengharapkan harapan palsu.
Menyatukan masyarakat tolitoli tanpa
pandang bulu, tanpa membedakan ras dan keturunan, karena kita satu
diciptakan bukan untuk saling beradu
siapa yang lebih maju akan tetapi untuk saling membantu untuk kemajuan yang
satu.
1.2 Tujuan
Adapun
tujuan dari Penyusunan karya tulis ini adalah sebagi berikut :
1.
Mengaplikasikan
imajinasi serta impian apabila saya menjadi bupati tolitoli.
2.
Memaparkan
visi dan misi untuk kabupaten tolitoli apabila saya menjadi bupati tolitoli.
3.
Menyalurkan
harapan untuk bisa berlibur ke Taman Mini Indonesia Indah.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah
Singkat Pemerintahan kabupaten Tolitoli
Kabupaten
Tolitoli mempunyai sejarahyang panjang, yang dimulai pada abad 13. Semenjak
zaman pra kemerdekaan sejalan dengan masuknya agama islam yang dibawa oleh para
mubaligh dari kesultanan Ternate, Raja Tolitoli telah dilantik dan dinobatkan
di Ternate .
Pada
tahun 1770, telah dilantik Sultan DjangguSyarafel Alamsyah di Ternate, yang
berangkat bersama dengan puteranya Sultan Mirfaka Djamalul Alamsyah didampingi
Raja Muda Imbaisug Managunu Datuamas. Dalam perjalanan kembali dari Ternate,
Raja Imbaisugwafat diperjalanan di sekitar Tanjung Dako, Kesultanan Tolitoli
diberikan oleh Sultan Djanggu Syarafel Alamsyah yang berkedudukan di Tuweley Tolitoli.
Setelah Sultan Djanggu Syarafel Alamsyah
meninggal, maka kesultanan di gantikan oleh puteranya yang sulung yaitu Sultan
Mirfaka Djamalul Alamsyah yang memerintahkan di wilayah Tolitoli bagian Selatan
berkedudukan di Talau/Basi. Bagian Tolitoli diserahan kepada puteranya yang
kedua yaitu Muhidin, tetapi tidak bergelar sultan melainkan bergelar raja yang
diberi julukan Tau Dei Beanna.Sesudah Raja Muhiddin wafat, kekuasaannya
digantikan oleh Mohammad Yusuf Syaiful Muluk Mudjidin yang bergelar Malatuang
yangoleh rakyat diberi julukan Tau Dei Buntuna.
Raja
ini memerintah antara tahun 1781 sampai 1812, dengan demikian sebelum penjajah
Belanda masuk ke daerah ini kerajaan Tolitoli sudah ada dan diperintah oleh
seorang raja yang disebut Gaukan. Ketika Belanda masuk didaerah ini pada tahun
1825 kerajaan Tolitoli dipimpin oleh Raja Safiuddin Bantilan. Pada taanggal 5
Juli 1858, raja menandataangani Lange Kontrak (Kontrak Panjang) dengan Belanda
yang diwakili oleh Dirk Francois.
Setelah
Raja Safiuddin Bantilan wafat, digantikan oleh anaknya Raja H. Abd. Hamid
Bantilan dimana pada masa itu telah ditandatangani persetujuan bersama batas
kerajaan Tolitoli dengan Raja Banawa Lamakagili Tomedoda pada tahun 1898.
SetelahRaja Abd. Hamid Bantilan wafat maka digantikan oleh adiknya Raja H. Moh.
Ismail Bantilan (Tau Dei Babo Kasod), yang memerintahkan pada tahun 1908-1918,
kemudian digantikan oleh anaknya H. Moh. Ali Bantilan.Pada tahun 1917, Hos
Cokroaminoto mengirimutusan ke Tolitoli bernama Sastro Kardono yang membentuk
Syarikat Islam, dimana ketika H. Moh Ali Bantilan dilantik pada tahun1918
sekaligus mengukuhkan beliau sebagai Presiden Syarikat Islam.
Dalam
perkembangannya kerajaan Tolitoli menjadi Order Afdeling yaitu Tolitoli masuk
dalam Afdeling Donggala. Saat itu Tolitoli ditempatkan oleh pejabat Belanda
yang disebutControleur.Dalam masa ini terjadilah pemberontakan rakyat dibawa
pimpinan Imam Haji Hayun di Salumpaga tanggal 5 Juni 1919. Selanjutnya
pemerintah dipimpin oleh H. Moh. Saleh Bantilan yang menduduki pemerintahan
periode satu pada tahun 1920 – 1922.
Kemudiandigantikan
oleh Muhammad Syarif Bin Un Bantilan yang memerintah pada tahun 1923- 1928,
merupakan Raja yang menata Wilayah Panasakan termsuk membuat Lapangan Upacara
Haji Hayun. Di masa pemerintahan Raja H. Moh. Saleh Bantilan periode ke dua dan
dibantu oleh pelaksanan harian Matata Daeng Masese (Mantan Bertuur Asisten di
Kolonodale) tahun 1942 – 1947, dimasa itu pula tentara Jepang masuk daerah
Tolitoli pada tanggal 30 Mei 1942 yang kemudian membentuk pemerintahan sipil
yang dipimpin oleh seorang Bunaken Kanrikan.
Raja H. Moh. Saleh Bantilan bersama 19 orang
tokoh masyarakat sempat dipenjarakan di Manado oleh tentara Jepang hingga tahun
1944.Pada tanggal 18 Juli 1945 Bebelan dan Tantong Mandayuni bersama Lanoni dan
kawan-kawan melakukan pemberontakan yang dikenal dengan peristiwa Malomba, yang
menyebabkan terbunuhnya pejabat pemerintah Jepang yaitu Imaki Ken Kanrikan.
Pemerintah
di wilayah Tolitoli berstatus sebagai daerah swapraja, dimana setelah pengakuan
kedaulatan Republik Indonesia dan berlakunya Konstitusi Republik Indonesia
Serikat, pemerintahan di wilayah Tolitoli dipegang oleh pejabat yang disebut
Kepala Pemerintahan Negeri (KPN). Secara berturut-turut yang menjabat sebagai
Kepala Pemerinthan Negeri adalah A.R. Nento, Daeng Maraja Lamakarate, Djafar
Lapasere, Mohammad Kasim Razak dan Andi Moh. Tahir.
Selanjutnya
KPN dijabat oleh Andi Musa, AndiMoh. Ali, A.M. Jotolembah dan Malaga, BA.
Sedangkan pemerintahan swapraja pada tanggal 21 Desember 1957 telah dikukuhkan
Moh. Yahya Bantilan untuk mengkoordinir keswaprajaan di Tolitoli. Setahun
kemudian secara resmi daerah swapraja dihapuskan dan berstatus menjadi
kewedanaan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Donggala.
Atas
perjuangan dari tokoh-tokoh masyarakat Buol dan masyarakat Tolitoli maka
dibentuk Kabupaten Daerah Tingkat II Buol Tolitoli, sesuai Undang-undang Nomor
tahun 1959 tentang pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi. Kabupaten Daerah
Tingkat II Kabupaten Buol Tolitoli merupakan gabungan dari 2 daerah bekas
swapraja, yakni swapraja Buol mulanya bagian dari wilayah Kabupaten Gorontalo.
Swapraja Tolitoli yang semula merupakan bagian dari Kabupaten Donggala.
Perintis
berdirinya Kabupaten Daerah Tingkat II Buol Tolitoli tersebut terdiri dari Moh.
Jahja Bantilan, Usman Binol, Saleh Alatas, Morel Metahang, D.S. Butudoka, Hi.
Ibrahim, Usman Laindjong, Hi. Moh. Arsyad, Bombo Salakea, H.G. Pua, T. Kawan
Daud, Nuryadi, Said Raukang, Hi. Mochsen Abd. Rahim, Hi. Salim Hi. Mallu, A.
Datuamas, Andi Moh. Tahir, Mohtar Batalipu, Hi. Hamid Hi. Bedda, M.HI. Suhong,
M.A. Turungku, J.A. Lamaka, M.J Rotikan, Hi.M.
Datuiding,
H. Pamentar, Ali Yanis dan Bathin.Selain itu, yang telah turut membantu
berdirinya Kabupaten Daerah Tingkat II Buol Tolitoli adalah Hi. R.M. Pusadan,
H. Bashar Marhum, Hi. Moh. Mahmuda, Hasan Tawil, Bani Dora, Nabi Dawaradji, Hi.
Hamzah, Husain Ain, M.Laterey, Ismail Maliki, Hamid Tarakuku, A.A Karim, Hi. K.
Pusadan, M.R Amiruddin, L.W Pontoh, Hadir Hi. Ta’a, Panhus Marhum, A.A Abubakar,
Hi. Abd. Gafur, B.A Baculu, Umar Riouh, Abdullah Mangkona, Poli Korompot, dan
S.A Karim.Radjawali Mohammad Pusadan diangkat sebagai Bupati Kepala Daerah
Tingkat II Buol Tolitoli pertama yang dilantik tanggal 16 Juli 1960.
Selajutnya secara berturut-turut Bupati Kepala
Daerah Tingkat II Buol Tolitoli dijabat oleh H. Mohammad Kasim Razak, Eddy
Soeroso, M. Sulaeman, Dede Hatta Permana dan H. Gumyadi. Setelah Kabupaten
Daerah Tingkat II Buol Tolitoli ini dimekarkan, daeraah immi terbagi menjadi
dua kabupaten, masing-masing Kabupaten Buol dan KabupatenTolitoli.
Pemekaran
daerah ini membawa implikasi dalam berbagai aspek yang memerlukan penyesuaian
perubahan nm daerah yang telah ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 51 Tahun
1999 dan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2000.Lambang Daerah Kabupten Tolitoli
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2001 dan hari ulang tahun
daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2006. Pada tanggal 11
Desember 1999 telah dilantik sebagai Bupati Tolitoli yang pertama yaitu Drs. H.
Mohammad Ma’ruf Bantilan, MM.
Kemudian
berdasarkan kajian dari aspek sosio kultural, aspek historis dan aspek yuridis
serta berdasarkan rekomendasi hasil seminar yang dihadiri oleh Prof. Dr. Abu
Hamid, MA yaitu ahli sejarah dari Universitas Hasanuddin dan Dr. Zainuddin
Bolong, MA seorangg ahli sosiologi dari Universitas Tadulako Palu, dengan
Peraturan Daerah ditetapkan berdirinya Daerah Kabupaten Tolitoli tanggal 11
Desember 1960. Dimana tanggal dan bulan yang sama dengan pelantiksan Bupati
Tolitoli yang Pertama, sedangkan tahun diambil dari tahun pelantikan Bupati
Kepala Daerah Tingkat II Buol Tolitoli yang pertama.
Penetapan
ini adalah untuk memadukan antara penghargaan yang tinggi terhadap histtoris
dan jasa-jasa perintis serta pendukung terbentuknya Kabupaten Daerah Tinngkat
II Buol Tolitoli yang diperjuangkan para sesepuh daerah. Merujuk fakta yuridis
berdirinya Kabupaten Tolitoli, sehingga tanggal 11 Desember setiap tahunnya
diperingati sebagai Ulang tahun daerah Kabupaten Tolitoli.
2.2 Profil
Singkat Kabupaten Tolitoli
Sebagai pemimpin yang baik bukan hanya keahlian dalam
memimpin yang harus dimiliki melainkan pengetahuan umum akan daerah nya merupakan satu hal yang wajib
yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
Secara
Geografis Kabupaten Toli-toli terletak di antara 0,35° - 1,20° Lintang Utara
dan 120°-122,09° Bujur Timur, luas wilayahnya adalah 4.079,77 Km2.Perbatasan
wilayahnya adalah di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Buol, di sebelah
barat berbatasan dengan Selat Makassar, di sebelah utara berbatasan dengan Laut
Sulawesi dan Kabupaten Buol, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Parigi Moutong, wilayah ini terbagi atas 10 Kecamatan 5 Kelurahan dan 78 Desa. Komoditi
unggulan Kabupaten Toli-toli yaitu sektor pertanian, Perkebunan dan jasa.
Sektor pertanian komoditi unggulannya adalah Jagung dan Ubi kayu, Sub sektor
perkebunan komoditi yang diunggulkan berupa Kopi, kakao, lada, pala, jambu
mete, Kelapa dan cengkeh.
Pariwisatanya yaitu wisata alam, wisata adat
dan budaya.Sebagai penunjang kegiatan perekonomian, di Kabupaten ini tersedia 1
bandar udara, yaitu Bandara Lalos. Untuk transportasi laut tersedia 2
pelabuhan, antara lain Pelabuhan Toli-toli dan Pelabuhan Leok. Berdasarkan
hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kabupaten Tolitoli
sementara adalah 211.283 orang, yang terdiri atas 108.081 laki-laki dan 103.202
perempuan. Dari hasil SP 2010 tersebut masih tampak bahwa penyebaran penduduk
Kabupaten Tolitoli masih bertumpu di Kecamatan Baolan yakni sebesar 29,83
persen, kemudian diikuti oleh Kecamatan Galang sebesar 14,98 persen, Kecamatan
Dampal Selatan dan Kecamatan Dondo masing-masingsebesar 10,13 persen dan 10,12
persen serta kecamatan lainnya di bawah 10 persen. Dako Pamean, Basidondo, dan
Ogodeide adalah 3 kecamatan dengan urutan terbawah yang memiliki jumlah
penduduk paling sedikit yang masing-masing berjumlah 8.432 orang, 10.490 orang,
dan 11.692 orang.
Sedangkan Kecamatan Baolan dan Kecamatan
Galang merupakan kecamatan yang paling banyak penduduknya, yakni masing-masing
sebanyak 63.029 orang dan 31.650 orang. Dengan luas wilayah Kabupaten Tolitoli
sekitar 4.079,77 kilo meter persegi yang didiami oleh 211.283 orang maka
rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Tolitoli adalah sebanyak 51
orang per kilo meter persegi.
Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan
penduduknya adalah Kecamatan Baolan yakni sebanyak 244 orang per kilo meter
persegi sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Lampasio yakni sebanyak
18 orang per kilo meter persegi.
Tolitoli
merupakan salah satu Kabupaten yangada di Provinsi Sulawesi Tengah yang
beribukota di Baolan, secara geografis terletakdi 0,35o- 1,20o
LU dan antara 120,12o- 121,10 42oBT, daerah ini
berbatasan dengan Kabupaten Buol dan Laut Sulawesi di utara, Kabupaten Donggala
di selatan, Selat Makasar di barat, Kabupaten Buol di timur.
Luas
wilayah daerah ini adalah 4.079,76 Km2. Kabupaten Tolitoli terletak
pada ketinggian 0 – 2.500 meter dari permukaan laut, dengan keadaan topografi
datar hingga pegunungan sedang dataran rendah yang umumnya tersebar disekitar
pantai dan letaknya bervariasi.maka iklim dan topograpi masuk pada kategori wilayah tropis dan
memiliki suhu udara rata-rata 22,4-3,7 0C dengan kelembaban udara pada kisaran
82-86%. Curah hujan pertahun 1.760,6 mm dengan rata-rata 142
hari/tahun.Kecepatan angin berada pada kisaran 10-15 knot.
Dari
hasil perhitungan luas peta ketinggian, ternyata 100 – 500 meter dari permukaan
laut yang paling luas yaitu 192.748 Ha (47,24%) dan tersebar di seluruh
kecamatan. Sedangkan yang paling kecil adalah ketinggian >1.000 meter dari
permukaan laut yaitu 16.887 Ha (4,14%). Untukluas kelas lereng tanah,
kemiringan 15 – 40% sebesar 43,35% dan kemiringan 0 – 2% sebesar 13,73%
.Komoditi
unggulan yang dihasilkan berupa cengkeh, kelapa, kopi robusta, kopi arabika, ,
lada, dan jambu mete. Untuk kegiatan pertanian didaerah ini bahan makanan masih
menjadi andalan yang utama berupa padi, tanaman holtikultura, dan palawija.
Kabupaten tolitoli dikenal dengan penghasil cengkeh terbesar di Provinsi
Sulawesi tengah.
Semua
produk tersebut juga sangat tergantung dari kelancaran distribusi barang dan
jasa melalui Pelabuhan Dede. Dilihat dari lokasinya, pelabuhan itu sebenarnya
cukup strategis terutama untuk pasar ke Kalimantan seperti Kota Tarakan danKota
Balikpapan.Luas lahan cengkeh di Tolitoli 24.794Ha, yang terdiri dari 23.299
Ha, tanaman muda menghasilkan, dan 1.495 Ha, tanaman tua / rusak, tetapi masih
menghasilkan,sedangkan tanaman cengkeh muda yang belum mulai menghasilkan 102
Ha
Cengkeh tolitoli tergolong berkwalitas bagus,
maka pengembangan perkebunan cengkeh merupakan kebijakan yang akan
menguntungkan masyarakat petanicengkeh dan Pemda Tolitoli. Sebagai penghasil
cengkeh terbesar, Kabupaten Tolitoli layak di acungi jempol. Dalam lima tahun
terakhir angkanya terus meningkat. Tahun 2002 dihasilkan 6.328 Ton, Tahun 2003
dihasilkan 1582 Ton, Lalu Tahun 2004 dihasilkan sekitar 1.604 Ton. Tahun 2005
sebanyak 2.245 Ton dan2006 tetap tinggi yakni 2.133 Ton. Baolan, Galang dan
Tolitoli Utara adalah penghasil utama tanaman cengkeh ini.Selama lima tahun
(2002-2006) hasilnyapun termasuk nomor satu dengan hasil rata-rata 2.380 Ton.
Janis cengkeh yang paling banyak ditanam
adalah Zanzibar seputih dan sikotok. Rata-rata produksi tertinggi sampai
mencapai 8.000 Ton bahkan lebih. Dari kaki Panasakan sampai ke kaki Gunung
Tuweley sekitar 28.000 hektar, terhampar perkebunan cengkeh. Sedangkan untuk
perkebunan kelapa sebanyak 13.000 hektar.
Disamping
cengkeh, kakao juga termasuk hasil perkebunan yang cukup signifikan,bila harga
cengkeh sedang turun, yang ditanam secara tumpang sari bersama kelapa. Produksi
total rata-rata kakao untuk Kabupaten Tolitoli hampir 8.000 Ton setahun. Dengan
hasil terbaik di Tahun 2008 sebanyak 8.527 Ton. Kelapa banyak dihasilkan
dikecamatan Dampal Utara dan Dampal Selatan, sedangkan Kakao di Kecamatan
Baolan. Kopi, lada, jambu mente dan pala juga bisa menjadi andalan Kabupaten
Tolitoli.
Komoditas
pertanian mendominasi perekonomian Tolitoli, tahun 2003 konstribusihampir 23%
dari nilai total kegiatan ekonomi Rp. 745 milyar. Sementara pendapatan
perkapita penduduk tahun 2000 tercatat Rp. 3,5 Juta sedangkan Provinsi Rp. 3,9
Juta.Produksi padi hingga Oktober 2002 yang dihasilkan 26.650 Ton.
Daerah
penghasil utama Padi adalah Dampal Selatan, Dondo, Baolan dan Galang. Dengan
letak geografis yang sangat strategis yaitu berada diselat Makassar, salah satu
dari tujuan selat strategi didunia, hubungan langsung dengan dunia
internasional mendorong pemerintah untuk terus mengembangkan potensi daya tarik
investasi didaerah Tolitoli. Seperti tertera di rencana strategis pengembangan
daerah, Maka Tolitoli di usahakan dapat berdiri sebagai kabupaten mandiri dan
sejahtera bertumpu pada pertanian, perkebunan, industri, perikanan dan
perdagangan.
Di
Kabupaten Tolitoli terdapat setidaknya tiga pulau terluar yakni Lingian,
Salando, dan Dolangan. Letak geografis pulau-pulau ini berada di perbatasan
wilayah Malaysia dan Filipina, atau sangat dekat dengan Pulau Sipadan dan
Ligitan yang sudah beralih ke tangan Malaysia. Pulau Dolangan dan Pulau Salando
tidak berpenghuni, namun selama ini dijadikan tempat beristirahat bagi para
nelayan tradisional asal Tolitoli ketika berhari-hari menangkap ikan.
Sedangkan di Pulau Lingian yang agak besar dan
datar terdapat 54 kepala keluarga (226 jiwa) penduduk Tolitoli menetap dan
membangun pemukiman darurat.Pekerjaan mereka umumnya selain menangkap ikan,
juga menjaga kebun kelapa yang ditanami sejak beberapa tahun lalu. Pemkab
Tolitoli sebelumnya berencana menjadikan Pulau Dolangan dan Pulau Salando
sebagai kawasan konservasi hutan Mangrove, Burung Maleo, dan terumbu karang.
Sementara Pulau Lingian akan dikembangkan menjadi kawasan nelayan dengan
melakukan penataan lingkungan dan pemukiman, yaitu disesuaikan dengan pekerjaan
tetap penduduk setempat.
Untuk
melindungi ketiga pulau terluar itu dari klaim negara lain, Pemkab Tolitoli
sebelumnya telah mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk membangun jalan
desa, dermaga, sekolah dasar, rehabilitasi Puskesmas Pembantu, serta penyediaan
sarana air bersih hingga telekomunikasi. Untuk mempertahankan yuridiksi
teritorial Indonesia dari berbagai ancaman, TNI Angkatan Laut terus
mengintensifkan pengawasan keamanan atas semua pulau terluar yang ada di
wilayah Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah (Sulteng).
Untuk
itu beberapa personil TNI-AL selalu melakukan patroli secara intensif. Dari
hasil pengawasan mobile tersebut, belum di temukan adanya tanda-tanda bahwa
pulau-pulau itu pernah disinggahi oleh orang asing.
2.3 Beberapa Sosok Yang Pernah Memimpin
Kabupaten Tolitoli
Menengok sejarah
kebelakang dimana kabupaten tolitoli semenjak jaman belanda sampai sekarang
dihiasi oleh pemimpin yang berpamkan Bantilan, seolah-olah hanya mereka yang
mempunyai wewenang untuk memimpin kabupaten tolitoli. Lewat hal ini saya
sebagai penerus generasi muda ingin memutus rantai kepemimpinan tersebut dan
memberikan inovasi baru pada pemerintahan kota cengkeh kabupaten tolitoli.
Ada beberapa tokoh yang
berpamkan bantilan yang pernah memimpin kabupaten tolitoli pada saat jaman
belanda :
1.
Pemerintahan
Raja Bantilan Syafiuddin (1859-1867)
Menurut
sejarah, orang belanda yang pertamakali menginjakkan kakinya di wilayah
kerajaan Tolitoli adalah Piet Broogh ditahun 1856 yang pada waktu itu Kerajaan
Tolitoli telah dipegang oleh Raja Bantilan Syafiuddinyang sudah diangkat “Adat”
oleh rakyatnya.Pada umumnya Raja Bantilan Syafiuddin dalam menghadapi
kedatangan Belanda senantiasa menunjukkan sikap tidak bersahabat karena pada
dasarnya Raja merasa tidak rela atas kehadiran bangsa belanda dalam Kerajaannya
sebab merasa akan mengadakan penjajahan terhadap rakyatnya.Namun bujuk rayu
Belanda terhadap Raja terus dilakukan dalam setiap kesempatan sehingga dua
tahun kemudian Belanda berhasil menciptakan suasana bersahabat yang dilanjutkan
dengan penandatanganan Lange Contract ( kontrak Panjang ), pada tanggal 5 juli
1858 antara Dirk Francois dari pihak Belanda dan Raja Bantilan Syafiuddin.
Dalam
masa pemerintahan Raja Bantilan Syafiuddin ini, pemerintahan boleh dikatakan
berjalan dengan baik sesuai dengan keadaan pada waktu itu. Rakyat dianjurkan
untuk berladang dan menanam pohon kelapa. Hubungan dagang dengan pihak luar
sering juga terjadi walaupun hanya melalui / mempergunakan perahu layar yang
datang dari makassar dan Ternate serta lain-lain daerah dengan maksud berdagang
yang diselingi dengan pekerjaan dakwah menyebarkan agama Islam pada watu
itu.Raja Bantilan Syafiuddin setelah wafat dimakamkan di Pulau Lutungan yang
dikenal dengan sebutan Lobong Tau Dei Tando Kanau artinya kuburan Orang di
Tanjung Pohon Enau.
Hal
ini dapat dimaklumi karena pada waktu itu di pulau Lutungan yang terletak di
depan kota Tolitoli, banyak sekali pohon Enau. Menurut Hikayat yang ada, di
saat jenazah almarhum Raja Bantilan Syafiuddin diusung dari Kampung Nali ke
Pulau Lutungan maka seluruh perahu yang ada dalam Kawasan Kerajaan Tolitoli
pada waktu itu dikerahkan untuk dijadikan jembatan penghubung dari kampung Nalu
menuju kepulau Lutungan yang selanjutnya dimakamkan.
Setelah
Raja ini wafat maka tampuk pimpinan kerajaan diserahkan kepada puteranya yang tertua
yakni Haji Abdul Hamid.
2.
Pemerintahan
Raja Haji Abdul Hamid Bantilan (1869-1901)
Dalam
perkembangan selanjutnya ternyata urusan pemerintahan nampak semakin baik dan
lancar. Petugas-petugas yang mengurusi kegiatan di Istana, yang mengurusi
bidang ekonomi maupun yang mengurus pelabuhan kesemuanya melaksanakan
pekerjaannya dengan rapi dan teratur sebagaimana yang diharapkan.Kapal-kapal
dagang sudah seringkali berlabuh dipelabuhan Tolitoli dan bahkan pada waktu itu
sudah ada kapal dagang yang membuat trayek tetap antara
Makassar-Donggala-Tolitoli dimanapara penumpang terdapat pula orang-orang Cina.
Dalam sejarah tercatat bahwa orang Cina pertama masuk ke Wilayah Kerajaan
Tolitoli bernama Hong Bie.
Setelah
Raja Haji Abdul Hamid Bantilanwafat. Jenazahnya dimakamkan dipulau Lutungan
berdampingan dengan makam ayahnya yakni Raja Bantilan Syafiuddin. Tampak
pimpinan Kerajaankemudian diserahkan kepada adiknya yakni Haji Ismail Bantilan.
3.
Pemerintahan
Raja Haji Ismail Bantilan (1908-1918)
Raja
Haji Ismail Bantilan mulai memerintah kerajaan setelah menandatangi Korte Verklaring
no.1 tgl 12 Februari 1908 dengan pihak belanda.Raja Haji Ismail Bantilan dalam
masa pemerintahannya dikenal dengan gelar TAU DEI BABO KASO artinya Orang
diatas kasur. Meskipun telah menandatangi Korte Verklaring namun dalam sikapnya
Raja ini selalu menunjukkan rasa tidak bersahabatnya dengan Belanda, sehingga
terkenal sebagai raja yang keras dalam pendirian.
Hal
ini terbukti dalam tahun 1911 Raja secara terang-terangan melawan belanda
karena rakyatnya dipaksa bekerja heerendienst ( kerja rodi ) oleh pemerintah
Hindia-Belanda. Akibatnya Raja Haji Ismail Bantilan diinterniroleh belanda
selama 6 tahun (enam) bulan di Donggala,
4.
Pemerintahan
Raha Haji Muhammad Ali Bantilan (1918-1919)
Pada
tahun 1917 seorang tokoh Sarekat Islam (SI) bernama Sastro Kardono sebagai
utusan langsung H.O.S. Cokroaminoto datang ke Tolitoli untuk membentuk Ssarekat
Islam dan sekaligus menetapkan Haji Mohammad Ali sebagai Presiden S.I. yang
pertama.Sementara itu dalam buku sejarah juga tercantum bahwa dalam tahun 1917
tokoh pejuang Abdul Muis juga berkunjung ke Tolitoli dan kunjungan inilah yang
kemudian dikaitkan telah menyebabkan timbulnya pemberontakan di Salumpaga bulan
juni 1919 yang dicatat sebagai pemberontakan Tolitoli.
Sebetulnya
pemberontakan di Salumpaga tersebut merupakan Klimaks dari pada antipati rakyat
terhadap penjajah belanda. Dengan diangkatnya Haji Mohammad Ali Bantilan
sebagai Raja dan Juga sebagai Presiden Sarekat Islam yang pertama, maka dengan
sendirinya keanggotaan Sarekat Islam di kerajaan Tolitoli semakin tumbuh dan
berkembang dengan pesatnya.
Hal
ini dapat dimaklumi karena yang menjadi Presiden Sarekat Islam adalah Raja yang
sangat dipatuhi oleh rakyatnya.4)Pemerintahan Raja Haji Mohammad Saleh Bantilan
(1920-1922)Setelah pemberontakan Salumpaga tahun 1919, maka selama kurang lebih
satu tahun tidak pernah terdengar lagi Heerendients gemeentedients, istilah
tersebut dianggap sangat berbahaya dan berbau politik. Namun, setelah Residen
Menado F.J Kroon diganti olehpenggantinyayang baru J.R Logeman maka pekerjaan
kerja paksa (kerja Rodi) itupun dimulai kembali.
Peristiwa
Salumpaga merupakan salah satu kegigihan dan kepahlawanan dari bangsa kita
untuk mengusir penjajah. Masuk dalam sejarah Nasional Indonesia dan terkenal
dengan pemberontakan Tolitoli.Hubungan dagang dengan daerah-daerah lain semakin
maju karena pelabuhan Tolitoli sering disinggahi kapal-kapal besar sehingga
tidak mengherankan bila pada waktu itu mulai berdatangan suku-suku bangsa yang
lain, seperti Bugis, Manado, Sangir, Jawa, dan tak ketinggalan Orang-orang Cina
dengan maksud untuk berdagang.
BAB III
METODELOGI PENULISAN
3.1.
Metode Deskritif
Dimana penyusunan karya ilmiah ini berdasarkan
gambaran serta realita yang terjadi di Kabupaten Tolitoli. Serta dikumpulkan
dan disatukan dari berbagai sumber baik internet maupun membaca buku-buku
tentang sejarah maupun profil kabupaten tolotoli.
3.2.
Metode Sejarah
Tidak lepas dari sejarah panjang
kabupaten tolitoli yang berisikan jutaan inspirasi serta informasi yang dapat
digali serta dipelajari untuk memperbaiki kabupaten tolitoli kedepanya. Maka
tidak dipungkiri penyusunan karya ilmiah ini harus mengacu pada sejarah panjang
kota cengkeh ini.
3.3.
Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data karya ilmiah
ini menggunakan metode sekunder dimana menyajikan informasi berdasarkan realita
dan data yang sudah ada sebelumnya yang disajikan oleh pihak lain.
3.4.
Metode imajinasi
Penyusunan visi dan misi apabila
saya menjadi bupati merupakan imajinasi yang muncul dan hadir dari buah pikiran
saya sendiri yang kemudian saya coba terapkan pada sistem pemerintahan Kabupaten Tolitoli.
BAB IV
PEMBAHASAN
Jaya tolitoli, sebagai anak petani
dari desa Sibea saya melihat tolitoli bagaikan pohon cengkeh tua, yang tumbuh tak berbuah. Buah
nya ada cuman petani kita yang tidak bisa memanen nya. Mungkin tertutup hasrat
membabi buta, hasrat untuk hidupi keluarga, saudara, kolega bahkan juga istri
muda. Tolitoli itu memang seperti pohon cengkeh tua, yang berbuah berbagai
rasa. Tumbuh bersama berbekal semangat pancasila. Berulang kali kota cengkeh
beralih tahta tapi masi jauh dari kata sejahtera.
Hadir dengan hasrat merubah
kabupaten tolitoli, menjadikan tolitoli sebagai kabupaten mandiri, berkelas dan
mampu bersaing dengan kabupaten lain nya. Membawa program perubahan dan impian seorang anak desa untuk bisa menjadi
orang nomer satu dikota sendiri.
Beberapa program kedepan saya apa
bila saya menjadi bupati dikota Tolitoli Dimana saya membaginya berdasarkan
beberapa bidang diantaranya adalah :
4.1.Bidang Pertanian
Sebagai calon bupati yang berbesik
ilmu pertanian maka saya akan memfokuskan program kerja saya di sektor
pertanian. Karena tidak bisa dipungkiri
bahwa sektor pertanian merupakan penentu perekonomian kabupaten tolitoli.
Sebagian besar penduduknya mempunya mata pencaharian sebagai petani serta
bercocok tanam terutama berkebun.
Hal ini didukung oleh data bahwa dari sekian
luas wilayah kabupaten tolitoli, sekitar 12,43% digunakan sebagai lahan
pertanian. Sektorn pertanian akan saya bagi menjadi beberapa bagian :
a. Tanaman pangan
b. Holtikultura
c. Perkebunan
d. Kehutanan
e. Peternakan
f. Perikanan
Tolitoli memiliki sumber daya alam
yang sangat melimpah pohon-pohon
cengkehya berbaris rapa di sepanjang kaki gunung sejauh mata kita memandang.
Oleh karena itu, tak bisa dipungkiri kalau tolitoli dijuluki sebagai kota
cengkeh.
Tolitoli
merupakan kabupaten agraris yang bermasalah dengan pertaniannya. Cara
menanggulangi permasalah permasalahan pertanian di tolitoli akan terus saya
buat dan saya programkan selama saya
menjabat menjadi bupati. Jika benar kita kabupaten pertanian, harusnya kita tak pernah kekurangan
beras, gula, bawang, kedelai dan bahan pangan lainnya seperti yang akhir-akhir
ini melanda masyarakat Tolitoli
Saya
akan bekerja sama dengan Dinas pertanian dan tata kota untuk memikirkan hal
ini. Penataan desa ataupun kota harus juga memperhatikan lahan pertaniannya.
Pengaturan lahan pertanian tersebut masih belum terasa saat ini.
Selain
masalah lahan, masalah lainnya adalah masalah petani di tolitoli. Petani di Tolitoli
masih belum bisa menunjukkan kemampuannya. Petani harusnya bisa menjadi seorang
wirausahawan yang sukses seperti pebisnis lainnya. Produk yang mereka punya
adalah produk yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Harusnya mereka juga bisa
menikmati kesuksesan seperti pengusaha lain. Kurangnya pendidikan dan teknologi
tepat guna yang dikuasai oleh petani Tolitoli membuat produksi mereka kurang
bisa berkembang.
Persaingan
produk impor juga turut membuat petani Tolitoli kewalahan. Selain kualitas,
konsumen juga sangat peduli dengan tampilan produk tersebut. Itulah salah satu
kelemahan produk pertanian di Tolitoli.
Kita
bisa liat dipedesaan-pedesaan, banyak kalangan petani bahkan hampir seluruhnya
adalah mereka yang tidak melanjutkan jenjang pendidikannya, dalam artian lain
mereka bekerja sebagai
petani dilandasi karena tidak adanya keterampilan lain
yang mereka miliki.
Jadi
tidak mengherankan bila wajah para petani kita hidupnya begitu-begitu saja.
Hasil akan Sangat berbeda bila para petani yang ada dipedesaan-pedesaan adalah
para lulusan S1 atau jenjang yang lebih tinggi, selain bisa lebih produtif para
petani yang cerdas juga akan membukakan lapangan pekerjaan, sehingga hal ini
juga malah akan memajukan perekonomian dan mengurangi pengangguran di kabupaten
Tolitoli.
Akan
tetapi, fenomena yang terjadi dilapangan ialah sangat minimnya para pemuda yang
minat akan bertani, mereka menganggap bahwa petani adalah pekerjaan yang
rendahan, pekerjaan yang membutuhkan tenaga serba extra, pekerjaan yang kotor,
bahkan para petani sendiripun ketika anaknya akan melanjutkan jenjang
pendidikan diperguruan tinggi, sangat jarang dari mereka yang menyuruh untuk
kuliah di jurusan pertanian.
Misalnya
ini bisa kita lihat di banyak universitas yang mempunyai jurusan pertanian,
bahkan beberapa jurusan pertanian yang dulunya terbagi-bagi dalam beberapa
jurusan kini mereka sudah dilebur menjadi satu sebagai contoh adalah Program
Studi Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman, Program Studi Agronomi, dan Program Studi
Ilmu Tanah dilebur menjadi satu program studi dengan nama Program Studi Agroekotekhnologi
Dan
ini pula bisa kita liat dari hasil pencarian yang beritakan oleh berbagai media
baik cetak maupun elektronik. Perkembangan suatu kabupaten tidak bisa
dilakukanhanya oleh seorang diri saja, melainkan semua kalangan harus bertindak.
Selain itu bukan hanya pemerintahyang berperan disini melainkan pihak-pihak
lain diharapkan agar bisa membantu petani, dan memberikan pengertian yang
positf tentang image petani di para generasi muda saat ini.
Salah
satu pelatihan tersebut merupakan suatu langkah yang sangat baik demi kemajuan
perkembangan ekonomi di kabupaten Tolitoli pada khususnya para petani. Namun
bila pelatihan bagi para petani hanya seputaran mengetahui cuaca, itu saja
belum mencukupi. Oleh karna itu, perangkat teknologi seperti komputer/laptop dan
jaringan internet, serta cara menggunakannya akan saya bekali untuk petani
tolitoli.
Karena
selain bisa mempermudah untuk mengakses pengetahuan baru bagi para petani, juga
bisa belajar langsung secara autodidak melalui internet cara-cara bertani,
danbercocok tanam yang baik. Secara tidak langsung hal itu akan membantu petani
terutama untuk memproduksi hasil panen yang melimpah, dan lebih baik.
Adapun
beberapa program yang akan saya terapkan untuk penanggulangan permasalahan
pertanian di Tolitoli. Program tersebut adalah sebagai berikut :
- Mengoptimalkan pertanian organik dan memanfaatkan lahan tidur untuk lahan pertanian.
- Mengatur konversi lahan dengan menetapkan kawasan lahan abadi melalui undang-undang.
- Penguatan kelembagaan tani dan pendidikan pertanian.
- Memperbaiki infrastruktur pertanian serta mendorong penggunaan teknologi tepat guna.
- Meningkatkan kualitas dan kesejahteraan petani.
- Bimbingan terhadap lulusan pertanian.
- Menghilangkan praktik-praktik mafia perdagangan.
4.2.
Bidang Administrasi Pemerintahan
Ada beberapa program yang saya akan
perbaiki serta tambahkan apa bila saya
menjadi bupati di kabupaten tolitoli. Diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Menerapkan Pelayanan Satu Pintu Satu
Atap
Selama
ini masyarakat merasa kurang nyaman jika berurusan dengan birokrasi. Birokrasi
dianggap sebagai sesuatu yang sulit, berbelit, dan mahal. Reformasi birokrasi
selayaknya menciptakan aparatur pemerintah daerah yang bersahabat dan bekerja
optimal dalam menyelenggarakan pelayanan publik. Sistem Pelayanan Satu Pintu,
transparansi perijinan usaha, pelayanan dasar seperti KTP, Akte Kelahiran,
Kartu Keluarga, dan sejumlah kepentingan publik lainnya perlu diselenggarakan
secara profesional, mudah, dan murah. Hal ini perlu didukung oleh kesiapan
seluruh SKPD termasuk kecamatan, serta adanya perhatian yang serius dari
pemerintah daerah kepada Kepala Desa, Ketua Rukun Warga, dan Rukun Tetangga
sebagai ujung tombak pemerintah di tingkat paling bawah.
b. Penertiban
Pegawai Negeri Sipil
Untuk
menertibkan serta mengawasi sistem kerja pegawai negeri sipil maka saya akan
menerapkan metode CCTV. Dimana semua pejabat maupun pegawai yang masuk
diruangan kantor termonitor oleh kamera dan dimonitor langsung oleh saya
sebagai bupati.
Sehinngga
kami dapat mengetahui pejabat mana dan pegawai mana yang terlambat. Begitu juga
saat keluar kantor pegawai terpantau agar tidak ada lagi pegawai yang
berkeliaran saat jam kantor.
c. Menghemat
Anggaran Belanja Daerah
Untuk
menekan belanja yang berlebihan dan terukur, maka saya sendiri yang akan
mengontrol barang-barang yang dibeli oleh daerah. Setelah sarana dan prasarana
itu terbeli maka semuanya akan di tempatkan dalam satu gudang. Jika ada
instansi atau dinas yang membutuhkan maka barang tersebut akan di berikan
sesuai dengan kebutuhan. Tujuan dari hal tersebut adalah untuk meminimalisir
penggunaan anngaran, sehingga kita bisa saving setiap tahunya.
d. Formulasi Kebijakan Penghargaan
Kepada PNS
Pemberian pengharga berupa
peningkatan kesejahtraan PNS, berupa tunjangan kesejahtraan bagi pegawai yang
rajin dengan maksud untuk memberikan motivasi kepada pegawai untuk meningkatkan
kinerjanya. Jadi buakan hanya siswa yang mendapatkan dan menerima beasiswa tapi
pegawai pun berhak menerimanya.
4.3. Bidang kesehatan
Berbicara mengenai kesehatan,
kesehatan itu memang sesuatu yang sangat mahal. Namun, bukan menutup
kemungkinan hanya orang yang kaya saja yang mendapatkan pelayanan kesehatan.
Semua orang berhak untuk mendapatkan pelayanan yang baik dalam kesehatan.
Adapun beberapa program saya apabila saya
menjadi bupati. Diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Membangun serta memperbaiki
infrastruktur kesehatan di desa-desa serta melaksanakan program kesehatan
bersama dengan tema “ Miskin Kaya Semua
Sehat”.
b. Mewujudkan pelayanan kesehatan dasar
gratis.
Program
ini mungkin program yang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Apa lagi masyarakat
yang ekonominya berada pada garis rata-rata ( miskin ). Karena kita tahu
bersama bahwa kesehatan di tolitoli itu sangat mahal.
Demikian program sementara saya
dalam bidang kesehatan. Walaupun tidak terlalu banyak akan tetapi pemimpin yang
diperlukan diera sekarang bukan pemimpin yang banyak program tetapi pemimpin
yang ada bukti kerjanya.
4.4. Bidang ketenaga kerjaan
Apa bila saya menjadi bupati maka
saya akan membuat program “ Masyarakat
Berkarya Sejahtra Dan Peningkatan Upah Kerja “. Dengan masyarakat yang
kreatif maka akan terciptanya lapangan pekerjaan untuk warga lainya.
Hal ini dapat menekan angka
pengangguran dan bisa menciptakan kehidupan masyarakat yang tidak hanya
monoton. Apabila sudah tercipta lapangan pekerjaan maka harus diiringi dengan
upah kerja yang memadai. Jika kedua hal tersebut berjalan dengan lancar maka
saya jamin masyarakat kabupaten tolitoli akan sejahtra.
Oleh karna itu, adapun beberapa
program yang akan saya terapkan untuk kabupaten tolitoli dalam bidang ketenaga
kerjaan apa bila saya menjabat menjadi bupati. Diantaranya sebagai berikut :
a. Menambah dan membuka lapangan kerja
untuk masyarakat dengan maksud menekan angka pengangguran di kabupaten tolitoli
b. Untuk menciptakan tenaga kerja yang
terlatih dan berkompeten maka saya akan membuka pelatihan-pelatihan untuk
menjadi tenaga kerja yang berkompeten
c. Hal terpenting dalam ketenaga
kerjaan adalah upah bagi pekerja. Salah satu program saya yaitu dengan
meratakan jumlah upah atau gaji pekerja dengan memperhitungkan berat ringan nya
pekerjaan tersebut.
4.5. Bidang penerangan
Salah satu program saya apabila saya
menjadi bupati yaitu dengan membangun penerangan untuk jalan-jalan yang ada di
pedalaman. Dengan maksud untuk menekan angka kecelakaan. Melihat realita yang ada
di kabupaten tolitoli kurangnya penerangan untuk infrastruktur jalan-jalan.
Adapun sasaran saya yaitu jalan yang ada di desa pangi, toboloit, sampai jalan
jalan yang ada dikecamatan dondo bahkan sampai ke kecamatan dampal selatan.
4.6. Bidang Tata Ruang Baik Desa Maupun
Kota
Untuk menjadi kota yang indah maka
bukan kota saja yang harus kita tata. Melainkan dari hal terkecil yaitu desa.
Mengambil pelajaran dari pulau dewata bali. Disana desa-desanya tertata dengan
rapi dari bidang pertaniannya sampai kebidang yang lainya.
Salah satu cara untuk menata desa
yaitu dengan mengadakan lomba desa, yang mungkin program ini sudah berjalan di
kota kita. Apabila desa sudah tersusun rapi maka kita akan melanjutkannya ke
pusat pemerintahan kita yaitu dikota.
Tak perlu yang banyak di ubah pada
susunan tata ruang di tolitoli, hanya butuh keseriusan dan penambahan pada
model tata ruang di tolitoli
4.7. Bidang pendidikan
Untuk menciptakan manusia yang ber
ilmu dan ber intektual Adapun beberapa program yang akan saya jalan kan apabila saya menjadi bupati dikota tolitoli.
Diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Menerapkan sekolah gratis selama 12
tahun untuk siswa siswi yang memiliki keterbatasan biaya untuk menimba ilmu.
Dengan tujuan agar tidak ada lagi anak-anak Tolitoli yang tidak sekolah hanya
karena keterbatasan akan biaya.
b. Memperbaiki serta melengkapi sarana
dan prasarana sekolah-sekolah yang ada di kabupaten Tolitoli.
c. Memberikan beasiswa kepada siswa
serta guru-guru yang berprestasi baik akademik maupun non akademik.
d. Memberikan beasiswa S2 untuk mahasiswa-mahasiswi yang berprestasi
baik akademik maupun non akademik
e. Setiap tahun nya mengadakan
kompetisi-kompetisi pencarian bakat untuk remaja-remaja yang ada di kabupaten
tolitoli. Dengan maksud untuk mencari bibit-bibit remaja yang mempunyai bakat,
yang nantinya akan mengharumkan nama tolitoli diluar sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar