Senin, 18 Mei 2015

Kutipan karya ilmiah andai aku bupati tolitoli



 BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Menengok jauh kebelakang sejarah berdirinya kabupaten tolitoli yang dihiasi oleh hintrik politik, terdapat banyak history yang terkandung dan terpendam didalamnya yang dapat digali dan dijadikan pembelajaran untuk pemimpin tolitoli selanjutnya.
Sebelum mengupas lebih dalam mengenai kabupaten tolitoli ada kalanya kita mengupas sejarah penyusun karya tulis ini. Lahir di sebuah desa kecil yang bertempat di salah satu desa yang ada dikabupaten tolitoli. Desa yang asri dan masih jauh dari yang namanya kecanggihan teknologi. Dusun raharjo desa sibea kecamatan lampasio. Lahir disebuah balai bambu hasil karya Putu Budiasa dan seorang wanita bernama Made Sari,  terciptalah sosok pria penuh impian bernama Kadek sandiasa yang 10 tahun kedepan akan menjadi pemimpin kota cengkeh kabupaten tolitoli.
Menjadi bupati memang merupakan harapan semua orang tanpa terkecuali saya sendiri. Terlintas keinginan dibenak ku sebagai anak petani dari desa apa bila saya menjabat sebagai bupati di kabupaten tolitoli.
Andai saya jadi bupati, maka saya akan dapat fasilitas rumah besar dengan halamannya yang luas. Andai saya jadi bupati, maka saya akan dapat mobil mewah berplat merah berangka 1 dan pergi ke mana saja diantar sopir tanpa harus keluar biaya bensin dan perawatan dan semua ditanggung negara.
Andai saya jadi bupati, maka tiap hari saya makan enak tanpa keluar biaya, karena dibayarkan negara. Andai saya jadi bupati, maka saya tidak perlu repot membayar listrik dan air minum yang harganya makin tinggi. Andai saya jadi bupati, maka anak buah saya banyak sekali. Semua hormat dan patuh.
Andai saya jadi bupati, maka saya tinggal perintah, pasti akan dituruti. Andai saya jadi bupati, maka para pejabat akan merapat minta selamat. Andai saya jadi bupati, maka para pengusaha akan datang mengharapkan pertemanan. Andai saya jadi bupati, maka sejumlah upeti akan datang dengan sendiri.
Andai saya jadi bupati, maka dalam lima tahun hartaku akan bertambah banyak .Dan, jika sifat jahatku muncul, jika saya jadi bupati, maka orang yang tidak aku sukai hidupnya akan sengsara sekali.
Tapi, Andai saya jadi bupati, anak –istriku akan jauh dari pandanganku sehari-hari. Mungkin dalam hati mereka akan marah padaku. Andai saya jadi bupati, kesibukanku akan luarbiasa sekali, upacara ini dan itu, acara ini dan itu. Andai saya jadi bupati, mungkin aku akan jadi pemarah karena kelelahan dan banyak yang harus dipikirkan tiap hari. Andai saya jadi bupati, teman-temanku akan menjauh karena untuk menemuiku susah sekali. Andai saya jadi bupati, canda dan tawaku mungkin takkan lagi bisa lepas karena semua tingkah laku harus selalu diprotokoli.
Andai saya jadi bupati, mungkin orang desa nan jauh akan banyak mengumpatku karena kurang perhatianku pada desa mereka. Andai saya jadi bupati, mungkin sopir-supir sering memakiku karena banyak jalan berlubang yang mereka lalui. Andai saya jadi bupati, maka anak-anak yang lapar dan papa akan mendoakanku celaka. Andai saya jadi bupati, maka banyak orang tua membenciku karena biaya sekolah tak kunjung murah. Andai saya jadi bupati, maka keserakahan  anak buahku akan mencelakakanku, mungkin di dunia ini atau pasti di akhirat nanti. Andai saya jadi bupati, maka tiap hari orang-orang munafik akan meniupkan nyanyian menyenangkan agar kuterlena.
Tapi kemudian, akan mereka kabarkan kebohongan di telinga. Lalu, saya akan salah mengambil langkah. Terlalu banyak kesalahan dan dosa yang mungkin terjadi andai saya jadi bupati, tidak sebanding dengan kenikmatan yang bisa saya cicipi. Belum lagi, berapa dana yang harus terbuang agar saya menjadi bupati, tidak sebanding dengan pendapatan halal yang saya dapat seandainya jadi bupati.
Namun dengan niat yang sungguh-sungguh untuk merubah kabupaten tercinta ini semuanya akan berjalan lancar. Diserati dengan doa orang tua dan dukungan masyarakat. Hal-hal tersebut akan saya hindari jujur, adil dan bijaksana merupakan pedoman dan pegangan saya untuk menjadi bupati di kota cengkeh ini.
Penyusunan karya tulis ini didasari oleh keinginan yang kuat untuk mempublikasikan imajinasi yang selama ini menjadi beban pikiran seorang anak desa yang ingin menjadi orang hebat di kota nya sendiri. Selain itu motivasi terbesar penyusunan karya ilmiah  ini adalah menghilangkan kebosanan melewatkan malam duduk di Taman kota Tolitoli dan ingin merubahnya menjadi Taman Mini Indonesia Indah.

Melihat model sistem pemerintahan di kabupaten tolitoli yang menurut saya belum efisien, akhirnya membuat saya untuk turun tangan untuk terjun dalam pemerintahan. Berharap agar program-program pemerintahan saya dapat diterapkan pada kota ini dan dapat diterima oleh masyarakat.
Sebagai pemimpin yang baik pengetahuan umum mengenai kabupaten tolitoli harus dimiliki. Kabupaten tolitoli awalnya bernama kabupaten buol tolitoli, namun pada tahun 2000 berdasarkan UU No 51 Tahun 1999 daerah ini dimekarkan menjadi dua kabupaten yaitu kabupaten Buol dan kabupaten Tolitoli, dimana kabupaten tolitoli merupakan kabupaten induknya.
Terdiri dari berbagai umat beragama ada islam, hindu, budha, Kristen dan konfuchu hidup rukun bersama dan hidup saling berdampingan. Terdiri dari beberapa suku  yang tersebar dari pelosok sampai kekota. Hidup bersama berasaskan pancasila dan ber mottokan “ Mosimbesang Mesounguu Motimpedes Magau ”.
Menjadi orang nomer satu dikota sendiri merupakan impian dari setiap orang. Merupakan pencapaian terbesar dalam hidup jika bisa menjadi bupati dan memimpin wilayah dimana kita dilahirkan. Berawal dari imajinasi, mimpi, serta tekad yang kuat untuk menjadikan kabupaten tolitoli menjadi kabupaten yang unggul serta berkelas di wilayah Sulawesi tengah maka keinginan untuk menjadi bupati itu pun tercipta.
Berbekal tekad dan semangat dari desa saya membulatkan tekad untuk mencalonkan diri pada pemilihan bupati 10 tahun mendatang. Bermodalkan impian serta visi dan misi yang tidak muluk-muluk serta bukan janji palsu semata yang hanya membuat masyarakat menanti dan mengharapkan harapan palsu.
Menyatukan masyarakat tolitoli tanpa pandang bulu, tanpa membedakan ras dan keturunan, karena kita satu diciptakan  bukan untuk saling beradu siapa yang lebih maju akan tetapi untuk saling membantu untuk kemajuan yang satu.
1.2  Tujuan
Adapun tujuan dari Penyusunan karya tulis ini adalah sebagi berikut :
1.      Mengaplikasikan imajinasi serta impian apabila saya menjadi bupati tolitoli.
2.      Memaparkan visi dan misi untuk kabupaten tolitoli apabila saya menjadi bupati tolitoli.
3.      Menyalurkan harapan untuk bisa berlibur ke Taman Mini Indonesia Indah.











BAB II
 TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Sejarah Singkat Pemerintahan kabupaten Tolitoli
Kabupaten Tolitoli mempunyai sejarahyang panjang, yang dimulai pada abad 13. Semenjak zaman pra kemerdekaan sejalan dengan masuknya agama islam yang dibawa oleh para mubaligh dari kesultanan Ternate, Raja Tolitoli telah dilantik dan dinobatkan di Ternate .
Pada tahun 1770, telah dilantik Sultan DjangguSyarafel Alamsyah di Ternate, yang berangkat bersama dengan puteranya Sultan Mirfaka Djamalul Alamsyah didampingi Raja Muda Imbaisug Managunu Datuamas. Dalam perjalanan kembali dari Ternate, Raja Imbaisugwafat diperjalanan di sekitar Tanjung Dako, Kesultanan Tolitoli diberikan oleh Sultan Djanggu Syarafel Alamsyah yang berkedudukan di Tuweley Tolitoli.
 Setelah Sultan Djanggu Syarafel Alamsyah meninggal, maka kesultanan di gantikan oleh puteranya yang sulung yaitu Sultan Mirfaka Djamalul Alamsyah yang memerintahkan di wilayah Tolitoli bagian Selatan berkedudukan di Talau/Basi. Bagian Tolitoli diserahan kepada puteranya yang kedua yaitu Muhidin, tetapi tidak bergelar sultan melainkan bergelar raja yang diberi julukan Tau Dei Beanna.Sesudah Raja Muhiddin wafat, kekuasaannya digantikan oleh Mohammad Yusuf Syaiful Muluk Mudjidin yang bergelar Malatuang yangoleh rakyat diberi julukan Tau Dei Buntuna.

Raja ini memerintah antara tahun 1781 sampai 1812, dengan demikian sebelum penjajah Belanda masuk ke daerah ini kerajaan Tolitoli sudah ada dan diperintah oleh seorang raja yang disebut Gaukan. Ketika Belanda masuk didaerah ini pada tahun 1825 kerajaan Tolitoli dipimpin oleh Raja Safiuddin Bantilan. Pada taanggal 5 Juli 1858, raja menandataangani Lange Kontrak (Kontrak Panjang) dengan Belanda yang diwakili oleh Dirk Francois.
Setelah Raja Safiuddin Bantilan wafat, digantikan oleh anaknya Raja H. Abd. Hamid Bantilan dimana pada masa itu telah ditandatangani persetujuan bersama batas kerajaan Tolitoli dengan Raja Banawa Lamakagili Tomedoda pada tahun 1898. SetelahRaja Abd. Hamid Bantilan wafat maka digantikan oleh adiknya Raja H. Moh. Ismail Bantilan (Tau Dei Babo Kasod), yang memerintahkan pada tahun 1908-1918, kemudian digantikan oleh anaknya H. Moh. Ali Bantilan.Pada tahun 1917, Hos Cokroaminoto mengirimutusan ke Tolitoli bernama Sastro Kardono yang membentuk Syarikat Islam, dimana ketika H. Moh Ali Bantilan dilantik pada tahun1918 sekaligus mengukuhkan beliau sebagai Presiden Syarikat Islam.
Dalam perkembangannya kerajaan Tolitoli menjadi Order Afdeling yaitu Tolitoli masuk dalam Afdeling Donggala. Saat itu Tolitoli ditempatkan oleh pejabat Belanda yang disebutControleur.Dalam masa ini terjadilah pemberontakan rakyat dibawa pimpinan Imam Haji Hayun di Salumpaga tanggal 5 Juni 1919. Selanjutnya pemerintah dipimpin oleh H. Moh. Saleh Bantilan yang menduduki pemerintahan periode satu pada tahun 1920 – 1922.
Kemudiandigantikan oleh Muhammad Syarif Bin Un Bantilan yang memerintah pada tahun 1923- 1928, merupakan Raja yang menata Wilayah Panasakan termsuk membuat Lapangan Upacara Haji Hayun. Di masa pemerintahan Raja H. Moh. Saleh Bantilan periode ke dua dan dibantu oleh pelaksanan harian Matata Daeng Masese (Mantan Bertuur Asisten di Kolonodale) tahun 1942 – 1947, dimasa itu pula tentara Jepang masuk daerah Tolitoli pada tanggal 30 Mei 1942 yang kemudian membentuk pemerintahan sipil yang dipimpin oleh seorang Bunaken Kanrikan.
 Raja H. Moh. Saleh Bantilan bersama 19 orang tokoh masyarakat sempat dipenjarakan di Manado oleh tentara Jepang hingga tahun 1944.Pada tanggal 18 Juli 1945 Bebelan dan Tantong Mandayuni bersama Lanoni dan kawan-kawan melakukan pemberontakan yang dikenal dengan peristiwa Malomba, yang menyebabkan terbunuhnya pejabat pemerintah Jepang yaitu Imaki Ken Kanrikan.
Pemerintah di wilayah Tolitoli berstatus sebagai daerah swapraja, dimana setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia dan berlakunya Konstitusi Republik Indonesia Serikat, pemerintahan di wilayah Tolitoli dipegang oleh pejabat yang disebut Kepala Pemerintahan Negeri (KPN). Secara berturut-turut yang menjabat sebagai Kepala Pemerinthan Negeri adalah A.R. Nento, Daeng Maraja Lamakarate, Djafar Lapasere, Mohammad Kasim Razak dan Andi Moh. Tahir.

Selanjutnya KPN dijabat oleh Andi Musa, AndiMoh. Ali, A.M. Jotolembah dan Malaga, BA. Sedangkan pemerintahan swapraja pada tanggal 21 Desember 1957 telah dikukuhkan Moh. Yahya Bantilan untuk mengkoordinir keswaprajaan di Tolitoli. Setahun kemudian secara resmi daerah swapraja dihapuskan dan berstatus menjadi kewedanaan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Donggala.
Atas perjuangan dari tokoh-tokoh masyarakat Buol dan masyarakat Tolitoli maka dibentuk Kabupaten Daerah Tingkat II Buol Tolitoli, sesuai Undang-undang Nomor tahun 1959 tentang pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi. Kabupaten Daerah Tingkat II Kabupaten Buol Tolitoli merupakan gabungan dari 2 daerah bekas swapraja, yakni swapraja Buol mulanya bagian dari wilayah Kabupaten Gorontalo. Swapraja Tolitoli yang semula merupakan bagian dari Kabupaten Donggala.
Perintis berdirinya Kabupaten Daerah Tingkat II Buol Tolitoli tersebut terdiri dari Moh. Jahja Bantilan, Usman Binol, Saleh Alatas, Morel Metahang, D.S. Butudoka, Hi. Ibrahim, Usman Laindjong, Hi. Moh. Arsyad, Bombo Salakea, H.G. Pua, T. Kawan Daud, Nuryadi, Said Raukang, Hi. Mochsen Abd. Rahim, Hi. Salim Hi. Mallu, A. Datuamas, Andi Moh. Tahir, Mohtar Batalipu, Hi. Hamid Hi. Bedda, M.HI. Suhong, M.A. Turungku, J.A. Lamaka, M.J Rotikan, Hi.M.
Datuiding, H. Pamentar, Ali Yanis dan Bathin.Selain itu, yang telah turut membantu berdirinya Kabupaten Daerah Tingkat II Buol Tolitoli adalah Hi. R.M. Pusadan, H. Bashar Marhum, Hi. Moh. Mahmuda, Hasan Tawil, Bani Dora, Nabi Dawaradji, Hi. Hamzah, Husain Ain, M.Laterey, Ismail Maliki, Hamid Tarakuku, A.A Karim, Hi. K. Pusadan, M.R Amiruddin, L.W Pontoh, Hadir Hi. Ta’a, Panhus Marhum, A.A Abubakar, Hi. Abd. Gafur, B.A Baculu, Umar Riouh, Abdullah Mangkona, Poli Korompot, dan S.A Karim.Radjawali Mohammad Pusadan diangkat sebagai Bupati Kepala Daerah Tingkat II Buol Tolitoli pertama yang dilantik tanggal 16 Juli 1960.
 Selajutnya secara berturut-turut Bupati Kepala Daerah Tingkat II Buol Tolitoli dijabat oleh H. Mohammad Kasim Razak, Eddy Soeroso, M. Sulaeman, Dede Hatta Permana dan H. Gumyadi. Setelah Kabupaten Daerah Tingkat II Buol Tolitoli ini dimekarkan, daeraah immi terbagi menjadi dua kabupaten, masing-masing Kabupaten Buol dan KabupatenTolitoli.
Pemekaran daerah ini membawa implikasi dalam berbagai aspek yang memerlukan penyesuaian perubahan nm daerah yang telah ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 51 Tahun 1999 dan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2000.Lambang Daerah Kabupten Tolitoli ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2001 dan hari ulang tahun daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2006. Pada tanggal 11 Desember 1999 telah dilantik sebagai Bupati Tolitoli yang pertama yaitu Drs. H. Mohammad Ma’ruf Bantilan, MM.
Kemudian berdasarkan kajian dari aspek sosio kultural, aspek historis dan aspek yuridis serta berdasarkan rekomendasi hasil seminar yang dihadiri oleh Prof. Dr. Abu Hamid, MA yaitu ahli sejarah dari Universitas Hasanuddin dan Dr. Zainuddin Bolong, MA seorangg ahli sosiologi dari Universitas Tadulako Palu, dengan Peraturan Daerah ditetapkan berdirinya Daerah Kabupaten Tolitoli tanggal 11 Desember 1960. Dimana tanggal dan bulan yang sama dengan pelantiksan Bupati Tolitoli yang Pertama, sedangkan tahun diambil dari tahun pelantikan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Buol Tolitoli yang pertama.
Penetapan ini adalah untuk memadukan antara penghargaan yang tinggi terhadap histtoris dan jasa-jasa perintis serta pendukung terbentuknya Kabupaten Daerah Tinngkat II Buol Tolitoli yang diperjuangkan para sesepuh daerah. Merujuk fakta yuridis berdirinya Kabupaten Tolitoli, sehingga tanggal 11 Desember setiap tahunnya diperingati sebagai Ulang tahun daerah Kabupaten Tolitoli.
2.2  Profil Singkat Kabupaten Tolitoli
Sebagai pemimpin yang baik bukan hanya keahlian dalam memimpin yang harus dimiliki melainkan pengetahuan umum  akan daerah nya merupakan satu hal yang wajib yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
Secara Geografis Kabupaten Toli-toli terletak di antara 0,35° - 1,20° Lintang Utara dan 120°-122,09° Bujur Timur, luas wilayahnya adalah 4.079,77 Km2.Perbatasan wilayahnya adalah di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Buol, di sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar, di sebelah utara berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Kabupaten Buol, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong, wilayah ini terbagi atas 10 Kecamatan 5 Kelurahan dan 78 Desa. Komoditi unggulan Kabupaten Toli-toli yaitu sektor pertanian, Perkebunan dan jasa. Sektor pertanian komoditi unggulannya adalah Jagung dan Ubi kayu, Sub sektor perkebunan komoditi yang diunggulkan berupa Kopi, kakao, lada, pala, jambu mete, Kelapa dan cengkeh.
 Pariwisatanya yaitu wisata alam, wisata adat dan budaya.Sebagai penunjang kegiatan perekonomian, di Kabupaten ini tersedia 1 bandar udara, yaitu Bandara Lalos. Untuk transportasi laut tersedia 2 pelabuhan, antara lain Pelabuhan Toli-toli dan Pelabuhan Leok. Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kabupaten Tolitoli sementara adalah 211.283 orang, yang terdiri atas 108.081 laki-laki dan 103.202 perempuan. Dari hasil SP 2010 tersebut masih tampak bahwa penyebaran penduduk Kabupaten Tolitoli masih bertumpu di Kecamatan Baolan yakni sebesar 29,83 persen, kemudian diikuti oleh Kecamatan Galang sebesar 14,98 persen, Kecamatan Dampal Selatan dan Kecamatan Dondo masing-masingsebesar 10,13 persen dan 10,12 persen serta kecamatan lainnya di bawah 10 persen. Dako Pamean, Basidondo, dan Ogodeide adalah 3 kecamatan dengan urutan terbawah yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit yang masing-masing berjumlah 8.432 orang, 10.490 orang, dan 11.692 orang.
 Sedangkan Kecamatan Baolan dan Kecamatan Galang merupakan kecamatan yang paling banyak penduduknya, yakni masing-masing sebanyak 63.029 orang dan 31.650 orang. Dengan luas wilayah Kabupaten Tolitoli sekitar 4.079,77 kilo meter persegi yang didiami oleh 211.283 orang maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Tolitoli adalah sebanyak 51 orang per kilo meter persegi.
 Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Baolan yakni sebanyak 244 orang per kilo meter persegi sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Lampasio yakni sebanyak 18 orang per kilo meter persegi.
Tolitoli merupakan salah satu Kabupaten yangada di Provinsi Sulawesi Tengah yang beribukota di Baolan, secara geografis terletakdi 0,35o- 1,20o LU dan antara 120,12o- 121,10 42oBT, daerah ini berbatasan dengan Kabupaten Buol dan Laut Sulawesi di utara, Kabupaten Donggala di selatan, Selat Makasar di barat, Kabupaten Buol di timur.
Luas wilayah daerah ini adalah 4.079,76 Km2. Kabupaten Tolitoli terletak pada ketinggian 0 – 2.500 meter dari permukaan laut, dengan keadaan topografi datar hingga pegunungan sedang dataran rendah yang umumnya tersebar disekitar pantai dan letaknya bervariasi.maka iklim dan topograpi  masuk pada kategori wilayah tropis dan memiliki suhu udara rata-rata 22,4-3,7 0C dengan kelembaban udara pada kisaran 82-86%. Curah hujan pertahun 1.760,6 mm dengan rata-rata 142 hari/tahun.Kecepatan angin berada pada kisaran 10-15 knot.
Dari hasil perhitungan luas peta ketinggian, ternyata 100 – 500 meter dari permukaan laut yang paling luas yaitu 192.748 Ha (47,24%) dan tersebar di seluruh kecamatan. Sedangkan yang paling kecil adalah ketinggian >1.000 meter dari permukaan laut yaitu 16.887 Ha (4,14%). Untukluas kelas lereng tanah, kemiringan 15 – 40% sebesar 43,35% dan kemiringan 0 – 2% sebesar 13,73%
.Komoditi unggulan yang dihasilkan berupa cengkeh, kelapa, kopi robusta, kopi arabika, , lada, dan jambu mete. Untuk kegiatan pertanian didaerah ini bahan makanan masih menjadi andalan yang utama berupa padi, tanaman holtikultura, dan palawija. Kabupaten tolitoli dikenal dengan penghasil cengkeh terbesar di Provinsi Sulawesi tengah.
Semua produk tersebut juga sangat tergantung dari kelancaran distribusi barang dan jasa melalui Pelabuhan Dede. Dilihat dari lokasinya, pelabuhan itu sebenarnya cukup strategis terutama untuk pasar ke Kalimantan seperti Kota Tarakan danKota Balikpapan.Luas lahan cengkeh di Tolitoli 24.794Ha, yang terdiri dari 23.299 Ha, tanaman muda menghasilkan, dan 1.495 Ha, tanaman tua / rusak, tetapi masih menghasilkan,sedangkan tanaman cengkeh muda yang belum mulai menghasilkan 102 Ha
 Cengkeh tolitoli tergolong berkwalitas bagus, maka pengembangan perkebunan cengkeh merupakan kebijakan yang akan menguntungkan masyarakat petanicengkeh dan Pemda Tolitoli. Sebagai penghasil cengkeh terbesar, Kabupaten Tolitoli layak di acungi jempol. Dalam lima tahun terakhir angkanya terus meningkat. Tahun 2002 dihasilkan 6.328 Ton, Tahun 2003 dihasilkan 1582 Ton, Lalu Tahun 2004 dihasilkan sekitar 1.604 Ton. Tahun 2005 sebanyak 2.245 Ton dan2006 tetap tinggi yakni 2.133 Ton. Baolan, Galang dan Tolitoli Utara adalah penghasil utama tanaman cengkeh ini.Selama lima tahun (2002-2006) hasilnyapun termasuk nomor satu dengan hasil rata-rata 2.380 Ton.
 Janis cengkeh yang paling banyak ditanam adalah Zanzibar seputih dan sikotok. Rata-rata produksi tertinggi sampai mencapai 8.000 Ton bahkan lebih. Dari kaki Panasakan sampai ke kaki Gunung Tuweley sekitar 28.000 hektar, terhampar perkebunan cengkeh. Sedangkan untuk perkebunan kelapa sebanyak 13.000 hektar.
Disamping cengkeh, kakao juga termasuk hasil perkebunan yang cukup signifikan,bila harga cengkeh sedang turun, yang ditanam secara tumpang sari bersama kelapa. Produksi total rata-rata kakao untuk Kabupaten Tolitoli hampir 8.000 Ton setahun. Dengan hasil terbaik di Tahun 2008 sebanyak 8.527 Ton. Kelapa banyak dihasilkan dikecamatan Dampal Utara dan Dampal Selatan, sedangkan Kakao di Kecamatan Baolan. Kopi, lada, jambu mente dan pala juga bisa menjadi andalan Kabupaten Tolitoli.
Komoditas pertanian mendominasi perekonomian Tolitoli, tahun 2003 konstribusihampir 23% dari nilai total kegiatan ekonomi Rp. 745 milyar. Sementara pendapatan perkapita penduduk tahun 2000 tercatat Rp. 3,5 Juta sedangkan Provinsi Rp. 3,9 Juta.Produksi padi hingga Oktober 2002 yang dihasilkan 26.650 Ton.
Daerah penghasil utama Padi adalah Dampal Selatan, Dondo, Baolan dan Galang. Dengan letak geografis yang sangat strategis yaitu berada diselat Makassar, salah satu dari tujuan selat strategi didunia, hubungan langsung dengan dunia internasional mendorong pemerintah untuk terus mengembangkan potensi daya tarik investasi didaerah Tolitoli. Seperti tertera di rencana strategis pengembangan daerah, Maka Tolitoli di usahakan dapat berdiri sebagai kabupaten mandiri dan sejahtera bertumpu pada pertanian, perkebunan, industri, perikanan dan perdagangan.
Di Kabupaten Tolitoli terdapat setidaknya tiga pulau terluar yakni Lingian, Salando, dan Dolangan. Letak geografis pulau-pulau ini berada di perbatasan wilayah Malaysia dan Filipina, atau sangat dekat dengan Pulau Sipadan dan Ligitan yang sudah beralih ke tangan Malaysia. Pulau Dolangan dan Pulau Salando tidak berpenghuni, namun selama ini dijadikan tempat beristirahat bagi para nelayan tradisional asal Tolitoli ketika berhari-hari menangkap ikan.
 Sedangkan di Pulau Lingian yang agak besar dan datar terdapat 54 kepala keluarga (226 jiwa) penduduk Tolitoli menetap dan membangun pemukiman darurat.Pekerjaan mereka umumnya selain menangkap ikan, juga menjaga kebun kelapa yang ditanami sejak beberapa tahun lalu. Pemkab Tolitoli sebelumnya berencana menjadikan Pulau Dolangan dan Pulau Salando sebagai kawasan konservasi hutan Mangrove, Burung Maleo, dan terumbu karang. Sementara Pulau Lingian akan dikembangkan menjadi kawasan nelayan dengan melakukan penataan lingkungan dan pemukiman, yaitu disesuaikan dengan pekerjaan tetap penduduk setempat.
Untuk melindungi ketiga pulau terluar itu dari klaim negara lain, Pemkab Tolitoli sebelumnya telah mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk membangun jalan desa, dermaga, sekolah dasar, rehabilitasi Puskesmas Pembantu, serta penyediaan sarana air bersih hingga telekomunikasi. Untuk mempertahankan yuridiksi teritorial Indonesia dari berbagai ancaman, TNI Angkatan Laut terus mengintensifkan pengawasan keamanan atas semua pulau terluar yang ada di wilayah Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah (Sulteng).
Untuk itu beberapa personil TNI-AL selalu melakukan patroli secara intensif. Dari hasil pengawasan mobile tersebut, belum di temukan adanya tanda-tanda bahwa pulau-pulau itu pernah disinggahi oleh orang asing.
2.3  Beberapa Sosok Yang Pernah Memimpin Kabupaten Tolitoli
Menengok sejarah kebelakang dimana kabupaten tolitoli semenjak jaman belanda sampai sekarang dihiasi oleh pemimpin yang berpamkan Bantilan, seolah-olah hanya mereka yang mempunyai wewenang untuk memimpin kabupaten tolitoli. Lewat hal ini saya sebagai penerus generasi muda ingin memutus rantai kepemimpinan tersebut dan memberikan inovasi baru pada pemerintahan kota cengkeh kabupaten tolitoli.
Ada beberapa tokoh yang berpamkan bantilan yang pernah memimpin kabupaten tolitoli pada saat jaman belanda :
1.      Pemerintahan Raja Bantilan Syafiuddin (1859-1867)
Menurut sejarah, orang belanda yang pertamakali menginjakkan kakinya di wilayah kerajaan Tolitoli adalah Piet Broogh ditahun 1856 yang pada waktu itu Kerajaan Tolitoli telah dipegang oleh Raja Bantilan Syafiuddinyang sudah diangkat “Adat” oleh rakyatnya.Pada umumnya Raja Bantilan Syafiuddin dalam menghadapi kedatangan Belanda senantiasa menunjukkan sikap tidak bersahabat karena pada dasarnya Raja merasa tidak rela atas kehadiran bangsa belanda dalam Kerajaannya sebab merasa akan mengadakan penjajahan terhadap rakyatnya.Namun bujuk rayu Belanda terhadap Raja terus dilakukan dalam setiap kesempatan sehingga dua tahun kemudian Belanda berhasil menciptakan suasana bersahabat yang dilanjutkan dengan penandatanganan Lange Contract ( kontrak Panjang ), pada tanggal 5 juli 1858 antara Dirk Francois dari pihak Belanda dan Raja Bantilan Syafiuddin.
Dalam masa pemerintahan Raja Bantilan Syafiuddin ini, pemerintahan boleh dikatakan berjalan dengan baik sesuai dengan keadaan pada waktu itu. Rakyat dianjurkan untuk berladang dan menanam pohon kelapa. Hubungan dagang dengan pihak luar sering juga terjadi walaupun hanya melalui / mempergunakan perahu layar yang datang dari makassar dan Ternate serta lain-lain daerah dengan maksud berdagang yang diselingi dengan pekerjaan dakwah menyebarkan agama Islam pada watu itu.Raja Bantilan Syafiuddin setelah wafat dimakamkan di Pulau Lutungan yang dikenal dengan sebutan Lobong Tau Dei Tando Kanau artinya kuburan Orang di Tanjung Pohon Enau.
Hal ini dapat dimaklumi karena pada waktu itu di pulau Lutungan yang terletak di depan kota Tolitoli, banyak sekali pohon Enau. Menurut Hikayat yang ada, di saat jenazah almarhum Raja Bantilan Syafiuddin diusung dari Kampung Nali ke Pulau Lutungan maka seluruh perahu yang ada dalam Kawasan Kerajaan Tolitoli pada waktu itu dikerahkan untuk dijadikan jembatan penghubung dari kampung Nalu menuju kepulau Lutungan yang selanjutnya dimakamkan.
Setelah Raja ini wafat maka tampuk pimpinan kerajaan diserahkan kepada puteranya yang tertua yakni Haji Abdul Hamid.
2.      Pemerintahan Raja Haji Abdul Hamid Bantilan (1869-1901)
Dalam perkembangan selanjutnya ternyata urusan pemerintahan nampak semakin baik dan lancar. Petugas-petugas yang mengurusi kegiatan di Istana, yang mengurusi bidang ekonomi maupun yang mengurus pelabuhan kesemuanya melaksanakan pekerjaannya dengan rapi dan teratur sebagaimana yang diharapkan.Kapal-kapal dagang sudah seringkali berlabuh dipelabuhan Tolitoli dan bahkan pada waktu itu sudah ada kapal dagang yang membuat trayek tetap antara Makassar-Donggala-Tolitoli dimanapara penumpang terdapat pula orang-orang Cina. Dalam sejarah tercatat bahwa orang Cina pertama masuk ke Wilayah Kerajaan Tolitoli bernama Hong Bie.
Setelah Raja Haji Abdul Hamid Bantilanwafat. Jenazahnya dimakamkan dipulau Lutungan berdampingan dengan makam ayahnya yakni Raja Bantilan Syafiuddin. Tampak pimpinan Kerajaankemudian diserahkan kepada adiknya yakni Haji Ismail Bantilan.
3.      Pemerintahan Raja Haji Ismail Bantilan (1908-1918)
Raja Haji Ismail Bantilan mulai memerintah kerajaan setelah menandatangi Korte Verklaring no.1 tgl 12 Februari 1908 dengan pihak belanda.Raja Haji Ismail Bantilan dalam masa pemerintahannya dikenal dengan gelar TAU DEI BABO KASO artinya Orang diatas kasur. Meskipun telah menandatangi Korte Verklaring namun dalam sikapnya Raja ini selalu menunjukkan rasa tidak bersahabatnya dengan Belanda, sehingga terkenal sebagai raja yang keras dalam pendirian.
Hal ini terbukti dalam tahun 1911 Raja secara terang-terangan melawan belanda karena rakyatnya dipaksa bekerja heerendienst ( kerja rodi ) oleh pemerintah Hindia-Belanda. Akibatnya Raja Haji Ismail Bantilan diinterniroleh belanda selama 6 tahun (enam) bulan di Donggala,
4.      Pemerintahan Raha Haji Muhammad Ali Bantilan (1918-1919)
Pada tahun 1917 seorang tokoh Sarekat Islam (SI) bernama Sastro Kardono sebagai utusan langsung H.O.S. Cokroaminoto datang ke Tolitoli untuk membentuk Ssarekat Islam dan sekaligus menetapkan Haji Mohammad Ali sebagai Presiden S.I. yang pertama.Sementara itu dalam buku sejarah juga tercantum bahwa dalam tahun 1917 tokoh pejuang Abdul Muis juga berkunjung ke Tolitoli dan kunjungan inilah yang kemudian dikaitkan telah menyebabkan timbulnya pemberontakan di Salumpaga bulan juni 1919 yang dicatat sebagai pemberontakan Tolitoli.
Sebetulnya pemberontakan di Salumpaga tersebut merupakan Klimaks dari pada antipati rakyat terhadap penjajah belanda. Dengan diangkatnya Haji Mohammad Ali Bantilan sebagai Raja dan Juga sebagai Presiden Sarekat Islam yang pertama, maka dengan sendirinya keanggotaan Sarekat Islam di kerajaan Tolitoli semakin tumbuh dan berkembang dengan pesatnya.
Hal ini dapat dimaklumi karena yang menjadi Presiden Sarekat Islam adalah Raja yang sangat dipatuhi oleh rakyatnya.4)Pemerintahan Raja Haji Mohammad Saleh Bantilan (1920-1922)Setelah pemberontakan Salumpaga tahun 1919, maka selama kurang lebih satu tahun tidak pernah terdengar lagi Heerendients gemeentedients, istilah tersebut dianggap sangat berbahaya dan berbau politik. Namun, setelah Residen Menado F.J Kroon diganti olehpenggantinyayang baru J.R Logeman maka pekerjaan kerja paksa (kerja Rodi) itupun dimulai kembali.
Peristiwa Salumpaga merupakan salah satu kegigihan dan kepahlawanan dari bangsa kita untuk mengusir penjajah. Masuk dalam sejarah Nasional Indonesia dan terkenal dengan pemberontakan Tolitoli.Hubungan dagang dengan daerah-daerah lain semakin maju karena pelabuhan Tolitoli sering disinggahi kapal-kapal besar sehingga tidak mengherankan bila pada waktu itu mulai berdatangan suku-suku bangsa yang lain, seperti Bugis, Manado, Sangir, Jawa, dan tak ketinggalan Orang-orang Cina dengan maksud untuk berdagang.













 BAB III
 METODELOGI PENULISAN
3.1. Metode Deskritif
Dimana penyusunan karya ilmiah ini berdasarkan gambaran serta realita yang terjadi di Kabupaten Tolitoli. Serta dikumpulkan dan disatukan dari berbagai sumber baik internet maupun membaca buku-buku tentang sejarah maupun profil kabupaten tolotoli.
3.2. Metode Sejarah
Tidak lepas dari sejarah panjang kabupaten tolitoli yang berisikan jutaan inspirasi serta informasi yang dapat digali serta dipelajari untuk memperbaiki kabupaten tolitoli kedepanya. Maka tidak dipungkiri penyusunan karya ilmiah ini harus mengacu pada sejarah panjang kota cengkeh ini.
3.3. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data karya ilmiah ini menggunakan metode sekunder dimana menyajikan informasi berdasarkan realita dan data yang sudah ada sebelumnya yang disajikan oleh pihak lain.
3.4. Metode imajinasi
Penyusunan visi dan misi apabila saya menjadi bupati merupakan imajinasi yang muncul dan hadir dari buah pikiran saya sendiri yang kemudian saya coba terapkan pada sistem pemerintahan  Kabupaten Tolitoli.
BAB IV
PEMBAHASAN
Jaya tolitoli, sebagai anak petani dari desa Sibea saya melihat tolitoli bagaikan pohon  cengkeh tua, yang tumbuh tak berbuah. Buah nya ada cuman petani kita yang tidak bisa memanen nya. Mungkin tertutup hasrat membabi buta, hasrat untuk hidupi keluarga, saudara, kolega bahkan juga istri muda. Tolitoli itu memang seperti pohon cengkeh tua, yang berbuah berbagai rasa. Tumbuh bersama berbekal semangat pancasila. Berulang kali kota cengkeh beralih tahta tapi masi jauh dari kata sejahtera.
Hadir dengan hasrat merubah kabupaten tolitoli, menjadikan tolitoli sebagai kabupaten mandiri, berkelas dan mampu bersaing dengan kabupaten lain nya. Membawa program perubahan dan  impian seorang anak desa untuk bisa menjadi orang nomer satu dikota sendiri.
Beberapa program kedepan saya apa bila saya menjadi bupati dikota Tolitoli Dimana saya membaginya berdasarkan beberapa bidang diantaranya adalah :
4.1.Bidang Pertanian
Sebagai calon bupati yang berbesik ilmu pertanian maka saya akan memfokuskan program kerja saya di sektor pertanian. Karena  tidak bisa dipungkiri bahwa sektor pertanian merupakan penentu perekonomian kabupaten tolitoli. Sebagian besar penduduknya mempunya mata pencaharian sebagai petani serta bercocok tanam terutama berkebun.
 Hal ini didukung oleh data bahwa dari sekian luas wilayah kabupaten tolitoli, sekitar 12,43% digunakan sebagai lahan pertanian. Sektorn pertanian akan saya bagi menjadi beberapa bagian :
a.       Tanaman pangan
b.      Holtikultura
c.       Perkebunan
d.      Kehutanan
e.       Peternakan
f.       Perikanan
Tolitoli memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah  pohon-pohon cengkehya berbaris rapa di sepanjang kaki gunung sejauh mata kita memandang. Oleh karena itu, tak bisa dipungkiri kalau tolitoli dijuluki sebagai kota cengkeh.
Tolitoli merupakan kabupaten agraris yang bermasalah dengan pertaniannya. Cara menanggulangi permasalah permasalahan pertanian di tolitoli akan terus saya buat dan saya programkan  selama saya menjabat menjadi bupati. Jika benar kita kabupaten  pertanian, harusnya kita tak pernah kekurangan beras, gula, bawang, kedelai dan bahan pangan lainnya seperti yang akhir-akhir ini  melanda masyarakat Tolitoli
Saya akan bekerja sama dengan Dinas pertanian dan tata kota untuk memikirkan hal ini. Penataan desa ataupun kota harus juga memperhatikan lahan pertaniannya. Pengaturan lahan pertanian tersebut masih belum terasa saat ini.
Selain masalah lahan, masalah lainnya adalah masalah petani di tolitoli. Petani di Tolitoli masih belum bisa menunjukkan kemampuannya. Petani harusnya bisa menjadi seorang wirausahawan yang sukses seperti pebisnis lainnya. Produk yang mereka punya adalah produk yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Harusnya mereka juga bisa menikmati kesuksesan seperti pengusaha lain. Kurangnya pendidikan dan teknologi tepat guna yang dikuasai oleh petani Tolitoli membuat produksi mereka kurang bisa berkembang.
Persaingan produk impor juga turut membuat petani Tolitoli kewalahan. Selain kualitas, konsumen juga sangat peduli dengan tampilan produk tersebut. Itulah salah satu kelemahan produk pertanian di Tolitoli.
Kita bisa liat dipedesaan-pedesaan, banyak kalangan petani bahkan hampir seluruhnya adalah mereka yang tidak melanjutkan jenjang pendidikannya, dalam artian lain mereka bekerja sebagai
petani dilandasi karena tidak adanya keterampilan lain yang mereka miliki.
Jadi tidak mengherankan bila wajah para petani kita hidupnya begitu-begitu saja. Hasil akan Sangat berbeda bila para petani yang ada dipedesaan-pedesaan adalah para lulusan S1 atau jenjang yang lebih tinggi, selain bisa lebih produtif para petani yang cerdas juga akan membukakan lapangan pekerjaan, sehingga hal ini juga malah akan memajukan perekonomian dan mengurangi pengangguran di kabupaten Tolitoli.
Akan tetapi, fenomena yang terjadi dilapangan ialah sangat minimnya para pemuda yang minat akan bertani, mereka menganggap bahwa petani adalah pekerjaan yang rendahan, pekerjaan yang membutuhkan tenaga serba extra, pekerjaan yang kotor, bahkan para petani sendiripun ketika anaknya akan melanjutkan jenjang pendidikan diperguruan tinggi, sangat jarang dari mereka yang menyuruh untuk kuliah di jurusan pertanian.
Misalnya ini bisa kita lihat di banyak universitas yang mempunyai jurusan pertanian, bahkan beberapa jurusan pertanian yang dulunya terbagi-bagi dalam beberapa jurusan kini mereka sudah dilebur menjadi satu sebagai contoh adalah Program Studi Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman, Program Studi Agronomi, dan Program Studi Ilmu Tanah dilebur menjadi satu program studi dengan nama Program Studi Agroekotekhnologi  
Dan ini pula bisa kita liat dari hasil pencarian yang beritakan oleh berbagai media baik cetak maupun elektronik. Perkembangan suatu kabupaten tidak bisa dilakukanhanya oleh seorang diri saja, melainkan semua kalangan harus bertindak. Selain itu bukan hanya pemerintahyang berperan disini melainkan pihak-pihak lain diharapkan agar bisa membantu petani, dan memberikan pengertian yang positf tentang image petani di para generasi muda saat ini.
Salah satu pelatihan tersebut merupakan suatu langkah yang sangat baik demi kemajuan perkembangan ekonomi di kabupaten Tolitoli pada khususnya para petani. Namun bila pelatihan bagi para petani hanya seputaran mengetahui cuaca, itu saja belum mencukupi. Oleh karna itu, perangkat teknologi seperti komputer/laptop dan jaringan internet, serta cara menggunakannya akan saya bekali untuk petani tolitoli.
Karena selain bisa mempermudah untuk mengakses pengetahuan baru bagi para petani, juga bisa belajar langsung secara autodidak melalui internet cara-cara bertani, danbercocok tanam yang baik. Secara tidak langsung hal itu akan membantu petani terutama untuk memproduksi hasil panen yang melimpah, dan lebih baik.
Adapun beberapa program yang akan saya terapkan untuk penanggulangan permasalahan pertanian di Tolitoli. Program tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Mengoptimalkan pertanian organik dan memanfaatkan lahan tidur untuk lahan pertanian.
  2. Mengatur konversi lahan dengan menetapkan kawasan lahan abadi melalui undang-undang.
  3. Penguatan kelembagaan  tani dan pendidikan pertanian.
  4. Memperbaiki infrastruktur pertanian serta mendorong penggunaan teknologi tepat guna.
  5. Meningkatkan kualitas dan kesejahteraan petani.
  6. Bimbingan terhadap lulusan pertanian.
  7. Menghilangkan praktik-praktik mafia perdagangan.


4.2.   Bidang Administrasi Pemerintahan
Ada beberapa program yang saya akan perbaiki serta tambahkan  apa bila saya menjadi bupati di kabupaten tolitoli. Diantaranya adalah sebagai berikut :
a.       Menerapkan Pelayanan Satu Pintu Satu Atap
Selama ini masyarakat merasa kurang nyaman jika berurusan dengan birokrasi. Birokrasi dianggap sebagai sesuatu yang sulit, berbelit, dan mahal. Reformasi birokrasi selayaknya menciptakan aparatur pemerintah daerah yang bersahabat dan bekerja optimal dalam menyelenggarakan pelayanan publik. Sistem Pelayanan Satu Pintu, transparansi perijinan usaha, pelayanan dasar seperti KTP, Akte Kelahiran, Kartu Keluarga, dan sejumlah kepentingan publik lainnya perlu diselenggarakan secara profesional, mudah, dan murah. Hal ini perlu didukung oleh kesiapan seluruh SKPD termasuk kecamatan, serta adanya perhatian yang serius dari pemerintah daerah kepada Kepala Desa, Ketua Rukun Warga, dan Rukun Tetangga sebagai ujung tombak pemerintah di tingkat paling bawah.
b.      Penertiban Pegawai Negeri Sipil
Untuk menertibkan serta mengawasi sistem kerja pegawai negeri sipil maka saya akan menerapkan metode CCTV. Dimana semua pejabat maupun pegawai yang masuk diruangan kantor termonitor oleh kamera dan dimonitor langsung oleh saya sebagai bupati.
Sehinngga kami dapat mengetahui pejabat mana dan pegawai mana yang terlambat. Begitu juga saat keluar kantor pegawai terpantau agar tidak ada lagi pegawai yang berkeliaran saat jam kantor.
c.       Menghemat Anggaran Belanja Daerah
Untuk menekan belanja yang berlebihan dan terukur, maka saya sendiri yang akan mengontrol barang-barang yang dibeli oleh daerah. Setelah sarana dan prasarana itu terbeli maka semuanya akan di tempatkan dalam satu gudang. Jika ada instansi atau dinas yang membutuhkan maka barang tersebut akan di berikan sesuai dengan kebutuhan. Tujuan dari hal tersebut adalah untuk meminimalisir penggunaan anngaran, sehingga kita bisa saving setiap tahunya.
d.      Formulasi Kebijakan Penghargaan Kepada PNS
Pemberian pengharga berupa peningkatan kesejahtraan PNS, berupa tunjangan kesejahtraan bagi pegawai yang rajin dengan maksud untuk memberikan motivasi kepada pegawai untuk meningkatkan kinerjanya. Jadi buakan hanya siswa yang mendapatkan dan menerima beasiswa tapi pegawai pun berhak menerimanya.
4.3. Bidang kesehatan
Berbicara mengenai kesehatan, kesehatan itu memang sesuatu yang sangat mahal. Namun, bukan menutup kemungkinan hanya orang yang kaya saja yang mendapatkan pelayanan kesehatan. Semua orang berhak untuk mendapatkan pelayanan yang baik dalam kesehatan.
 Adapun beberapa program saya apabila saya menjadi bupati. Diantaranya adalah sebagai berikut :
a.       Membangun serta memperbaiki infrastruktur kesehatan di desa-desa serta melaksanakan program kesehatan bersama dengan tema “ Miskin Kaya Semua Sehat”.
b.      Mewujudkan pelayanan kesehatan dasar gratis.
Program ini mungkin program yang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Apa lagi masyarakat yang ekonominya berada pada garis rata-rata ( miskin ). Karena kita tahu bersama bahwa kesehatan di tolitoli itu sangat mahal.
Demikian program sementara saya dalam bidang kesehatan. Walaupun tidak terlalu banyak akan tetapi pemimpin yang diperlukan diera sekarang bukan pemimpin yang banyak program tetapi pemimpin yang ada bukti kerjanya.
4.4. Bidang ketenaga kerjaan
Apa bila saya menjadi bupati maka saya akan membuat program “ Masyarakat Berkarya Sejahtra Dan Peningkatan Upah Kerja “. Dengan masyarakat yang kreatif maka akan terciptanya lapangan pekerjaan untuk warga lainya.
Hal ini dapat menekan angka pengangguran dan bisa menciptakan kehidupan masyarakat yang tidak hanya monoton. Apabila sudah tercipta lapangan pekerjaan maka harus diiringi dengan upah kerja yang memadai. Jika kedua hal tersebut berjalan dengan lancar maka saya jamin masyarakat kabupaten tolitoli akan sejahtra.
Oleh karna itu, adapun beberapa program yang akan saya terapkan untuk kabupaten tolitoli dalam bidang ketenaga kerjaan apa bila saya menjabat menjadi bupati. Diantaranya sebagai berikut :
a.       Menambah dan membuka lapangan kerja untuk masyarakat dengan maksud menekan angka pengangguran di kabupaten tolitoli
b.      Untuk menciptakan tenaga kerja yang terlatih dan berkompeten maka saya akan membuka pelatihan-pelatihan untuk menjadi tenaga kerja yang berkompeten
c.       Hal terpenting dalam ketenaga kerjaan adalah upah bagi pekerja. Salah satu program saya yaitu dengan meratakan jumlah upah atau gaji pekerja dengan memperhitungkan berat ringan nya pekerjaan tersebut.
4.5. Bidang penerangan
Salah satu program saya apabila saya menjadi bupati yaitu dengan membangun penerangan untuk jalan-jalan yang ada di pedalaman. Dengan maksud untuk menekan angka kecelakaan. Melihat realita yang ada di kabupaten tolitoli kurangnya penerangan untuk infrastruktur jalan-jalan. Adapun sasaran saya yaitu jalan yang ada di desa pangi, toboloit, sampai jalan jalan yang ada dikecamatan dondo bahkan sampai ke kecamatan dampal selatan.
4.6. Bidang Tata Ruang Baik Desa Maupun Kota
Untuk menjadi kota yang indah maka bukan kota saja yang harus kita tata. Melainkan dari hal terkecil yaitu desa. Mengambil pelajaran dari pulau dewata bali. Disana desa-desanya tertata dengan rapi dari bidang pertaniannya sampai kebidang yang lainya.
Salah satu cara untuk menata desa yaitu dengan mengadakan lomba desa, yang mungkin program ini sudah berjalan di kota kita. Apabila desa sudah tersusun rapi maka kita akan melanjutkannya ke pusat pemerintahan kita yaitu dikota.
Tak perlu yang banyak di ubah pada susunan tata ruang di tolitoli, hanya butuh keseriusan dan penambahan pada model tata ruang di tolitoli
4.7. Bidang pendidikan
Untuk menciptakan manusia yang ber ilmu dan ber intektual Adapun beberapa program yang akan saya jalan kan  apabila saya menjadi bupati dikota tolitoli. Diantaranya adalah sebagai berikut :
a.       Menerapkan sekolah gratis selama 12 tahun untuk siswa siswi yang memiliki keterbatasan biaya untuk menimba ilmu. Dengan tujuan agar tidak ada lagi anak-anak Tolitoli yang tidak sekolah hanya karena keterbatasan akan biaya.
b.      Memperbaiki serta melengkapi sarana dan prasarana sekolah-sekolah yang ada di kabupaten Tolitoli.
c.       Memberikan beasiswa kepada siswa serta guru-guru yang berprestasi baik akademik maupun non akademik.
d.      Memberikan beasiswa S2  untuk mahasiswa-mahasiswi yang berprestasi baik akademik maupun non akademik
e.       Setiap tahun nya mengadakan kompetisi-kompetisi pencarian bakat untuk remaja-remaja yang ada di kabupaten tolitoli. Dengan maksud untuk mencari bibit-bibit remaja yang mempunyai bakat, yang nantinya akan mengharumkan nama tolitoli diluar sana.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar